Bae Jinyoung

2.5K 330 68
                                    

Menjadi penerus keluarga Bae adalah hal yang sebenarnya tak aku inginkan, mengingat aku yang tak terlalu berminat pada perusahaan. Tapi, sebagai anak laki satu-satunya, tanggung  jawabku semakin besar.

Aku memiliki adik perempuan, Bae Irene. Dia cerewet sekali, kami memang hidup terpisah sejak kecil. Ya, Ayah dan Ibu bercerai sejak aku duduk di bangku SMP. Aku ikut Ibuku ke London, sedangkan Irene dengan Ayah. Meski terpisah jarak, kami tak pernah sedikitpun lupa untuk saling berkomunikasi.

Aku juga sering datang ke Korea untuk menjenguk adik cerewetku itu, atau saat liburan sekolah Irene yang akan mengunjungiku. Dan, seperti hari ini handphone ku tak pernah berhenti berdering untuk kesekian kalinya.

"Mwo??"

"Isshh... Oppa, aku butuh teman untuk curhat." Dia mencebik lucu, sekali melihatnya aku yakin dia sedang galau. Kemarin dia berceloteh panjang lebar tentang sahabatnya__Yoona.

"Apalagi sekarang, bukankah di sana sudah malam. Kamu tidak tidur??" Tanyaku sembari mengamati wajahnya yang sedikit murung.

"Yoona... akhirnya dia taken dengan orang yang ku sukai." Alisku terangkat, jadi ini masalah cinta segitiga belum berakhir??

"Ya, lalu? Apa kamu akan merebut orang itu dari sahabatmu??"

"Oppaaa... Bukan itu!! Kamu tau kan aku sangat menyayangi Yoona, kami teman sejak kecil. Jadi, asal sahabatku itu bahagia aku tidak masalah." Dia bicara begitu sambil tersenyum, tapi sejujurnya aku tahu dia tidak baik-baik saja.

"Kamu memang adik yang manis." Dan dia tertawa mendengar kata-kataku.

"Oppa, kepalamu sedang tidak terbentur kan??"

"Tidurlah, Oppa harus siap-siap untuk sekolah juga. Jaljayo."

Pip!!

..

..

..

Sudah dua bulan kami tidak video call, tapi masih saling mengirim chat. Irene yang menginginkannya, karena dia ingin fokus pada ujian tengah semester. Yah, aku juga sama. Hingga dua minggu tepat setelah UTS berakhir, dia mengirimiku pesan.


Line

Irene

Oppa, Aku sedih... Yoona, dia sakit.
Dan sekarang kritis, yang membuatku semakin sedih adalah
aku melihat orang yang ku cintai juga ikut bersedih.


Aku langsung melakukan panggilan internasional hanya untuk menenangkannya, aku bilang padanya bahwa semua akan baik-baik saja. Dia mulai bisa mengontrol emosinya, dia bilang mendengarku bicara menenangkan hatinya, dan aku bersyukur. Meski tanganku tak bisa memeluknya,setidaknya aku masih bisa menghiburnya.

Dia masih mengirimiku banyak pesan, setiap harinya. Cerita tentang Yoona yang semakin hari semakin memburuk, bercerita tentang kekasih Yoona yang setia menemani Yoona yang membuatnya iri. Banyak hal yang aku tahu,meski hanya lewat pesan.

Irene yang manis itu cemburu,dan tak sanggup menghapus perasaannya pada kekasih Yoona. Bahkan dia pernah mengatakanku, entah karena dia emosi atau kalut, Irene berharap Yoona tak akan sadar. Gila.

Drrtt drrrtt...

"Ya Ren, ada apa sekarang??" Tanyaku begitu mengangkat panggilannya, dia terkekeh lalu menangis.

"Oppa...."

"Ada apa denganmu??" Tanyaku bingung, tidak biasanya dia bersikap seperti ini.

"Oppa, sahabatku itu meninggal... tadi pagi. Kenapa aku tidak sedih??"

"Yak!! Irene-ah... Kamu bicara apa??"

"Apa ini kesempatan untukku,Oppa??"

Sejak panggilan terakhir dari nya, kami jarang berkomunikasi lagi. Mungkin dia terlalu sibuk dengan obsesinya, sedangkan aku terlalu sibuk dengan Ujian Akhirku. Aku harus lulus ujian masuk ke Oxford,karena itu cita-citaku. Sebulan berlalu, Irene jarang mengirimiku pesan lagi, apa aku bilang padanya kalau aku akan pulang ke Korea??

Ah tidak, lebih baik aku memberinya kejutan.

..

..

..

Akhirnya aku menginjakkan kaki ku kembali di Korea, hal pertama  yang terbesit di kepalaku adalah aku harus memberi kejutan pada gadis kecilku. Jadi, aku menyusulnya ke Sekolah. Mengingat kedatanganku masih di jam sekolah,dan sebentar lagi adalah waktu istirahat.

Taksi yang ku tumpangi berhenti di depan sekolah, Aku menyuruh taksi itu menungguku. Setelah itu aku masuk ke dalam.

"Ah.. sudah jam istirahat. Kemungkinan dia berada di kantin." Gumamku sembari mengambil hape yang berada di kantong celanaku, aku berniat menghubunginya. Tapi, atensiku teralih karena melihat banyak siswa berlarian ke arah kantin, apa ada murid yang bertengkar??

Aku berjalan cepat mengikuti para siswa itu, dan benar. Di depan sana aku melihat banyak siswa berkumpul, aku menelisik satu persatu dari sudut kanan ke kiri,dan tepat di sana aku melihat adikku,Irene.

Aku perlahan maju, aku juga melihat pemuda tinggi,berkulit tan dan ku akui dia memang tampan berjalan menghampiri Irene.

"Lo kenapa?? Mulut lo kok beda sama kelakuan lo selama ini?? Mana irene yang lembut, yang baik yang gue kenal???" Hah? Ada apa ini? Kenapa dengan anak itu?? Aku alihkan pandanganku ke Irene.

"Kak, gue ga bisa liat lo di gituin sama yoongi. Karna gue___ gue___ GUE SUKA LO!!!" Huh? Jadi... anak ini yang di ceritakan Irene setiap malam?? Yang membuatnya jatuh cinta??

"Yoon, lo nangis??" Salah satu dari mereka nangis, dan aku juga melihat pemuda kulit tan itu begitu marah juga sedih secara bersamaan.

"Lo liat sekarang?? Karna gosip murahan lo, karena sikap lo yang kekanakan gini, lo nyakitin orang yang berarti banget buat gue!!"  Tunggu,aku benar-benar bingung sekarang. Aku harus tanya dengan jelas masalah ini ke Irene.

"Tapi kak_____"

"Gue cinta sama dia, dia pilihan gue. Jadi maaf, soal perasaan lo ama gue___tolong lupain."

Saat itu hatiku sakit, aku melihat pertama kalinya Irene menangis. Dan itu hanya karena satu orang. Bahkan teman-teman pemuda tan itu mencibir dan mengolok-olok adikku. Kakak mana yang tak sakit hati adiknya di permalukan??

Apa aku harus balas dendam??

Mereka mempermalukan adikku!!

Apa aku salah?
















_______________ [Book-II] Always,Kim. tbc

[Book~II] ALWAYS,KIM✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang