Jungkook

22.4K 3.6K 210
                                    

Malam setelah seminggu Taehyung antar Jungkook ke tempat kosnya, terasa ada yang sedikit janggal.

Taehyung ngga paham apa itu, tapi memang ada yang kurang.

Batang ke tiga dalam kurun waktu dua jam, dan dua kaleng soda kosong jadi saksi diamnya Taehyung.

Pola hidupnya ngga sehat—memang siapa peduli? Tau kalau rokok membunuh, tapi terus dihisap.

Sama halnya kaya Sejeong.

Taehyung ngga sayang, tapi terus simpan Sejeong dalam ikatan pacaran.

Taehyung itu tertarik, karna—hell, siapa yang ngga tertarik sama cewek pentolan kampus kaya Sejeong?

Bajingan kaya Taehyung punya otak sedikitnya buat ngga lepasin barang bagus.

Taehyung paham, perasaan senangnya setiap lihat senyum favoritnya itu bukan perasaan yang satu paket dengan debaran anomali khas orang jatuh cinta.

Taehyung lebih anggap Sejeong kaya adiknya.

Minus disetiap ciuman, karena kakak adik asli ngga akan lakuin itu—terlepas dari alur film porno yang Taehyung tonton sama Jaewon tempo hari.

Kamar kosnya sepi, sedikit samar kedengaran lagu Likin Park dari ponsel Taehyung yang jadi teman.

"Kak,"

Suara serak itu buat lamunannya buyar.

"Kenapa?" katanya.

"Badanku sakit semua, aku mau pulang."

Taehyung tatap perempuan di kasurnya, "Kenapa ngga nginep? Bajumu ada di lemariku beberapa."

"Aku—cuma mau pulang,"

Taehyung diam, tapi beranjak. Pungut satu persatu pakaian pacarnya di lantai dengan rokok di antara bibirnya.

"Aku pakein?"

"Aku bisa. Kakak ganti baju, nanti anter aku pulang."

Bahkan tingkah Sejeong yang aneh sekali kaya gini setelah sesi making out, ngga buat Taehyung merasa ada yang janggal.

Rumahnya bukan Sejeong, dan itu mutlak.

"Ayo,"

Sejeong cuma angguk lemah dan ekorin Taehyung pakai raut lesu.

••

Karena bakal ada sesuatu yang terlewat setiap kali kamu ngga di rumah.

Maka dari itu, rokok di sela bibir Taehyung jatuh bersama lengannya yang lemas di antara tubuh.

"Bunda ngga ada, Taehyung. Pulang,"

Sebenci apa pun Taehyung sama keluarganya, bunda memang pengecualian besar.

Bahkan bundanya selalu kunjungi Taehyung di tempat kos setiap akhir pekan cuma buat kasih uang atau seenggaknya makanan.

Tancap gas memang kesukaan Taehyung, tapi buat malam ini Taehyung benci.

Terasa percuma, karena secepat apa pun Taehyung kendarai motor besarnya, ngga akan bisa rubah keadaan dan buat bundanya kembali bernapas.

Malam itu Sejeong pulang, di saat lelakinya butuh sandaran.

"Heh bocah, ayo ketemu. Gue jemput."

Panggilan diputus Taehyung, bahkan sebelum orang di seberang menjawab.

Dan Taehyung putar arah, bukan temui bundanya, tapi ke rumah mutlaknya.

Taehyung butuh dua; rumah dan sandaran.

Dan Taehyung selalu dapati nama Jungkook di setiap kali hatinya tanya; ke siapa dia harus tunjukin titik lemahnya.
















[ Rυѕαк ]

gue mau bikin book ini cepet kelar. dan well, loncat waktunya jauh bangat. gapapa ya biar taekook cepet berlayar(ღ˘⌣˘ღ).

selamat malem minggu!

rusak › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang