Aluna berusaha menahan pekikannya ketika Guanlin mencengkram kedua kakinya kuat dari bawah ranjang.
Meremas sprai sebagai lampiasan sakit, Aluna berusaha melepaskan cengkraman Guanlin yang semakin kuat saja."Kaki lo mau gue hancurin, Lun?" Guanlin bertanya sambil memiringkan kepalanya.
Aluna menggeleng kuat ketika Guanlin tersenyum ramah. "Lo itu kenapa?"
"AKH!"
Aluna tiba-tiba berteriak ketika Guanlin menekukkan tumit kakinya. Rasanya seperti ada yang patah.
Aluna menatap Guanlin marah ketika melihat Guanlin didepan kakinya masih saja memasang senyum ramah.Mengelus kaki Aluna, Guanlin mengecup kaki Aluna sayang lalu mengusapnya, "Sakit ya?"
Aluna tidak menjawab ketika Guanlin bertanya dengan nada lembut seperti itu. Menarik kakinya lalu menggantungkannya ke bawah, Aluna hampir saja menangis.
Guanlin berdiri lalu menatap Aluna. Mengelus rambut Aluna, Guanlin menatap Aluna teduh. "Sorry, mau gue gendong?"Aluna memandang Guanlin dibalik rambutnya yang menjuntai. Tidak berniat menerima maupun menolak. Kenapa Guanlin bisa dengan cepat merubah sikapnya. Untuk kejadian ini, Aluna mulai takut dengan Guanlin.
Pintu uks terbuka dan menampakkan Jinyoung yang menatap mereka bingung. Melihat rambut kusut Aluna serta wajah datar Guanlin , ia mulai mendekat.
"Lo berdua abis ngapain?"
"Gak ada." Guanlin yang menjawab, Aluna memandang Jinyoung lalu menyuruh Jinyoung untuk lebih mendekat.
Jinyoung mengernyitkan alis bingung ketika Aluna menyuruhnya untuk menunduk, namun tidak banyak protes, Jinyoung langsung menunduk.
"Boleh gue pinjem punggung lo?" Aluna berbisik rendah didepan telinga Jinyoung.
Sebenarnya Jinyoung ingin sekali menanyakan mengapa Aluna terlihat ketakutan seperti ini namun ia menghargai perasaan Aluna untuk tidak bertanya terlebih dahulu.
Jinyoung mengangguk lalu menekukkan kakinya, Aluna langsung turun pada punggung Jinyoung.
Menenggelamkan wajahnya ditengkuk leher Jinyoung, Aluna tidak berani menatap Guanlin."Gue duluan." Setelah berkata seperti itu, Jinyoung berjalan pelan. Sementara Aluna merasa punggungnya ada yang sedang melubangi.
Sikap Guanlin yang tidak konsisten seperti ini membuatnya takut.
"Lun,"
"Hm?"
"Kaki lo, kenapa?"
Oh, ia lupa kaki nya memerah dibagian tertentu dan sekarang ia tidak memakai sepatu.
Mungkin orang-orang akan menganggapnya orang sinting.***
Seunghyun menunggu sabar ketika Hyunsuk baru saja masuk kedalam kamar mandi. Disekolah pun ia sudah bilang pada Hyunsuk untuk tidak terlambat datang, namun Hyunsuk bebal dengan tidak mendengarkan perkataannya. Melirik jam ditangannya, Seunghyun berpikir apa Alina sudah menunggu lama disana.
Menghela napas berat, Seunghyun menyenderkan tubuhnya di sopa, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari lantai atas.
"PERGI AJA DULUAN!"
Seunghyun lebih mendekat kearah tangga ketika suaranya sedikit tidak jelas.
"APA? KAU BILANG APA?" Seunghyun balas berteriak, setelahnya ia seperti mendengar suara dengusan Hyunsuk, padahal sangat jauh.
"PERGI DULUAN, AKU BISA NYUSUL."
"KAU YAKIN?"
Tidak ada jawaban, Seunghyun menganggap itu sebagai jawaban iya.
![](https://img.wattpad.com/cover/110739932-288-k106194.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling any Numb'ness?
Fanfic"Ganteng sih, tapi jahat udah gitu mesum lagi." "Bukan gitu. Dia suka, cuma caranya ngungkapin tuh beda."