16

20 2 1
                                    

Satu hal tidak dapat dimengerti oleh Zahra, jika Sean tidak suka di ganggu oleh perempuan lalu kenapa dia mau dengan repot menolong Zahra. Memang benar pada awalnya Sean membantunya membayar bus karena dia menghalanginya, tapi setelah itu justru Sean semakin banyak membantunya hingga Zahra menjadi bergantung padanya.

. . . .

Sudah beberapa minggu berlalu sejak Zahra mulai bersekolah, setiap jam makan siang pun dia selalu makan dengan Hana, Sean dan Brian. Brian dan Hana belum tahu mengenai hubungan mereka berdua, sedangkan para siswi sekelas Sean menjadi penasaran dengan Zahra. 

"Sean, aku sudah tidak tahan lagi dan sepertinya aku harus menanyakan ini pada kalian berdua. Sebenarnya apa hubungan kalian?" Tanya Brian

Zahra dan Sean hanya diam menatap Brian.

"Kalian tidak akan menjawabku?" Tanya Brian lagi

"Sebenarnya aku juga penasaran. Aku selalu melihat kalian berdua bersama-sama saat berangkat dan pulang pun kalian turun di halte yang sama. Awalnya aku berpikir bahwa kalian berdua tinggal di komplek yang sama, dan kata Brian kau memang punya partemen di dekat sana, Sean." Ujar Hana

"Tapi, bukankah kau sudah kembali ke rumahmu?" Tanya Brian

"Kupikir kalian memang akan segera menyadarinya. Aku sebenanrnya juga tidak ingin menutupi ini dari kalian. Karena itu, weekend ini apa kalian ada waktu untuk ke tempatku?" Tanya Zahra. "Akan ku jelaskan disana." Lanjut nya

"Baiklah, aku setuju." Kata Brian

"Aku juga." Timpal Hana

"Aku akan mengirimkan alamatku pada Hana, lalu Brian, Sean akan datang menjemputmu." Ujat Zahra

"Eh? Kapan aku mengatakan itu?" Tanya Sean

"Jadi kau tidak mau? Baiklah." Timpal Zahra

"Iya.. iya, aku akan menjemputnya." Kata Sean

Brian merasa sangat aneh melihat Sean yang dengan mudahnya menyetujui perkataan Zahra. Akhirnya saat weekend, Sean benar-benar datang menjemputnya. Sedangkan Hana sudah lebih dulu tiba disana dan menunggu mereka berdua.

Tak lama kemudian, Sean dan Brian tiba di apartemen.

"Sean, bukankah apartemenmu disini?" Tanya Brian setelah turun dari mobil

"Sudahlah, ayo." Jawab Sean singkat

"Kyyakk... ini benar-benar apartemenmu. Apartemen nomor 440. Kau tidak sedang bercandakan?" Oceh Brian di depan pintu. Sean tidak memedulikannya

Brian semakin terkejut saat Sean membuka pintu dan ternyata Zahra dan Hana sudah berada di dalam.

"Wah? Apa ini? Kalian tinggal bersama?" Brian benar-benr terkejut

Hana yang tidak tahu bahwa apartemen itu milik Sean hanya bisa terdiam melihat reaksi Brian.

Zahra dan Sean kemudian menceritakan bagaimana mereka bisa bertemu dan terlihat seperti sekarang. Brian bukan tipe orang yang rumit untuk menerima hal-hal semacam itu. Tapi, dia penasaran bagaimana Sean bisa menyembunyikan Zahra meskipun dia sempat curiga dengan Sean yang menjadi lebih sulit untuk ditemui diluar sekolah selama beberapa tahun terakhir.

"Well, aku tidak akan tanya kenapa karena sepertinya aku sudah tahu jawabannya. Jadi, terima kasih kalian mau jujur pada kami." Ujar Brian

"Kau tidak perlu bicara seperti itu, jika bukan karena dia aku juga tidak akan cerita padamu." Timpal Sean

"Wahh.. wah, inilah kenapa kau perlu seseorang disisimu. Ra, kau harus benar-benar mengajarinya banyak hal." Kata Brian

"Ah, tidak. Sean lah yang selama ini banyak membantuku dan mengajariku banyak hal. Aku sangat berterima kasih atas hal itu." Ujar Zahra

The Secret Of DreamlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang