🌿Kecewa

5.5K 159 0
                                    

Kini langit sudah berubah menjadi gelap. Rumah yang begitu besar yang dihiasi oleh sepasang suami istri ini tengah menjalankan kewajiban nya sebagai makhluk Allah.

Setelah sholat maghrib beserta isya', Alif membalikkan badannya dan mengelus perut rata Nadira. Nadira sempat kaget dengan perlakuan sang suami. Tapi ketika Alif berbicara seolah-olah ada janin yang tinggal di perut Nadira, Nadira menyunggingkan senyum manisnya.

"Sayang, semoga kamu cepet ada ya di sini. Bunda sama abi gak sabar nunggu kamu hadir di tengah-tengah kita berdua" ucap Alif sembari mengelus perut rata Nadira.

Nadira yang melihat itu langsung meraih tangan suaminya dan mencium punggung suaminya.

"Insyaallah, segera hadir janin disini bang. Kita berdo'a saja ya" ucap Nadira.

"Bismillah"

Merekapun menyudahi percakapan mereka. Nadira yang tengah merapikan sisa mereka sholat, sedangkan Alif kini ia berkutat dengan laptopnya. Besok ia sudah mulai masuk kerja, dan meninggalkan sang istri di Rumah. Nadira keluar kamar menuju lantai bawah tepatnya dapur, ia segera memasak makan malam untuk ia dan sang suami. Menu pilihan adalah ayam goreng.

Tak butuh waktu lama, makan malam ala Nadira sudah siap santap di meja makan. Nadira langsung menghampiri sang suami dan mengajaknya makan bersama. Namun  Alif menolak dengan lembut permintaan sang istri, dan menyuruh nya untuk makan malam terlebih dahulu.

"Abang, kita makan malam dulu yuk?" ucap Nadira sembari mengelus pelan pipi sang suami.

"Kamu makan duluan ya sayang, nanti abang nyusul" jawab Alif yang enggan menatap Nadira dan masih berkutat dengan laptop juga berkas-berkas kantornya.

Hati Nadira begitu sakit menerima penolakan pertama sang suami. Akhirnya Nadira keluar kamar seorang diri dengan wajah begitu kecewa atas ucapan sang suami.

Nadira mengambil nasi dan lauk untuk ia makan. Sendiri!  Tak butuh waktu yang lama, Nadira selesai makan malam tiba-tiba Alif datang dan menyapanya. Namun Nadira masih kecewa atas perlakuan sang suami. Ia hanya menjawab dengan senyuman. Dan kembali membereskan sisa ia makan.

"Sayang udah makannya" tanya sang suami. Nadira hanya tersenyum sekilas ke arah sang suami.

Setelah selesai mencuci piring sisa ia makan, Nadira melangkahkan kakinya menuju kamarnya dan membaringkan dirinya memelakangi tempat sang suami.

Alif yang melihat sikap Nadira bingung, 'ada apa dengan istriku?' dan ia pun kembali makan malam. Setelah selesai, ia rapikan sisa makanan dan kembali ke kamarnya untuk melanjutkan kerjanya. Ketika membuka pintu kamar, ia dapati Nadira sudah berbaring membelakanginya. Alif mendekati Nadira dan mengecup keningnya. Dan kembali ke aktivitas awalnya. Di sebelahnya, Nadira merasa pilu sekali atas perlakuan Alif, dosa sebenarnya, tapi sakit hatinya yang menuntut Nadira untuk menenangkan hatinya yang kecewe karena Alif dengan cara mendiamkannya.

.

Pagi harinya, Nadira bangun lebih awal dari Alif, dikarenakan Alif yang baru bisa tidur sudah larut malam. Nadira tak tega membangunkan sang suami, juga karena ia masih kecewa atas masalah tadi malam. Nadira bangun dari tidurnya dan segera mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibannya. Setelah sholat, ketika Nadira hendak pergi ke dapur tak lupa Nadira membangunkan sang suami, karena hari ini hari pertama masuk kerja setelah menikah.

"Abang, sholat gih sudah subuh" ucap Nadira dengan menggoyangkan tubuh Alif pelan.

"Emhhh... Loh istri abang udah bangun? Yaudah kamu dulu yang wudhu gih?" suruh Alif.

"Aku udah sholat, maaf bang. Nadira mau masak dulu. Abang mandi gih, air dan bajunya sudah nadira siapkan. Nadira ke bawah dulu" Nadira melenggang pergi dari hadapan Alif.

Alif yang tak mengerti jalan fikiran istrinya ini. Mengapa semenjak tadi malam Nadira mendiamkan Alif. Alif tepis dulu masalah itu dan segera bersih-bersih dan melaksanakan sholat subuh.

05.45

Alif turun dari kamarnya menuju lantai satu. Ia melihat istrinya sedang memasak dengan wajah yang berbeda, ada raut kecewa di dalamnya. Alif yang melihat itu langsung menghampiri Nadira dan memeluknya dari belakang. Sontak Nadira terkejut dengan perlakuan sang suami yang tiba-tiba.

"Abang lepasin Nadira, Nadira lagi masak" ucapnya masih cuek.

"Kamu kenapa?" tanya Alif dengan dagu iya tempelkan di pundak Nadira dengan tangan tetap melingkar di pinggang sang istri.

"Nadira gak papa" cuek.

"Bohong! Nadira pasti marah dengan Abang. Iyakan?" ucapnya. Alif langsung mematikan kompornya dan menghadapkan Nadira kepadanya. Mata mereka bertemu, Namun segera Nadira tundukkan pandangannya.

"Kenapa tak menatap Abang?" ucap Alif.

"Sudah bang, Nadira masih belum selesai masak-" belum selesai Nadira bicara, Alif segera membawa Nadira ke dalam pelukannya.

"Maafkan Abang kalau abang ada salah. Caranya Bukan mendiamkan abang seperti ini. Abang rindu Nadira yang dulu" jelas Alif.
Alif mencium sekilas bibir Nadira. Dan Nadira pun membuka suara.

"Aku kecewa pada Abang, kenapa tak meluangkan waktu sedikitpun bersama Nadira, hanya makan malam saja abang hiraukan Nadira.. Nadira kecewa sama abang, iya memang makanan Nadira tak seenak masakan istri pada umumnya, Nadira juga masih belajar, tapi Nadira berusaha buat abang bahagia. Tapi kenapa-" air mata Nadira tumpah dipipinya. Alif yang mengetahui bahwa istrinya mudah kecewa langsung membawa Nadira kepelukannya.

"Maafin abang ya sayang. Insyaallah abang tak akan melakukan hal seperti itu lagi" sembari mengelus pipi chubby nya.

Nadira tersenyum bahagia melihat sang suami mengucapkan itu. Nadira langsung menyelsaikan masak nya untuk sarapan Alif. Setelah selesai Alif dan Nadira pun sarapan bersama. Setelah itu Alif berpamitan pada sang istri untuk pergi ke kantornya. Nadira pun mengantarkan Alif ke teras depan.

"Abang berangkat dulu ya. Kamu hati-hati dirumah" pesannya.

"Iya abang ku sayang.." ucap Nadira sembari mencium punggung tangan Alif dan Alif pun memasuki mobilnya dan sedikit demi sedikit mobilnya pun hilang dari pandangan.

.
.
.
.
.
Assalamualaikum
Part 15

My Teacher My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang