"F-fuck—Taehyung."
Fantasi manis yang ada di otak sempit Jungkook sekarang hancur dalam hitungan tiga detik.
Jungkook kira, ini bakal kaya adegan romantis di sinetron picisan yang sering bunda tonton.
Adegan picisan sialan yang berawal ciuman bibir dan berakhir cuddle romantis, setelahnya mereka bakal pacaran dan kisahnya selesai.
Tapi Jungkook sadar betul, dunia nyata ngga semudah itu.
Adegan romantis picisannya mungkin hampir sama, tapi yang Jungkook alami justru sedikit—panas.
"Fuck—ah. Brengsek."
Siapa yang kira dibalik tubuh kurus Taehyung justru simpan tenaga yang besar sampai Jungkook susah hindar?
Sialan, Jungkook bahkan ngga gerak di pelukan Taehyung.
Kejadiannya ngga bakal kaya gini—mungkin, kalau Jungkook ngga biarin Taehyung nangis di ceruk lehernya.
Karena otak lemot sialannya lupa, kalau leher batas keras seorang Jungkook.
Titik sensitif, dan pinggang, maka berujung lah kaya gini.
Kasur, kamar kos dengan lampu padam, dan dua manusia berkeringat.
"Taehyung, gue bukan Sejeong! Lo mabok atau—"
Hujan turun lebat kalau seorang Taehyung mau peduli. Karena Jungkook justru susah bicara karena Taehyung yang cium bibirnya.
Sibuk hisap, gigit, tanpa niat pakai lidah karena Jungkook belum terima dia sepenuhnya.
"Tae—bangsat,"
Tautan lepas, dan Jungkook sibuk raup napas banyak banyak. Sementara Taehyung, tersangka pembuatan tanda ungu di lehernya, cuma tatap Jungkook pakai tatapan tajam.
"Bilang, lo mau. Bilang."
Jungkook tatap cowok yang pangku dia, tangan Taehyung masih di pinggangnya, dan sial—jarinya masih usap pelan punggung dan sesekali remas kecil pantatnya.
"Gue bukan Sejeong. Lo normal, gue ngga mau jadi pelampiasan, bangsat."
Bentakan Jungkook buat Taehyung ketawa lirih. Suaranya serak luar biasa, sorot matanya—bahkan Jungkook ngga bisa kenali saking tajamnya.
Taehyung ngga pernah tatap Jungkook setajam itu.
"Dua alesan kenapa gue kesini,"
Jungkook cuma diam, tatap cowok yang amburadul di depannya. Rambutnya acak, keringat dimana mana, bibirnya basah.
"Satu, gue butuh lo usap kepala gue waktu si bangsat itu pulang dan justru jalan sama selingkuhannya."
Sorot mata Taehyung mulai lemah—kesannya sedih sekali tatap Jungkook. "Sejeong selingkuh, Jungkook. Dia pergi sama cowok lain."
Jungkook ketawa lirih, tatap Taehyung sinis. "Ho, jadi dari awal lo kesini—anggep gue cuma pelampiasan? Keren banget, bangsat. Pulang lo sana."
Taehyung diam, lebih pilih buat tatap muka Jungkook yang kacau dan mata yang mulai merah tahan nangis.
"Lo tau, gue rela cari mampus sama preman buat dipukulin cuma buat pap ke lo dan berharap lo dateng kesini, obatin gue pake P3K yang lo kasih." Jungkook nangis. "Tapi lo ngga pernah dateng."
"Lo—sibuk sama cewek lo."
Taehyung tatap Jungkook, posisinya masih di pangkuannya.
"Gue sesayang itu. Sama lo, bangsat."
Taehyung diam. Otaknya ngga bisa pikir panjang waktu hormonnya sebegini naik, sialan.
"Lo tau alesan kedua gue kesini mau ngapain?"
Jungkook tatap marah, matanya merah, hidungnya juga. Kesannya justru lucu. "Apa? Lo mau perkosa gue? Terus lo tinggal? Brengsek, kenapa bukan lo yang mampus."
Itu buat hati Taehyung sakit sebetulnya. Tapi Taehyung diam.
Lepas rengkuhan di pinggang Jungkook dan beralih tarik kepala Jungkook dan ditaruh di lehernya. "Ngga usah sok tau, bangsat. Kalimat lo berlebihan. Gue sakit hati."
"Lepas, anjing."
Taehyung tetap peluk, dan kepalanya maju beberapa senti sampai tepat di telinga Jungkook. "Alesan kedua,"
Serak, sialnya bibir Taehyung nempel di telinga Jungkook. Bulu kuduknya meremang seketika.
Taehyung jeda, setelah Jungkook lebih diam, dia lanjut omongannya.
"—gue mau jujur."
Jungkook cicit pelan, "Tentang?"
"Gue sayang lo, bukan Sejeong. Dari seminggu yang lalu gue baru sadar, alesan gue ngga pernah dateng ke lo, gue—mau tau, gue suka lo atau cuma perasaan lewat doang."
"Dangdut banget, anjing."
"Gue serius. Gue ngga mau kalo gue ke lo cuma sekedar lewat doang. Paham, kan?"
"—dan jangan cari mati sama preman lagi, gue ngga suka muka lo ada lebam. Lo—cantik kalo ngga urakan, asal lo tau."
Jungkook diam, dan tugas Taehyung itu pecah keheningan.
"Jadi, oke?"
Jungkook suka sekali warna merah, tapi ngga suka—bahkan benci waktu ada warna merah di pipinya.
Hasilnya, Jungkook angguk pelan dengan pipi basah sisa air mata dan badan yang masih goyang pelan karna senggukan.
Taehyung pekik senang, peluk Jungkook makin erat. Dan beberapa menit kemudian suasananya hening.
"Shh, jangan gigit kuping gue, brengsek."
Taehyung ketawa.
Jelas betul, ini belum selesai.
[ Rυѕαк ]
um, hai?
iya lama up, tau kenapa?
gue ketik-tulis part semi panas cuma buat mastiin;"ada yg salah ga ni"
"ih dangdut bat ni"
"ah ga nyambung ni"then yea,
kolom hujat.
KAMU SEDANG MEMBACA
rusak › tk.
Fanfictiontaehyung dan jungkook saling menemukan atap ketika rokok dan pematik paksa mereka untuk bersitatap. ©taelkom, 2018.