🌿Satu persatu terungkap

5.7K 178 1
                                    

Author's prov

Malam hari nya, Nadia dan Deva masih berkutat dengan tugas-tugas mereka masing-masing.

Tak lama, suara mobil memasuki pekarangan rumah Nadira. Deva dan Nadira keluar kamar bersamaan. Mereka melirik satu sama lain. Dan seraya menuruni tangga dengan cepat. Sebelum sampai pintu, pintunya terbuka terlebih dahulu, dan masuklah dua orang sejoli yang mereke kenal sebagai orang tua Nadia dan Deva. Iya bunda dan ayah yang memasuki rumah itu saat ini. Sontak mereka terkejut sekaligus bahagia. Merekapun berpelukan lama melepaskan rindu yang berbulan-bulan lamanya terpendam.

"Bunda, ayah... Nadira rinduuuu" Nadira memeluk erat keduanya.
Sementara Deva hanya tersenyum dan berdiri melihat ketiganya berpelukan.

"Aiiihhh... Anak bunda, masih manja juga.. " ucap bunda yang membalas pelukan dan senyuman.

"Seperti itu tuh bun anak kecil bunda. Manja sekali" sanggah Deva cepat, sesekali melirik ke arah Nadira.

"Kasian abang Deva ya, setiap hari harus melakukan akting didepan Anak kecil bunda ini.. Hahaha" ucapan punda membuat ayah dan Deva tertawa, ketiganya tertawa melihat anak putrinya memuncungkan bibir.

"Ihhh,,, seharusnya aku yang setiap hari makan dinginnya sikap abang tuh.. " ucap Nadira sembari melirik ke arah Deva tajam. Mereka terkikik geli melihat tingkah anak bungsunya itu.

"Sudah sudah.. Ayah capek nak, ayah mau istirahat, yuk bun.. Kangen kangenannya lanjut besok aja ya sayang" potong ayah smbari menarik tangan bunda dan sebelum pergi ayah sempat mencium Puncak kepala Nadira.. Heheh biasa anak kesayangan sangat lah Nadira manja ini.. Hihihi...

Nadira prov

Abang Deva mengunci semua pintu rumah. Dan kamipun kembali ke aktifitas awal kami. Ashhh senang sekali, sudah tak sendiri dirumah. Eh memang sendiripun, meski ada abang Deva tapi tetap saja dingin dan tak pernah bercengkrama layaknya adik kakak sewajarnya. Menyebalkan pria satu itu. Untung aja aku cuma punya satu yang kayak gitu hihihi.. Huss.. Apalah yang aku pikirkan ini.

Slesainya tugasku, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur kingsize ku. Ahh..  Rasanya enak sekali, tak ingin beranjak rasanay. Aku teringat akan kertas putih yang seseorang kirim untukku. Aku ambil tasku dan aku bolak-balik dua kertas yang sudah berada ditanganku. Apa sih maksudnya tuh orang ngasih aku kertas kosong gini? Gumamku.

Aku beranjak pergi ke kamar abang Deva. Langsung kupegang gagang pintu dan ku buka, kudapati abang Deva tengah berkutat dengan laptop nya.

"Aabangg.... " sapaku.

"Ahh, dasar anak kecil. Masuk itu ketok pintu dulu. Untung saja aku pas ga ngapa-ngapain" jawabnya dengan nada kesal dan menyambung kedua alisnya.

"Ah iya abang, Nadira lupa. Maafin Nadira yah abang.. " aku merayu abang Deva dngan menoel-noel lengan kekarnya. Ashh berakting lagi lah aku. Sebenarnya aku kesal sangat.

"Ada apa?" masih berkutat dengan laptopnya.

"Nadira mau tanya abang,, abang tau maksudnya orang ngasih kertas putih kosongan" jelasku

"Maksudmu?" dengan tatapan kaget.

"Ish abang. Aku cuma bertanya-tanya saja" tatapan menggoda ku.

"Abang ini serius dek" nada suaranya mulai naik satu oktaf.

"Iya iya, jadi kemarin ada orang yang Kasih aku kertas,  cuma bertuliskan To: Nadira.  Udah 2 kali sih aku dapet kayak gitu,, maksudnya apa ya abang?" tanyaku seteleh menjelaskan.

"Kertasnya kamu buang?" tanyanya lagi.

"Ini... " langsung memberikan dua kertas aneh lah ya menurutku.

My Teacher My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang