Tolong

22.9K 3.5K 332
                                    

"Diem diem bae,"

"Lama kamu, anjing."

"Santai dong, katingku nyegat tadi."

"Siapa? Mau aku bikin bonyok berapa biji?"

"Apaan sih, udah ayo, aku mau makan."

Taehyung hela napas, buang rokok yang udah lumayan pendek kemudian diinjak.

Pakai helm dan beralih kasih satu helm lagi ke perempuan kuncir kuda di depannya.

"Tau cantik?"

Perempuan tadi kerutin dahi, bingung. "Siapa?"

"Cewek depan aku."

Ada alasan buat ngga senyum?

Total, perempuan tadi senyum.

Senyum Sejeong Geofani, favorit Taehyung sejauh ini.

[]

"Anter ke gramed, mau?"

Taehyung lirik pacarnya sambil hilangin kotoran di gigi, "Ngapain?"

Putar mata dan jawab ogah ogahan, "Dugem, ya beli buku lah."

"Ya, sans."

"Mau ya?"

"Pernah aku bilang engga?"

Cengiran kotak, dan hadiah ciuman di pipi Taehyung dapat hari ini habis makan siang di warung pecel dekat kampus Sejeong.

Ya, lumayan. Tapi kurang.

[]

"Mending aku beli yang matahari dulu atau bumi?"

Taehyung lirik dua buku di tangan Sejeong dengan kurang minat, "Aku ngga paham."

Cemberut, Taehyung mana tahan, kan.

Hela napas dan tatap Sejeong datar-kaya biasanya. "Itu novel seri gitu?"

Sejeong angguk antusias, Taehyung gemas sendiri. "Aku lagi cari, Tere Liye senpai banget, deh. Kamu harus coba baca, jangan rokok terus."

Ketawa kecil dan usak pucuk kepala pacar, "Masih kecil ngga usah sok guruin aku, ada berapa buku?"

"Satu, dua.. tiga deh, kayanya."

Taehyung angguk pelan, "Ambil semua, tapi janji jangan ngga peduli sama chatku."

Setelahnya jalan tinggal Sejeong yang bahkan harus latihan untuk ngga terus senyum di setiap hari karena punya pacar sebegini pengertiannya.

"Mau liat yang lain dulu?"

"Engga deh, aku capek."

Taehyung angguk, jalan santai ke arah parkiran dan ambil motor besarnya. Seperti biasa; kasih Sejeong helm dan tunggu perempuan itu naik ke motornya.

"Jangan kecapean."

"Ya,"

"Maag-mu, jangan ga peduli."

"Iya aduh bawel nih,"

Tancap gas dan tinggal area parkiran, ngga terlalu ngebut karena jalanan cukup ramai. Macet, sialan.

"Aduh, bangsat, macet banget. Lewat jalan kampung aja ya?"

"Ya, panas juga ini, terserah kamu aja."

Putar haluan dan belok ke gang yang mengarah ke pemukiman warga, jalannya cukup pusing karna Taehyung yang pilih banyak gang buat di lewati.

Sejeong sapu keadaan pemukiman, ramai tadinya, tapu sekarang cukup sepi.

"Kak, kayanya ada yang dipukulin deh,"

"Hah?"

"Itu, di gang."

Taehyung ikut arah tunjuk Sejeong, mengarah ke gang kecil dimana cuma keliatan kepala satu orang ditanah sementara badannya ditendangi.

Kontan, Taehyung berhenti. Coba reka ulang dan pastiin sesuatu.

"Sialan,"

Sejeong tatap pacarnya bingung, "Kenapa?"

"Turun, Jeong."

"Kenapa sih?"

Taehyung ngga jawab, beralih ambil ponsel dan hubungi seseorang. "Niel, dimana?"

"Kosan bang Jongin nih, sokin kali coy nyebat gratis."

"Anter Sejeong balik bisa? Gue di-warung tempat nongkrong sekitaran rumah bang Jongin."

"Lah, lunya?"

"Urusan."

"Ya oke,"

Taehyung masukin ponsel ke saku, tatap Sejeong yang tatap dia total bingung. "Kamu pulang sama Daniel,"

"Loh?"

"Temenku dipukulin."

"Si—"

Buat pertama kalinya, Taehyung tinggal Sejeong tanpa kata pamit yang resmi sebagai mana biasanya.
















[ Rυѕαк ]

halo? iya maaf huhu telat :(
kemaren lho ada yg sebut sejeong? sini gue follow :)

rusak › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang