Jam sepuluh pagi, Jungkook buka mata dan ngga temuin Taehyung di sebelahnya.
Tangannya raba tempat kosong itu, sprei hitam yang semula rapih sekarang berantakan total.
Dan lagi, noda putih yang mengering di atas hitam. Seolah jadi perjanjian awal, yang mana Taehyung siap miliki Jungkook buat waktu yang ngga ditentukan.
Kepalanya sakit, juga badan, terlebih pinggul dan—pantatnya. Oh sial, bahkan Jungkook bisa rasain sesuatu yang mengering di jalur masuknya.
Cairannya atau— ngga mungkin punya Taehyung, karena semalam kondom jadi saksi.
Jungkook hela napas, niat mandi hilang karena bahkan pergerakan sedikit aja luar biasa sakit.
"Bangsat,"
Dengus kesal dan raba nakas, matanya sedikit melotot dapati sesuatu dengan tekstur aneh di tangannya.
Perlahan, kepalanya noleh. Dan raut kaget total muncul di sana.
"Son of bitch. Ini jorok banget, brengsek."
Jungkook dumal sekaligus sumpah serapahi kelakuan Taehyung yang demi Tuhan, buat Jungkook marah.
Jungkook itu luar biasa bersih, bahkan jadwal mandinya dua kali lebih banyak daripada manusia kebanyakan.
Juga, lingkungannya. Tetangga yang jorok bakal selalu Jungkook omeli, bahkan kena umpatan juga, dan sekarang justru—
—ada satu kondom bekas yang lumayan panjang juga sisa sperma masih ada sedikit di sana.
Dan Jungkook pegang itu.
Brengsek, buat bersih tubuh sebegini susah ditambah kotor sperma di tangan. Dobel brengsek.
Man, sperma itu bau. Dan Jungkook ngga pernah suka jadi bau.
Ambil ponsel dan niat semprot Taehyung yang mungkin sekarang ada di pemakaman Bundanya, persetan— Jungkook kesal.
Pergerakan juga umpatannya berhenti total waktu dapati satu sticky note kuning di layar ponselnya.
Lengkap dengan tulisan ceker ayam dan kalimat sialan.
‘ puas marahnya, sayang? lol.
kebo banget lo idih.
gue ikut pemakaman bunda
dan bakal balik lagi nanti.
nyet, nanti gue yang cuci sprei,
gue tau lo lagi lemah sekarang hahaha. ’—pengguna kondom.
"Sinting,"Pagi menjelang siang, dan senyum Jungkook sukses kalahin cerahnya matahari waktu itu.
••Nyatanya, Taehyung belum balik sampai angka dua puluh muncul di jam digital kamar kos Jungkook.
Pinggulnya udah lumayan, dan lihat kulkas mini yang kosong buat Jungkook hela napas.
Bahan makanannya habis, dan kebetulan uang kiriman Bundanya belum dipakai sama sekali.
Jungkook itu pengangguran—setelah dipecat pekerjaan sebelumnya—, lulusan sarjana pendidikan S1 yang terlampau malas lanjut hidup karena konflik keluarga.
Sejak perceraian, Jungkook memang patuh sekolah, Bundanya jarang sekali marah.
Tapi Jungkook patuh bukan karena Jungkook mau, tapi karena Jungkook harus.
Beban Bundanya berat kalau harus dipikul sendiri, sedangkan Jungkook berfikir bisa ringanin itu dengan caranya.
Sampai Jungkook sebesar ini dengan gelar S1, itu karena Jungkook harus. Bukan karena Jungkook mau.
Maka dari itu lepas dari Bunda dan pilih mandiri jadi alasan Jungkook buat pilih hidup yang mau dia jalani, bukan yang harus dia jalani.
Nyatanya, berandalan jadi muara. Dan ketemu Taehyung itu bonusnya.
"Hah, kalo dipikir— kangen juga sama Bunda."
Komunikasi cuma telepon, dan ngga lebih dari sepuluh menit. Semakin besar, Jungkook makin asing buat hidup Bundanya. Jungkook juga ngga paham kenapa.
Kakinya injak lantai bersih minimarket, dan sapaan selamat datang Jungkook dapati.
Ambil troli dan mulai ambil kebutuhannya. Sedikit banyak Jungkook paham gimana cara olah bahan masakan, karena Jungkook tinggal sama Bunda skill masaknya sedikit menular.
Belanjaannya banyak, satu kantong besar. Penuh dengan bahan makanan, perlengkapan mandi, dan cemilan.
Mayoritas jelas cemilan manis.
Selesai belanja, Jungkook bayar pakai kartu dan setelahnya pulang ke kos sambil sedot susu strawberry.
"Lho, Taehyung?"
Punggungnya, jelas Jungkook tau betul. Itu benar Taehyung.
Diam di dekat motor besarnya dan tatap lurus ke arah depan.
Jungkook ikuti kemana arahnya, dan— Sejeong yang sama cowok.
Jungkook jalan cepat, dekati Taehyung yang masih diam dengan rahang yang mengeras. Bahkan ngga sadar kalau Jungkook sekarang ada di depannya.
Jungkook hela napas, taruh kantong belanjaan di aspal dan masukin sedotan susu strawberry nya ke mulut Taehyung.
Satu tangan pegang susu, dan satunya lagi tutup mata Taehyung.
"Jangan diliat kalo sakit."
Taehyung diam. Dan Jungkook hela napas.
Sedikit jinjit dan kecup halus pelipis Taehyung. "Abis liat yang pait mending minum yang manis."
Begitu, dan susu strawberry punya Jungkook sukses habis dalam hitungan detik.
[ Rυѕαк ]
hihah. part making love nanti aja, gue lagi pengen bikin yang manis. uwu.
dan guise, sebenernya gue ga tega buat bikin sejeong jahat disini. karena.. sejeong bias cewek gue satu satunya:((
HAMPURA ATUH YA MBAK SEJEONG. BYE.
KAMU SEDANG MEMBACA
rusak › tk.
Fanfictiontaehyung dan jungkook saling menemukan atap ketika rokok dan pematik paksa mereka untuk bersitatap. ©taelkom, 2018.