🌿Penasaran

9.3K 253 4
                                    

Nadira prov

Oiya, Nama ku Nadira Firdausi Anggoro. Aku anak ke 2 dari 2 bersaudara, abang ku yang subhanallah gantengnya, tapi masih gantengan ayah sih hahah namanya Aditya Devraj Anggoro, dia sudah semester 8. Udah tua deh, hahah tapi tenang aja, abang ku cakep kok hihihi.
Aku dan abang sering ditinggal ayah dan bunda pergi keluar kota karena urusan kantor. Menyebalkan sekali selalu berdua dengan abang yang menjengkelkan ini.

Malam pun tiba, aku dan abangku seperti biasa,berada di kamar dan berkutat dengan buku-buku kami masing-masing. Disaat aku sedang serius mengerjakan tugas-tugas yang subhanallah banyaknya, aku di kagetkan dengan lampu yang berubah menjadi gelap gulita. Garis bawahi lah ya, aku paling takut sama gelap dan ketinggian. Seketika aku menjerit sekuat-kuatnya dan tanpa sadar cairan hangat keluar dari pojok mataku,, iya aku menangis. Tiba-tiba terasa seseorang memeluk tubuhku erat, yang kuyakini adalah abangku. Dengan tangan kekarnya, abangku memeluk dan membelai kepala ku yang berbalut hijab.

"Sssttt... Udah jangan nangis, abang disini" seraya membuatku tenang.

"Aku takut abang.. Hiks hiks hiks"

"Iya, udah jangan nangis, ini ada abang. Sebentar lagi hidup kok, tenang ya" jawabnya, masih mencoba membuat ku tenang dan air mata ku pun berhenti mengalir. Tiba-tiba cahaya menerangi wajahku, ternyata abang menghidupkan lampu senter.

"Ini udah ada cahaya, jangan panik lagi. Abang temani kamu belajar" abang pun duduk di samping kursiku dan menyorotkan lampu senter nya ke arah buku yang aku pelajari.

Tak lama kemudian aku selesai. Dan lampu pun sudah menyala terang. Aku menoleh ke arah abangku, dengan wajah terkejut aku melihat abangku yang sedang tidur pulas dengan posisi masih duduk disampingku dang menyandarkan kepalanya pada bagian rak buku yang berada di meja belajarku. Tak tega aku untuk membangunkannya, namun bagaimana jika abang sakit? Bagaimna jika abang kedinginan? Pertanyaan selalu muncul di benakku. Aku bingung, bagaimana ini? Tanpa pikir panjang, akupun membangun kan dia.

"Abang, pindah yuk! Nadira udah belajarnya.!" dengan menepuk-nepuk pipi abangku.

"Hemhh... Aku dimana" jawabnya masih setengah sadar.

"Issh.. Abang, ini dikamar Nadira tau, bangun ah pindah, nanti abang sakit." jawabku.

"Hemh, kenapa abang di kamarmu?" seraya bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan ku tanpa pamit. Sudah sekuensiku menjadi adiknya.

Setelah abangku pergi dari balik pintu kamarku, segera aku berbaring di kasur tercinta ku. Menatap langit-langit kamarku, dan membayangkan sesuatu.

.

KEESOKAN HARINYA

Adzan subuh berkumandang, aku bangun dan segera menuju ke kamar mandi dan melaksanakan kewajibanku sebagai seorang muslimah. Sesudahnya aku sholat, aku sempatkan untuk mengaji beberapa surat pendek. Setelah selesai aku segera mengenakan seragam sekolahku dan siap-siap turun kebawah untuk sarapan.

Seperti biasa, abang lah yang selalu memasakkan sarapan untukku dan untukknya, kalo siang haru jarang untuk kami makan dirumah, karena aku pun pulang jam sore, dan abangku dia sibuk dengan skripsinya. Weh, apa lagi malam hari, yah maunya beli di depan kompleks aja lah, lebih praktis dan murah.

"Pagi Abangnya Nadira.... " seraya menuruni tangga dan mencium pipi abangku Deva. 😊

"Eh adik abang, pagi juga... " jawab abang dengan menoleh kearahku.

"Nih, ayo makan" sambil menyodorkan piring padaku.

"Terimakasih abang" jwabku dengan senyum manisku.

"Ayo makan, pasti enak. Abang gitu loh yang byat.!! "
Dengan percaya diri abang mengatakannya, memuji maknan yang ia buat.

Kamipun sarapan pagi tanpa ada suara sedikitpun, hanya ada suara sendok yang berdenting.

Setelah kami sarapan, aku langsung pamitan kepada abang dengan mencium punggung tangan abang deva, aku langsung berlajut pergi ke sekolah. Hari ini abang Deva tak mengantar ku kesekolah karena ia ada acara kampus katanya.

"Bang, Nadira berangkat dulu ya,, Assalamualaikum abang. "

"Waalaikumsalam "

Sesampainya aku disekolah, aku langsung menuju kelas. Saat aku sudah di tengah perjalanan ke kelas.

Buk.....

aku serasa menabrak sesuatu, dan aku pun mendongakkan wajahku ke arah penabrak, tenyata ustadz muda yang baru itu menabrakku,,

"Maaf saya benar-benar ga sengaja" jawabnya dan membereskan buku²ku yang berjatuhan. Dan menatap sekilas.. Langsung dia telungkupkan tangannya dan aku juga mengikuti. Menandakan maaf dan terimakasih.

"Hm.. seharusnya saya ustadz yang harusnya minta maaf,, " jawabku memelas

"Hemh (senyum).. "

"Ini buku-buku nya, mari saya duluan,. Permisi" seraya pergi meninggalkan aku sendiri dan juga meninggalkan senyumannya ya begitu tampan.

11.00
Bel istirahat pu berbunyi, aku dan Tiara langsung menuju kantin sekolah.

"Nad, kekantin yuk, aku laper nih!?" ajak tiara yang katanya sih lapar sangat.

"Yaudah yuk!! " akupun mengiyakan ajakan Tiara.
Sesampainya di kantin sekolah, aku duduk di sebelah pojok, sembari melihat awan yang Indah. Tiara yang memesan makan dan kamipun memutuskan untuk memakan Mie Ayam.

Setelah makanan ku dan makanan Tiara habis, tiba-tiba dari arah depan wajah ku melihat tubuh sok gagah dan sok cool. Ah sudah kuduga, dia si ruba dan kawan-kawan nya. menyebalkan sekali, namanya Dani Dan komplotan, Dani adalah ketua geng dari komplotan itu. Tiba-tiba dia datang menghampiri aku dan Tiara.

"Hey sayangku!" dengan mulai mengerjapkan matanya

"Eh, main sayang sayang aja ni anak, bisa nggak kamu diem gausah banyak bicara. Baru dateng juga!" sembari memutar mataku jengah.

"Ok ok.., etss.. Kalian mau kem-" belum selesai Dani bicara, langsung Tiara menyela nya.

"Apa kita harus lapor gitu kalo mau pergi? Lagian kamu bukan siapa-siapa kita, ngapain pake tau segala" seraya pergi menjauh dari Dani dan komplotannya.

Sekarang kami sudah berada di lorong dekat kelas, namun langkah kami terhenti saat Tiara berhenti berjalan dengan wajah tak dapat kuartikan.

"Ada apa ra? Kok berhenti?"tanyaku

"Nad, aku lupa!"

"Lupa apa sih?"

"Lupa bayar mie nya tadi, duh gimana ini. Ayuk balik yuk ke kantin bayar dulu, malu nih akunya ke ibu yang jualan mie ayam"

"APA!!!" mata ku terbelalak kaget dengan ucapan Tiara "jadi belum bayar, aduh kamu sih tadi ngajak balik dulu, skrng jadi ga bayarkan! Yaudah yuk"

Kami berjalan berbalik arah. Dari mejauhan sudah tak tampak lagi si ruba-ruba alay itu wkwkwk. Aku dan tiara langsung menuju ke ibu yang menjual mie ayam tadi.

"Permisi bu, maaf tadi mie nya belum saya bayar, jadi berapa ya bu?" jelas tiara.

"Loh mbaknya udah bayar kok."

"Loh kapan si bu,, ini uang saya masih utuh" menyodorkan uang lembaran 20.000

"Oh, tadi ada yang bayarin" terangnya

"Hah... Siapa?" sontak tanyaku dan Tiara bersamaan.

"Gatau saya mbak, kayaknya saya ga pernah liat disini deh mbak"

"Masa Dani? " tebak tiara.

"Ah, tapi ga mungkin kalo Dani yang bayar,," sanggahku

"Lalu? "

"Entahlah, sudah yuk aku masih ada tugas lagi,,!" ajakku pada Tiara.

Sejak saat itu aku masih bingung entah siapa yang membayar makanan ku dan Tiara. Ahh sudah lah,,,
.
.
.
.
.
.
.
Hai ini part 2
Maafkan, takut salah kata dan tulisannya.
Ngetiknya pas ngantuk ya hahaha.
Daaa....

My Teacher My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang