9

30 2 0
                                    

Setelah menceritakan semua yang kualami kepada sahabat-sahabatku. Aku merasa lebih lega.

"Kau serius? Sudah berapa lama kau bermimpi seperti ini?" Tanya Fifi

"Aku tidak tahu dengan pasti kapan ini semua dimulai, sekitar beberapa bulan yang lalu" Ujarku

Aku merasa lega setelah menceritakan itu pada mereka. Setidaknya sekarang aku tahu, masih ada orang yang peduli padaku. Tapi, bagaimana dengan Sean? Apa ini berarti aku tidak akan bertemu dengannya lagi?

"Ra, kau tidak perlu khawatir. Apapun itu, kami akan tetap ada bersamamu" Ujar Fifi

"Yah, dan aku juga tetap menunggumu, Bodoh!" Aku mendengar suara Sean lagi.

Aku berbalik, tapi tidak ada siapapun dibelakangku. Ini sudah terasa horor.

Sepulang sekolah aku hanya termenung. Aku berusaha untuk bersikap seperti biasa agar orang tuaku tidak cemas. Namun, perhatianku benar-benar terahlihkan ketika aku melihat sebuah postingan. Aku benar-benar terpukul dan tidak bisa berpikir. Aku seperti kehilangan diriku sendiri.

Disisi lain, sahabatku Julia, Aga dan Gea juga melihat postingan tersebut. Julia langsung menghubungiku untuk memastikan aku baik-baik saja. Setelah beberapa saat aku tidak juga mengangkat telpon, akhirnya mereka sepakat untuk segera menemuiku di rumah.

Tok... tok... tok..

"Kak Julia, Kak Aga, Kak Gea?" Tanya adikku yang membuka pintu

"Dimana Zahra?" Tanya Julia dengan raut wajah cemas

"Kakak? Dia dikamar, ada apa?" Tanya adikku lagi

Julia langsung masuk tanpa menghirauan pertanyaan adikku. Dia akhirnya menghentikan langkah Aga dan memintanya untuk menjawab. 

"Eunhyuk di konfirmasi sedang menjalin hubungan dengan seseorang." Jawab Aga

"Apa?... Kakak..." Mereka berdua segera menyusul Julia ke dalam kamar. 

Mereka menemukanku tidak sadarkan diri. 

Aku tidak tahu apakah terlalu berat bagiku untuk mendengar berita itu hingga akhirnya aku memutuskan untuk meminum obat tidur sebanyak-banyaknya dan berharap agar aku tidak terbangun, sehingga aku tidak perlu menerima kenyataan itu. 

. . . .

Kini, aku kembali ada dalam ruang putih tanpa batas. Ku beranikan diri untuk melangkahkan kakiku. Tapi, tidak terjadi apapun.

Aku mulai berpikir dan memejamkan mataku, lalu semua yang ada di sekitarku berubah. Kini di hadapanku ada tangga dengan sebuah pintu diujungnya.

Kulangkahkan kakiku menaiki tangga. Aku berharap bahwa di dunia yang ada dibalik pintu itu, ada Sean dan Kota Dreamland. Karena aku tidak ingin kembali hanya untuk menerima kenyataan yang akan menyakitiku.

 Karena aku tidak ingin kembali hanya untuk menerima kenyataan yang akan menyakitiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlahan aku membukanya. Dan seketika semuanya tampak silau. Aku berusaha untuk membuka mataku, tapi cahaya itu benar-benar menyilaukan. Akhirnya, aku kembali berusaha untuk membuka mataku secara perlahan.

. . . .

"Sean?" Panggilku

"Oh! Kau sudah bangun?Tunggu sebentar, aku akan memanggil dokter" Tanya Sean ketika dia melihatku dan berjalan keluar ruangan

Eh? Dokter? Aku berusaha untuk mengamati sekitarku. Tempat ini benar-benar asing bagiku. Dan aku baru menyadari bahwa aku sedang berbaring disebuah ranjang dengan selang infus yang masih tertancap pada tangan kiriku. Aku benar-benar kebingungan.

Dokter akhirnya datang dan melakukan pemeriksaan padaku. Aku masih belum menemukan jawaban apapun tentang apa yang sebenarnya terjadi. Setelah itu, mereka meninggalkan ruangan dan Sean kembali masuk ke ruangan.

Dia tidak mengatakan apapun dan hanya menatapku.

"Sean?" Tanyaku pelan

"Hmm? Apa kau butuh sesuatu?" Tanya nya

"Tidak. Aku.. Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanyaku

"Kau tidak ingat?" Tanya nya dan aku hanya menggeleng

"Kau ingat kita nonton konser?" tanya nya disertai dengan anggukanku. "Awalnya kau terlihat sangat bersemangat dan konser berjalan dua jam pun kau tidak terlihat lelah sama sekali. Tapi, tiba-tiba kau terjatuh begitu saja. Aku kaget dan segera membawamu keluar dari kerumunan dengan bantuan staff yang berada di dekat sana. Kami menunggu beberapa saat tapi kau tidak menunjukkan respon apapun. Akhirnya aku membawamu ke rumah sakit." Jelas nya

Aku benar-benar tidak mengingat apapun.

"Sudahlah, yang penting sekarang kau sudah sadar. Dokter juga mengatakan bahwa setelah beristirahat kau bisa segera pulang besok." Kata Sean sambil terus memegang tanganku

Aku hanya mengangguk.

Keesokan harinya, saat Sean sedang mengurus administrasi tiba-tiba seseorang membuka pintu ruanganku. Aku menoleh dan tertegun melihat siapa yang sedang berada dihadapanku.

"Aku menghubungi Sean pagi ini dan mendapat kabar bahwa kau sudah sadar." Ujarnya sembari menghampiriku. "Kau sudah merasa lebih baik?" Tanya nya

Untuk sesaat aku masih menatapnya dan berusaha untuk mengendalikan diriku.

"Zahra?" Tegurnya lembut

"Ah? A.. Aku.. sudah merasa baikan. Dokter juga sudah mengijinkanku untuk pulang sore ini." Jawabku

"Syukurlah kalau kau sudah baik-baik saja." Ujarnya. "Aku benar-benar kaget saat mendengar bahwa ada seorang penggemar yang pingsan saat konser berlangsung." Lanjurnya

"... Anda juga mengetahuinya..?" Tanya ku

"Yah, aku berusaha untuk mencari tahu saat kau dibawah ke ruang medis. Tapi ternyata kau sudah dilarikan ke rumah sakit saat itu." Ujarnya

Aku masih belum bisa mempercayai bahwa dia yang kemarin berdiri di panggung, sekarang malah berbincang denganku. 

"Kau tahu, setelah konser aku terus mencari tahu keberadaanmu dan akhirnya aku menemukan bahwa kau dirawat di rumah sakit ini. Saat tiba disini, aku bertemu Sean dan dia banyak bercerita bahwa kau mengidolakanku." Ujarnya dan terlihat tersipu. "Rasanya malu mengatakan itu sendiri." Lanjutnya

Aku tersenyum melihatnya seperti itu. Tuan Lee yang selama ini hanya bisa kutatap di poster sedang tersipu dihadapanku. Itu benar-benar sangat menggemaskan.


Setelah beberapa saat, Sean akhirnya kembali.

"Oh hyung, kau sudah disini." Ujar Sean. Aku mulai mengernyitkan dahiku karena mereka terdengar begitu akrab.

"Bisakah kau menatapku biasa saja? Aku tidak akan merebutnya darimu." Ujar Sean tertawa

Tentu saja itu membuatku sangat malu.

"Ah.. sepertinya aku harus segera pergi. Kuharap kita bisa bertemu lagi." Ujarnya sambil tersenyum sembari berjalan meninggalkan ruangan

"Satu lagi ... jangan memanggilku Tuan Lee, karena aku E Oppa." Katanya

"Tunggu!!" Aku menghentikannya. "Boleh kupanggil Hyuk Oppa?" Tanyaku sambil tersenyum

"Tentu saja." Dia tersenyum dan benar-benar pergi


Aku akhirnya kembali ke apartemen. Aku terus merasa bahwa aku melupakan sesuatu. Tapi, seperinya itu hanya karena aku pernah tidak sadarkan diri.


The Secret Of DreamlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang