🌿Akad

6.7K 196 1
                                    

Seperti tersayat-sayat hatinya melihat seseorang yang ia kasihi tengah tak berdaya di dalam ruang UGD. Ia mencoba menenangkan pikirannya dengan merapalkan dzikir di bibirnya. Tuhan, andai boleh memilih. Aku ingin menggantikan posisinya di dalam sana. Rasa nya tak kuasa melihatnya seperti ini!  Ucap Alif dalam hati.

Keluarga Nadira, ayah bunda dan abang Deva tengah gusar melihat Putri bungsunya berada dalam keadaan seperti sekarang ini. Tak henti-hentinya berdo'a pada sang ilahi agar putrinya baik-baik saja.

Tak lama, dokter yang menangani Nadira pun keluar dari ruangan UGD. Mencari keluaraga atau wali dari pasien. Ayah & bunda mengikuti langkah dokter tadi. Berbeda dengan Alif & abang Deva yang masih terduduk lemas. Tapi tanpa Alif sadari Deva membuka suara.

"Lif!"

"Iya dev!"

"Lu, masih mau nikahin adik gua kan?"

"Deva, insyaallah gua akan ngejaga hati gue untuk Nadira atas izin Allah" jeda, Deva yang tersenyum lega melihat jawaban Alif. Alif kembli tertunduk melihat calon istrinya. Tak henti-hentinya do'a Alif untuk Nadira agar wanita itu sadar.

Tak lama kemudian, bunda dan ayah keluar dari ruangan dokter dengan wajah kecewa. Bunda dengan buliran bening mengalir deras dipipinya. Alif dan Deva yang melihat itu langsung menghampiri mereka.

"Ada apa bun, apa yang terjadi sama Nadira?" tanya Alif sigap dan dengan raut wajahnya yang sangat cemas.

"Iya bun, apa yang terjadi sama Nadira?"

"Dokter bilang, Nadira ko...ma.." jawaban itu lolos dari mulut bunda dengan derai air mata yang tak henti-hentinya mengalir hebat dari matanya.

Alif dan Deva yang mendengar itu langsung terkejut dan Alif tak mampu berdiri lagi rasanya. Gara-gara aku Nadira seperti ini! Gumamnya menyalahkan dirinya. Tiba-tiba Alif pun membuat semuanya hening dan membelalakkan mata karena ucapannya.

"Alif akan nikahi Nadira sekarang juga!"

Alif tak punya pilihan lain, ini jalan satu-satunya agar ia tidak di tuntut rasa bersalah atas perbuatannya dan atas memikirkan seseorang yang masih belum halal baginya. Dan semata-mata juga, karena cintanya.
Semua sorot mata tertuju pada Alif setelah mengucapkan kalimat itu. Lalu ayah yang masih tak percaya dengan ucapannya itu membuka suara dn bertanya pada Alif.

"Maksudmu?"

"Iya yah, Alif akan menikahi Nadira sekarang juga.." jeda meyakinkan kedua calon mertua nya ini dengan menjelaskan alasannya "aku akan merawat Nadira ayah, ini semua salah aku. Tapi bukan berarti aku menikahinya sekarang karena rasa ibaku. Tapi karena aku tidak mau dosa karena memikirkan seseorang yang bahkan belum sah untukku, seseorang yang sangat aku cintai. aku harap ayah dan bunda mengerti" dengan wajah sayu ia meyakinkan ayah dan bunda.
Tanpa pikir panjang, merekapun menyetujui permintaan calon menantunya ini. Alif langsung menghubungi umi dan abinya agar menghadiri acar pernikahannya dan Nadira di rumah sakit.

Keluarga dari mempelai wanita maupun pria masih tak menyangka. Kedua anaknya akan menikah dengan cara seperti ini. Tak banyak kata-kata yang bisa diucapkan Alif. Antara bahagia bisa menikahi wanita yang selama ini ia kagumi  dan antara rasa bersalah atas apa yang ia perbuat pada Nadira. Dengan seizin Allah Alif pun siap menikahi Nadira. Semua persiapan alakadarnya saja, dengan keadaan Nadira yang masih terbaring lemas. Ayah menyodorkan tangannya dan Alif pun meraih tangan calon mertua nya itu. Dengan umi, abi, bunda, Deva, dan beberapa dokter dan juga suster yang merawat Nadira pun ikut menjadi saksi atas pernikahan Nadira dan Alif.

"Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijahaa bilmahril madz-kuur halan" dengan mengucapkan bismillah dan kalimat suci itupun keluar dari mulut Alif dengan lantangnya.

"Sahh..." semua saksi berkata sah dengan serentak. Aku langsung mengucap syukur pada sang maha pembolak balikan hati. Tak lupa ia mencium Puncak kepala Nadira yang kini sah menjadi istri nya dan memakaikan cincin yang sempat ia pilih bersama Nadira tepat sebelum Nadira koma. Para saksipun memberikan kata selamat kepada Alif. Kata syukur selalu Alif ucapkan dalam hatinya. Tak lupa ia menyalami punggung tangan kedua orangtua nya dan mertuanya itu.

"Nak sekarang kamu sudah punya tanggung jawab yang lebih.. Jaga Nadira jangan sekali-kali kamu sakiti hati istrimu.." ucap abi seraya mengelus punggung anaknya.

"Insyaallah bi, Alif akan lakukan yang terbaik untuk Nadira.."

Bergantian menyalami punggung tangan ayah dan bundanya.
"Nak, bunda dan ayah mau kamu menjaga sepenuhnya anak ayah.. Ayah yakinkan Nadira padamu.. Jangan sakiti atau duakan anak ayah ya.." ucap ayah.

"Insyaallah yah, Alif akan jaga Nadira terimakasih ayah sudah meyakini Alif untuk mendampingi Nadira.."

Malam harinya, hanya ada Alif yang menjaga Nadira. Semua keluarganya sudah pulang sejak tadi. Karena Alif sendiri yang meminta agar mereka pulang terlebih dahulu. Hanya ada Alif dam Nadira di dalan ruangan itu. Alif memandangi wajah cantik sang istri, sesekali mengelus pipi cubby Nadira yang tanpa sadar membuat bibir Alif tersungging. Lamunannya tersadar setelah mendengar ketukan pintu dari sahabat dekat Nadira, yakni Tiara juga ayahnya. Alif mempersilahkan mereka untuk masuk namun Tiara masih terdiam di ambang-ambang pintu. Lalu Alif membuyarkan lamunannya.

"Tiara, kenapa tidak masuk?"

"Ah..oh..iya ustadz.."
Tiara asuk dengan sesekali melirik Alif. Iya Alif adalah ustadz sekolahnya bersama Nadira dulu.

"Ustadz Al..if kok sa..ma Nadira?" tanyanya heran. Ya memang Tiara masih belum mengetahui jika Alif kini menjadi suami Nadira. Belum sempat Nadira ceritakan jika yang melamar nya adalah Ustadz yang selama ini ia kagumi.

"Saya suami Nadira"

Tiara membelalak kan kedua matanya. Tak percaya ucapan Alif.

"Mak..sud ustadz a...pa?"

"Maafkan saya tidak mengundang kamu Tiara di pernikahan saya dan Nadira, ini mendadak sekali. Baru tadi akadnya berlangsung.."

Alif pun menceritakan semuanya kepada Tiara dan ayahnya. Kini mereka tahu kejadian yang sebenarnya hingga Nadira koma seperti sekarang ini. Tiara yang mendengar ini tak tega sahabat nya harus semenderita ini. Pernikahannya tak seperti apa yang ia rancang dahulu sejak masih menjadi siswi SMA. Adzan Isya berkumandang jelas di telinga. Alif pun meminta tolong kepada Tiara agar istrinya bisa berwudhu.

"Tiara, saya minta tolong boleh?"

"Iya ustadz!!"

"Tolong Nadira di bantu berwudhu, saya mau ke musholla sebentar ya.."

"Nak alif,, mari saya juga ingin berjamaah" ucap abi tiara.

Hanya di balas anggukan oleh Tiara. Dan Alif pun melenggang pergi dari balik pintu di susul abi tiara.

Tak lama Alif dan abi dari sahabat istrinya itu kembali dari berjama'ah di musholla rumah sakit. Alif mengambil alih Nadira dari Tiara karena malam pun semakin larut, Tiara beserta abinya pamit pulang dan rencana Tiara akan kembali lagi besok pagi.

"Ustadz, saya dan keluarga saya pamit pulang ust.."

"Oh iya sudah, hati-hati di jalan" sembari menelungkupkan kedua tangan, mencium punggung tangan abinya Tiara.

"Kami pamit dulu nak Alif"

"Iya paman.."

"Assalamualaikum "
"Waalaikumsalam "
.
.
.
.
.
Hai hai
Ini part ke 10..
Yeahh.. Makasih udah baca.
Bisa comment juga ya biar aku juga lebih teliti...
Maaf amburadul gitu partnya yang ini.

My Teacher My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang