LGL 23

3.4K 398 121
                                    

"Hai."

Aluna tidak bisa mengeluarkan sepatah kata apapun ketika melihat wajah laki-laki didepannya, laki-laki yang menculiknya.

"Lo tau Al? Udah lama gue ngincar lo." Senyum manis dengan kedua matanya yang membentuk bulan sabit semakin terlihat jelas.

"Jauh sebelum lo pindah ke sekolah gue."

"Udah lama gue perhatiin lo."

"Berusaha deket sama lo walaupun lewat sosial media."

Laki-laki itu menekuk kaki mensejajarkan tubuh mereka. "Tapi apa?" Suaranya menjadi serak ketika menatap mata Aluna.

"Apa yang gue dapet?"

"Lo gak kenal sama gue. Inget pun enggak." Kalimat terakhir diiringi dengan bisikan pilu.

"Gue cinta sama lo Al, cinta banget..."
"Semenjak kita tetanggaan di Busan tapi lo gak nyadar kalo kita tetanggaan."

"Lo terlalu fokus sama hidup lo sampe gak merhatiin sekitar.."

"Tau sakitnya kayak gimana?"

"Sakitnya gak bisa gue definisi-in."

Laki-laki itu tersenyum pedih, "rasanya sakit banget pas liat lo dideketin cowok lain."

"Lo cuma nganggep gue cowok selintas."

Laki-laki itu memejamkan matanya beberapa saat sampai akhirnya membuka matanya diiringi dengan air mata yang mulai mengalir.

"Gue Bae Jinyoung, cinta sama lo Aluna Park."

***

Jinyoung mengaitkan kalung anjing yang menyambung pada rantai panjang itu pada leher Aluna. Jinyoung tersenyum senang ketika melihat wajah ketakutan Aluna, Jinyoung mengelus dagu Aluna layaknya seekor kucing.

Jinyoung berdiri dengan rantai yang ia genggam erat, berjalan memaksa Aluna untuk mengikuti setiap langkahnya.

Aluna menekuk lututnya berniat berdiri namun seketika rambutnya dijambak. "Lo tetep ngerangkak."

Aluna kembali merangkak ketika Jinyoung berjalan, sakit dilehernya semakin terasa karena pengikat yang begitu ketat menyiksanya. Napasnya tersendat bahkan sampai terbatuk ketika Jinyoung menambah kecepatan berjalannya.

"J-jin,"

Jinyoung berhenti lalu menoleh, ia menatap wajah Aluna dengan senyuman manis. "Kenapa Al?"

Aluna menelan ludah ketika rasa sakit itu membuatnya tidak bisa mengeluarkan suaranya.

"Kok diem?" Jinyoung mencengkram rahang Aluna, memaksanya untuk menatap mata Jinyoung.

"Jawab." Jinyoung memicingkan matanya tajam. "Jawab!"

Aluna tersentak ketika Jinyoung membentaknya tiba-tiba. "S-sakit,"

"Sakit?" Jinyoung tertawa gila lalu mengusap pipi Aluna lembut, "gak seberapa sama sakit yang gue alamin."

Jinyoung terkekeh sinting ketika Aluna menatapnya sayu, "ayo lanjut lagi." Jinyoung berdiri lalu kembali berjalan. "Ayo sayang."


***


Guanlin segera berlari kearah lantai bawah. Buru-buru menuju tempat tujuan yang akan memberikan informasi padanya.

Feeling any Numb'ness?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang