"Demi Tuhan, ini udah batang ke tiga tapi lo masih diem. Maksud lo kesini, ngapain?"
Jungkook jelas marah.
Ini hampir tengah malam dan Jungkook sumpah mati capek sekali, sedetik sebelum tarik selimut tapi ketukan brutal di pintu kosnya buat Jungkook ngumpat keras.
Jungkook kira, Taehyung yang ajak dia ketemu itu bohongan.
Tapi waktu buka pintu dan dapati Taehyung dengan raut suram dan rambut kusut acak acakan, Jungkook total kaget.
Taehyung itu tipe cowok banyak omong, dan Taehyung yang diam sambil abisin tiga batang rokok dalam kurun waktu kurang dari satu jam, itu pasti ada alasannya.
"Tae—"
"—bonyok baru, kenapa? Ngebet banget pake P3K yang gue kasih atau gimana?"
Jungkook blank. Kenapa Taehyung perhatiin sesuatu di wajahnya sedetil itu?
Ngga ada respon, Taehyung tatap Jungkook di sebelah dan hembusin asap rokoknya tepat di depan muka.
"Ohok—sial,"
Taehyung ketawa, rendah dan kesannya seram. Jungkook sedikit takut disela batuknya.
Jungkook tatap Taehyung sambil kibas tangan—hilangin asap di depan muka. "Lo apaan sih, bangsat. Jangan bikin gue takut."
"Bukan lo yang ketakutan." Taehyung hisap rokok di sela jarinya, setelahnya hembusin adap ke udara perlahan. Tatap Jungkook dengan tatapan lemah,
"—tapi gue."
Jungkook tatap Taehyung serius, "Kenapa?"
"Gue ditampar,"
Jungkook total kaget. "Sama siapa!?"
"Kenyataan."
Hening. Benar firasatnya; Taehyung pasti punya masalah.
Jungkook bukan cowok yang selalu peduli sama manusia di sekitarnya, sekali pun ada kejadian, Jungkook lebih pilih sumpal telinga pakai earphone dan putar lagu dengan volume kencang. Kebiasaannya.
Tapi buat Taehyung, kebiasaannya sedikit berubah.
Jungkook mau tau masalah yang lagi cowok cengiran kotak itu hadapi, tapi—Jungkook ngga paham caranya.
"Maksud lo.. gimana?"
Taehyung padamin rokoknya di asbak, setelahnya ambil cola Jungkook dan di minum tepat di titik Jungkook minum sebelumnya.
Telinga Jungkook merah cuma karena lihat itu.
"Lo pernah sayang seseorang?"
Pertanyaan Taehyung malam itu buat Jungkook total mengawang. Seolah dilempar ke masa lalu, dan dapati dirinya yang masih jadi anak nakal yang wajar.
"Pernah."
"Kehilangan orang yang lo sayang?"
"Jangan ajarin gue soal kehilangan, gue lebih dari paham buat ngerti siklus sialan itu."
Taehyung dengus geli, malam itu keduanya tatap langit cerah yang sama dari teras tempat kos Jungkook.
"Siapa yang ilang?"
"Ayah. Adek gue."
"Er.. kenapa?"
Jungkook endik bahu acuh, "Cerai, alesan klise yang kata bunda supaya bahagiain dua belah pihak."
Taehyung diam, tatap telak bocah di sebelahnya dari samping. "Terus?"
"Gue—ngerasa bodoh waktu itu. Gue percaya semua alesan yang bunda kasih dengan senyuman sialannya."
"Lo tau, ayah itu role model buat gue. Obsesi bocah dekil sepuluh tahun, gue pengen banget jadi kaya ayah waktu itu. Bahkan setelah dia tinggalin gue sama bunda dan bawa adek gue pergi."
Taehyung butuh sandaran, tapi lihat Jungkook yang ceritain kisahnya buat Taehyung lupa sedikit masalah bundanya.
"Makin gede, makin paham. Kalo iya bahagiain dua belah pihak, ngga mungkin bunda nangis tiap malem."
"Gue paham, ayah tinggalin bunda buat bahagianya sendiri. Dan gue ngerasa ketampar, gue ngga mau kaya ayah. Gue juga ngerasa kaya ayah gue yang dulu.. ilang."
Jungkook noleh, lihat Taehyung yang amati dia intens. "Lo beruntung masih punya keluarga yang utuh."
"Siapa?"
"Lo,"
"Bunda ngga ada, masih bisa dibilang utuh?"
Hening lagi. Jungkook tatap bingung cowok di sebelahnya. "K-kapan?"
"Barusan."
"KOK LO NGGA PULANG?"
Sedetik sebelum Taehyung jelasin, Jungkook udah bangun dari duduknya.
Tatap Taehyung yang masih duduk pakai tatapan marah, "Seengganya lo hormat buat yang terakhir kalinya, pulang sekarang, Taehyung."
Taehyung cuma diam. Tatap Jungkook datar dari bawah.
"Taehyung!"
Jungkook tarik tangan cowok yang cuma diam, tapi susah sekali. Tenaganya kuat.
"Lo sinting atau—"
Ditarik tiba tiba, dan Jungkook ngga punya reflek bagus. Ujungnya, jatuh di pangkuan Taehyung jadi hasil.
"A-anjing—"
Usaha buat bangun gagal total, Taehyung tahan Jungkook di pinggang.
Jungkook celingukan. Sepi, ngga beruntungnya.
"Lo punya otak buat mikir, sampe bunda yang meninggal aja rela gue tinggal demi ketemu sama lo sekarang. Tau kenapa?"
Jungkook diam, geleng pelan dan tatap Taehyung yang mulai pasang raut sedih.
"Gue butuh orang buat usap kepala gue waktu gue di keadaan sejatoh ini."
Taehyung peluk Jungkook erat sekali. Lingkari pinggang Jungkook dan taruh kepala di ceruk leher cowok di pangkuannya.
"Gue butuh lo."
Malam itu bahu Jungkook basah, dan usapan di kepala Taehyung jadi penutup hari itu.
Tepat jam dua belas malam, Jungkook sadar dia jatuh telak ke Taehyung tanpa direncanain.
[ Rυѕαк ]
lagi demen apdet. bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
rusak › tk.
Fanfictiontaehyung dan jungkook saling menemukan atap ketika rokok dan pematik paksa mereka untuk bersitatap. ©taelkom, 2018.