🌿Maaf

7.3K 200 4
                                    

Sudah 1 minggu Nadira koma. Alif beserta keluarga tak henti-hentinya memohon pada tuhan, agar Nadira segera sadar. Kini bunda dan umi berada dalam ruangan menemani Nadira dan Alif. Tak tega melihat Alif yang seminggu ini tak pulang ke rumah karena cemas memikirkan Nadira. Ia hanya meninggalkan Nadira untuk pergi sholat berjama'ah. Meski Nadira masih tak sadarkan diri, tetap saja Alif menyuruh bunda atau umi nya untuk membantu Nadira agar berwudhu. Rambut yang lumayan panjang dan wajah nya yang di selimuti rambut-rambut tipis itu terlihat jelas pada sosok Alif. Sampai-sampai Alif tak bisa merawat itu semua karena ingin menjaga Nadira.

"Nak, kamu tak mau pulang dulu..? Biar umi dan bundamu yang menjaga Nadira!" ucap umi Alif. Tak tega melihat anaknya seperti ini. Dengan mata panda. Sepertinya anaknya ini jarang tidur karena menemani Nadira.

"Tidak apa-apa umi.. Alif mau disini saja nungguin Nadira sadar"

"Kalo kamu terus-menerus seperti ini.. Gak baik buat kesehatan kamu nak" kali ini bunda yang membmalam. Alif.

"bunda, Alif baik-baik saja. Alif hanya ingin melihat Nadira sadar.." senyuman sayu yang Alif tunjukkan. Berusaha tegar meski hatinya ter iris-iris melihat Nadira tak berdaya.
Tiba-tiba jari jemari Nadira bergerak dengan sendirinya, Alif yang melihat itu mencoba mengelus pelan Puncak kepala Nadira dan membisikan di telinga Nadira agar ia sadar. Sedikit demi sedikit mata Nadira mencoba membuka nya, Alif terus mengajaknya berkomunikasi. Dan Alhamdulillah... Mata nya mulai mengerjap-ngerjap. Nadira berusaha menyesuaikan matanya dengan cahaya lampu. Umi langsung memanggil dokter dan langsung memeriksa keadaan Nadira. Rasa syukur kepada tuhan atas nikmat. Alif tak bisa berhenti bersyukur melihat Nadira kini sadar, namun tatapan Nadira padanya seperti tatapan yang penuh kebencian. Alif mencoba mengelus Puncak kepala istrinya itu namun Nadira segera menepis tangan itu.

"Nadira..." ucap bunda dan umi bersamaan.

"Kenapa dia ada disini bunda? Hah.. kenapa kamu ada disini?" tanya Nadira sedikir membentak.

"Aku bisa jelasin semuanya Nadira, aku-.."

Belum sempat Alif menyelesaikan ucapannya, Nadira langsung menyahut geram.
"Sudah cukup... Kamu gak pernah Cinta sama aku. Kamu lakukan pertunangan itu hanya karena desakan orang tua mu.. Iya kan?"

"Nadira kita bisa bicarakan ini baik-"

"Cukup, aku gak mau denger penjelasan  mu, aku benci.." jeda "bunda tolong usir dia bunda, Nadira gak mau dia ada di sini"

"Nadira biar Alif jelaskan dulu nak.."
Bunda terus membuat Nadira tenang dan sebuah kalimat terucap dari mulut Alif. Membuat Nadira membeku sejenak.

"Nadira, saya ini suamimu!"
Nadanya yang sedikit menekan kata suamimu..
Ucapan Alif tadi membuat Nadira terkejut. Nadira tak mengerti maksud Alif mengucapkan kata itu.

"Jangan mencoba membohongi ku, kau itu pembohong, dan selamanya aku gak akan percaya omonganmu"

"Demi Allah Nadira.. Kamu istriku.." Alif mengucapkan kalimat itu dengan penuh penekanan.

"Bunda, ap..a ma..ksu..d di..aa..?" dengan mata menahan tangisnya.

"Iya nak, setelah dokter memberitahu jika kamu koma, Alif langsung meminta kepada bunda dan ayah agar kalian menikah saat itu juga,, dan selama kamu koma, Alif lah yang menjagamu, dia tak sempat pulang karena ingin melihat kamu sadar" jelas bunda dan membuat Nadira tak bisa menahan air matanya. Air matanya tumpah sejadi-jadinya,, Alif langsung membawa Nadira dalam dekapannya. Nadira tak bisa memberontak, pikirannya kalut dengan perkataan bunda.

Suamii?
Suamiii?  Kata itu yang terngiang-ngiang di benaknya saat ini.. 

"Jadii-"
Alif langsung membawa Nadira kedalam pelukannya.

My Teacher My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang