8

30 2 0
                                    

Sejak terbangun, aku belum tidur sama sekali. Aku tetap berangkat ke sekolah.

Aku meletakkan kepalaku diatas meja sembari memikirkan alasan semua ini terjadi. 

"Ra, bangun woee!! Kau gak tidur kan?" Tegur Aga

Aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya.

"Astaga!! Apa yang terjadi denganmu?" Aga berteriak

"Kau ini kenapa, Ga?" Tanya Gea yang mencoba melihatku dari depan

"Ya ampun!!" Gea sama terkejutnya dengan Aga

"Kalian ini kenapa membuat keributan? Memangnya apa yang salah denganku?" Tanyaku heran

"Lihat ini!" Kata Gea sambil memberiku sebuah cermin

"Hahhhhhh...." aku menghela nafas panjang. Aku melihat wajahku yang kusut dengan kantung mata yang sangat besar.

"Hanya itu?" Ucap Aga dan Gea

"Memangnya apa lagi? Aku sudah tau jadinya akan seperti ini" Ujarku santai

Mereka diam menatapku.

Teng.. teng.. tong.. teng..

Jam pelajaran berlangsung dan aku benar-benar tidak bisa fokus. Sahabat-sahabatku terlihat gelisah, mereka terus memperhatikanku. Bahkan, Ibu Titin pun sepertinya terganggu dengan keadaanku.

"Hari ini sampai disini dulu pembahasan kita. Zahra, bisa kau datang ke ruangan Ibu?" Tanya Bu Titin

"Woee Ra, ditanya tuh sama Bu Titin." Bisik Fifi

"Ah? Apa bu?" Tanyaku heran

"Datang ke ruangan ibu sebentar" Ujarnya

"Baik, bu" Jawabku

Setelah Ibu Titin keluar aku mengikutinya.

"Duduklah!" Ujar Bu Titin

Aku duduk tanpa mengucapkan apapun.

"Zahra, apa kau ada masalah?" Tanyanya

"Tidak, bu. Saya baik-baik saja" Jawabku

"Tapi, kau tidak terlihat baik-baik saja. Kau juga sepertinya tidak memerhatikan pelajaran tadi." Ujar Bu Titin

"Ah.. saya hanya masih lingkung, bu. Mungkin karena saya bangun tengah malam dan belum tidur sampai sekarang." Jelas ku

"Ya sudah. Kau istirahatlah saja di UKS. Ibu akan memberitahu guru yang lain." Ujar Bu Titin

"Baiklah, bu. Kalau begitu saya permisi." Aku pamit pada Bu Titin dan berjalan ke UKS

"Hoi.. Bodoh!! Apa yang kau lakukan disini?" Seseorang memanggilku. Suaranya sangat familiar ditelingaku dan kata 'bodoh' itu membuatku teringat pada Sean.

Aku berbalik ke arah suara itu, tapi tidak ada siapapun disana. Mungkin itu karena aku belum tidur , lalu melanjutkan langkahku

Aku berbaring dan memejamkan mataku. Aku mencoba untuk tidur, tapi itu tidak berguna sama sekali. Apa mimpiku hilang? Sampai kapan aku tidak akan bisa tidur? Apa yang terjadi denganku?

"Ra? Kau disini?" Kata seseorang dari luar ruangan

"Yah, apa itu kau, Mark?" Balasku

"Iya.. boleh aku masuk?" Tanya Mark

"Masuklah" Jawabku

Mark membuka pintu dan menatapku

"Kau tidak apa-apa?" Tanya Mark

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan" Jawabku

"Akhir-akhir ini kau terlihat sangat senang. Tapi, kenapa kau tiba-tiba seperti ini?" Tanya Mark sambil mengambil kursi dan duduk disampingku

Aku agak kebingungan dengan pertanyaannya. Apa itu berarti dia selalu memperhatikanku?.

"Aku hanya lelah saja..." Jawabku

Mendengar jawabanku, Mark terdiam untuk beberapa saat. Aku tidak berani menatapnya, tapi aku merasa dia terus menatapku.

"Ya sudah. Istirahatlah!" Ujar Mark dan pergi meninggalkan ruangan

Setelah beberapa hari berlalu, aku tidur dengan meminum obat tidur dan mimpiku masih belum bisa kembali.

Sean? Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau lakukan sekarang? Apa kau menyadari aku menghilang? Eunhyuk Oppa? Bagaimana dengan konser itu? Apa yang sebenarnya terjadi?

"Ra! Kau baik-baik saja?" Tanya Fifi

"Eh? Aku baik-baik saja. Apa ada yang salah?" Balasku

"Akhir-akhir ini kau terlihat aneh, tidak seperti biasanya. Aga dan Gea pun mengatakan hal yang sama" Ujar Fifi

"Kalian ini terlalu banyak bepikir. Aku baik-baik saja. Kalian tidak usah khawatir." Kataku sambil tersenyum

"Baiklah. Tapi, kalau kau mau menceritakan sesuatu aku akan ada untuk mendengarkanmu." Ujar Fifi dan menepuk pundakku

"Siap!" Teriakku

Aku masih belum menemukan jawaban akan semua ini. Dan pagi ini, Ibu Titin tidak masuk mengajar. Karena itu, aku tertidur di dalam kelas.

Aku tertidur? Aku tidur? Tanpa obat? Apa ini? Tapi, dimana aku?
Yang kulihat hanya ruang putih tanpa batas.

"Bodoh!! Apa kau mendengarku?" Aku mendengar suara tapi tidak ada seorang pun disini

"Sean? Apa itu kau? Kau dimana?" Teriakku ketakutan

"Aku disini. Disini. Disini...." Aku mendengar suara Sean dari semua arah

Aku merasa kepalaku pusing. Aku berlutut dan menangis.

"Aku tidak bisa melihatmu. Kau dimana? Sean tolong aku?" Teriakku lagi

"Aku disini, Ra!" Aku melihat sebuah cahaya dan ada sebuah bayangan disana

"Sean?" Aku berlari ke arah cahaya itu, tapi semakin aku berlari cahaya itu semakin redup dan bayangan itu mulai menghilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sean?" Aku berlari ke arah cahaya itu, tapi semakin aku berlari cahaya itu semakin redup dan bayangan itu mulai menghilang

"Sean.. tidak, jangan pergi. SEAN!!!" Aku terus berteriak

"Ra! Zahra!! Bangun.. kau tidak apa-apa?" Teriak sahabat-sahabatku

Perlahan kesadaranku kembali, aku membuka mataku. Kutatap sahabat-sahabatku, mereka terlihat sangat cemas.

"Zahra..." Fifi memelukku

"Apa yang terjadi?" Tanyaku pada Gea dan Aga

"Tadi, kau tidur dan mulai berteriak. Siapa tadi??" Ujar Gea dan menatap Aga

"Sean. Yah, kau terus meneriakkan nama Sean" Tambah Aga

"Ra, sebenarnya Sean itu siapa? Kenapa kau sampai meneriakkan namanya? Sebenarnya apa yang kau mimpikan?" Tanya Fifi sembari melepaskan pelukannya

Aku tidak ingin membuat mereka terus khawatir seperti ini. Aku mulai menceritakan semuanya pada mereka bertiga. Walau terlihat tidak percaya mereka tetap mendengarku. Aku tidak bisa lagi menyimpan ini sendirian.


Mimpiku. Sean. Tuan Lee.

Apa yang terjadi disana saat aku tidak bisa tertidur seperti ini?

The Secret Of DreamlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang