Halo, Bun?

18.4K 3K 254
                                    

ia dabel ap, hehe :(




















"A—ah,"

"Jangan ditahan,"

"ANGH—!"

Harusnya, Netflix jadi faktor romantis mereka malam itu, tapi justru adegan panas live action yang tampil sekarang.

Betulan ngga terencana, dengan Jungkook di pangkuan dan pinggul Taehyung yang terus gerak—jelas bukan sesuatu yang aneh.

Tanpa pengaman, tanpa kasur.

Sial, Jungkook ngga akan mau kalau seks di sofa kecil. Capek, dan lagi—ngga nyaman.

"Demi Tuhan—ngh, kasur—"

Curi kecupan dan remas pinggang Jungkook, ritmenya makin kencang.

"Angh—"

"Bosen, sofa belum kotor. Cukup desah, tugas lo cuma itu."

Ritmenya terlalu cepat, persis kesetanan. Kangen atau kurang asupan seks, Jungkook ngga peduli. Taehyung jarang lembut kalau sangkut masalah ranjang, kurang lebih udah biasa.

Beralih peluk leher Taehyung makin erat, taruh kepala di ceruk leher si pacar dan desah lirih tepat di telinga Taehyung.

"Mmh—Tae,"

"Terus, panggil gue. Lebih keras."

Hisap rakus leher Jungkook, dan bekas keunguan jadi saksi sebrutal apa Taehyung malam itu.

Hentakan masih tetap cepat, dan Jungkook yang siap klimaks buat kesekian kalinya malam ini.

"Taehyung—"

"Suka?"

Angguk lemah dan kecupan lembut di leher jadi persetujuan.

Taehyung senyum kecil, tempo mendadak melambat, dan Jungkook sedikit banyak mulai atur napas pasca klimaks.

"Percaya gue, Jungkook. Bunda pasti kasih restu."

Desis perih karena lubangnya lecet, sekaligus angguk lemah dan tatap sayu ke arah Taehyung yang balik fokus kejar klimaks keduanya.

"A—angh, pelan!"

Kecupan di pipi dan Jungkook total rasain hangat di rektumnya.

"Ngga kondom, loh."

"Spesial, hari ini doang, bangsat."

"Hahaha,"

Ronde terakhir, dan Taehyung yang susah payah bawa Jungkook ke kamar.

Besok, keputusan final.

Diterima, atau terpaksa total tinggal rumah buat kedua kalinya.

••





"Charger, power bank, dompet?"

"Ada,"

"Tiket?"

"Ini lho gue pegang!"

"Kali aja lupa,"

Jungkook decak malas dan putar mata, beralih duduk di kursi tunggu stasiun dengan earphone yang sumpal dua lubang telinga.

"Lo belum makan, cari sarapan dulu sana,"

Ikut duduk di sebelah Jungkook dan sedekap di dada, "Makan di rumah Bunda aja,"

Putaran mata malas dan Jungkook yang main Piano Tiles buat Taehyung lebih perhatiin raut pacar yang serius.

"Ya mending kalo dikasih pintu, kalo nanti pas liat batang hidung lo aja Bunda ngga ada mau ngomong.. gimana?"

"Doa lho itu, sialan."

"Ih, engga. Ah, anjing, dua tuts lagi padahal,"

Raut kesal yang buat Taehyung gemas setengah mampus buat Taehyung gigit pipi bagian dalamnya.

"Taro hape lo,"

"Kenapa?"

"Buat gue berani,"

Kernyitan dahi, dan Taehyung hembus napas kasar.

"Soal Bunda, gue.. takut setengah mampus."

Muka ditangkup, total saling tatap dan kontak mata yang cukup lama. Dan kecupan di pucuk hidung jadi penyebab timbulnya cengiran kotak Taehyung.

"Pacar gue bisa. Lima ronde jadi hadiah, semoga Bunda permudah—"

"Oke! Oke! Deal."

Sialan, Jungkook. Total mampus pantat besok pagi.

••





Derap langkah buat satu orang di halaman samping noleh, dan mata membesar karena kaget luar biasa.

Secepat mungkin sembunyi, persis anak kecil.

"Aduh, pulang aja ayo?"

"Banyak omong, sialan. Gaji gue abis cuma buat beli  cincin sama tiket kereta doang,"

Terus awasi dua manusia di halaman depan, adu argumen, tapi gemas juga dilihatnya.

"Serius, gue yang takut,"

Satu lelaki decak keras dan pegang tangan lelaki lainnya, tatap lekat telak di mata.

"Gue serius lamar lo, Jungkook. Bakal bodoh kalo udah tinggal ngelangkah buat ke final, tapi gue justru puter balik."

Diam. Hening.

"Ayo, ngomong sama Bunda. Bilang kalo bahagia lo bukan di perempuan,"

"Dia pasti bakal bantah—"

"Apa? Bakal bantah 'lo nya aja ngga nyari' gitu?"

Hela napas dan dua tangan digenggam, "Mau cari sampe kapan, Jungkook? Kemauan Bunda emang penting, tapi bahagia lo ngga sesepele itu. Ini hidup lo, oke?"

Angguk pelan dua kali, dan hembusan napas kasar jadi penyemangat.

"Oke, ayo masuk."

Secepat kilat lari dari tempat sembunyi, dan masuk ke rumah dengan pikiran kacau.

Bunyi bel rumah di tekan, dan anomalinya makin menggila.

Jalan ke arah pintu, dan buka perlahan. Senyum lebar, buat raut seterkejut mungkin.

"Loh? Nak?"

"Halo, Bun? Jungkook pulang—"

"—sekalian bawa sumber bahagia Jungkook juga."

"Oh?"










[ Rυѕaĸ ]

wadu wadu :(
diterima g ni lamarannya :(

rusak › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang