🌿Mimpi

7.3K 216 2
                                    

Sesampainya di kelas, aku dan Tiara masih memikirkan siapa dan siapa yang membayar makanan itu. Aneh tapi nyata,! Sebernarnya jika aku tahu siapa yang membayar makanan itu, aku akan mengucapkan terimakasih banyak.. Bukan untuk mengganti uang nya ya.. Hahah..

Tak lama, bel masuk pun berbunyi, aku dan Tiara sudah duduk di singgasana kami, wkwkwk alay lah ya..
Namun ada kabar bahagia dari teman sekelas ku, namanya Sofi, eh ngomong-ngomong Sofi itu cowok ya. Dia ketua kelas di kelas ku, oiya.. Jadi lupa, aku ini masih duduk di kelas XI ya tepatnya IPA.. Lupa pula awakni,,, kembali lagi ke berita bahagia yang Sofi bawa untukku dan teman-teman ku, ternyata guru-guru rapat dan kamipun di pulangkan lebih awal, wah asikk.. Senang nya lah diriku.. Hahaha

Aku pun mengambil handphone dan mengetik sebuah pesan untuk abangku.

Me
abang deva, Nadira udah pulang nih. Nadira tunggu di halte depan sekolah ya.. Jangan lama-lama ya abang.

Tak lama, handphone ku berdering, ternyata notip pesan dari abang deva.

Babang Deva
Iya, tunggu abang. Abang masih ada dosen.

Aku langsung memuncungkan bibirku, ahh.. Malas sekali menunggu abang menjemputku, tapi aku nebeng Tiara pun takkan abang Deva izinkan! menyebalkan sekali menjadi aku!! Gumamku malas.

Akhirnya aku berjalan menuju gerbang sekolah yang bersebelahan dengan halte bus, akupun mencari tempat duduk di halte itu. Ramai juga yang menunggu jemputan. Namun, sedikit demi sedikit, orang yang menunggu jemputan atau ojek atau sejenisnya, sedikit demi sedikit menghilang dari pandanganku, dan akhirnya aku pun sendirian. Ahh abang lama sekali! Gumamku dalam hati. Tak lama seorang pria yang menaiki sepeda motor CBR melintas pelan, tak tampak wajah nya jelas karena pakaian nya serba hitam dan menggunakan masker untuk menutupi separuh wajahnya. Dia keluar dari gerbang sekolahku, aku menyipitkan mata namun tetap tak jelas wajahnya. Saat tepat di depan ku, seketika motornya pun melaju cepat, entah apa maksudnya. Tiba-tiba klakson mobil bang Deva menyadarkan pandanganku, dan aku menghampiri nya lalu membuka pintu mobil dan bang Deva pun melajukan mobilnya. Di dalam mobil kami tak saling bicara, karena bang Deva tak suka jika konsentrasi nya diganggu. Dasar aneh,,!

Sampailah kami di rumah tercinta. Abang Deva memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Dan aku masuk meninggalkannya, tak lama bang Deva menyusulku di belakang.

Aku merebahkan tubuhku di kasur berukuran kingsize, seraya memejamkan mataku sejenak menghilangkan letih ku. Tiba-tiba aku teringat jika aku belum melaksanakan sholat ashar. Langsung aku menuju ke kamar mandi. Tak lama akupun keluar dan segera melaksanakan sholat ashar. Sampai sholat maghrib dan isya aku masih berada di kamar tercintaku. Dan setelah itu aku turun ke bawah, aku temui abangku yang tengah menonton televisi sendirian. Niat ku ingin membuat abang ku terkejut, ku pelankan langkah kakiku, sampai tak berbunyi sedikitpun, tapi setelah tanganku sudah hampir menggapai pundaknya, tiba-tiba abangku berkata.

"Abang tau kamu ingin membuat abang terkejut" ucapnya dengan nada datar dan tanpa menoleh ke arahku.

Aku yang tercyduk langsung memutar bola mataku jengah dengan tingkahnya yang tak mau ku ajak bercanda. Dan seraya aku duduk disamping nya.

"Isssh... Abang, kenapa harus tahu sih kalo Nadira ingin membuat abang terkejut." sembari menyilangkan kedua tanganku di dada, dan memuncungkan bibirku malas.

"Iyalah abang tahu, abang ini abangmu. Jadi apapun yang akan kau lakukan, abang pun tahu!" seraya mengganti channel dan tanpa menoleh kearahku. Dasar pria aneh..!

Tanpa pikir panjang, akupun mencoba merayu abangku untuk membelikan makanan di depan kompleks karena sedari tadi perutku sudah membunyikan alarm nya. Wehh... Cacing-cacing ini menyebalkan sekali.

"Abang, Nadira laper!" seraya bergelayut manja di lengan kanannya yang kekar.

"Makanlah!" jawabnya singkat. Juga tak menoleh ke arahku.

Langsung aku menoleh ke arah abang ku "Abang ishh.. Masak iya aku yang beli ke depan kompleks,, nanti kalo aku di culik gimana?" ucapku dengan mataku yang masih menunjukkan rasa memelas.

Dengan menghembuskan nafas kesal, abang Deva pun berdiri dari tempat duduknya menuju kamar nya, dan cepat keluar dengan mengenakan jaket biru nya dan mengambil kontak sepeda motor yang ada di samping televisi. Ahh, abangku ini sebenarnya sangat memanjakanku dan sangat baik, tapi ya itu sikap dinginnya yang tak pernah bisa berubah. Hati siapa lah yang bisa menaklukkan  dan bertahan dengan abangku ini nanti. Ga kebayang aja sih.. Hahaha

Tak lama abang pun datang dengan membawa 2 bungkusan nasi goreng. Uhh sepertinya sangat enak, dicium dari baunya yang menyengat itu sangat menggoda cacing-cacing nakalku ini, sembari mengelus-ngelus perutku dan bergumam tenanglah cacing, kau tak kan kelaparan lagi! Hihi.. Aku menyodorkan piring dan sendok kepada abang deva, dan aku mengambil satu bungkusan nasi goreng yng abangku beli. Kami pun makan malam tanpa suara sedikitpun.

Setelah makan malam, aku membereskan piring yang tadi aku dan abang deva pakai dan langsung mencucinya. Dan setelah itu aku kembali ke kamar untuk melanjutkan film drakor ku yang sempat tak ku lanjutkan karena banyak tugas juga waktu itu. Dan hati ini karena besok minggu, aku gunakan untuk menonton drakor tercintaku, wuuiiihh kangen amat sama Lee Jong Suk, Park Hyung Sik, Minho Shinee... Uh itumah aku banget,..

Tak terasa waktu udah menunjukkan pukul 22.30.. Matakupun sayup-sayup tak karuan. Akhirnya aku memutuskan untuk istirahat. Sebelum tidur aku sempatkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Sudah terbiasa karena ayah yang mengajarkan aku berwudhu sebelum tidur.

Setelah berwudhu aku membaringkan tubuhku di kasur tercintaku. Lalu berdo'a dan memejamkan mataku.

...

Di malam yang hening, aku berjalan melewati halte bus yang sering aku tempati seraya menunggu jemputan. Saat aku berjalan melewati halte itu, tiba-tiba suara yang bising lebih dekat denganku, aku pun menoleh ke belakang dan

brukk.....
Semua gelap...

Aku berusaha mengerjapkan  mataku, berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang berada di ruangan itu. Putih, infus, ada apa denganku? Gumamku dalam hati. Namun tampak semua orang terlihat sedih dan kudapati bunda dan ayah menangis tak henti-hentinya. Ada apa dengan mereka. Lalu ke melihat ke sekelilingku, ku melihat seorang pria yang tengah duduk tertunduk dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya. Entah siapa itu, namun kurasa dia sangat merasa bersalah akan suatu kejadian.

Aku berusaha berbicara, namun tak kunjung terdengar satu hurufpun dari mulutku. Aku terus berusaha, dan seakan aku menjerit, namun tetap tak ada yang mendengar ku. Aku kenapa..?

Tak sadar, aku tengah menumpahkan butiran hangat dari ujung mataku. Namun setelah itu, semua kembali gelap.

Dan byurr...

"Aaaaaaaa..... " teriakku.

"Bangun Nadiraaaaa... " marah abang deva padaku.
"Kamu kalo tidur kayak orang mati tau ga, dari tadi dibangunin ga bangun-bangun.. Sana cepet sholat!" seraya pergi meninggalkan ku yang basah kuyup,  dan lanjutnya memarahiku dengan alasan aku yang tak kunjung bangun. Asshh kalian tahu, aku basah kuyup sekarang... Dasar menyebalkan sekali memiliki abang seperti dia.
.
.
.
.
.
Ini PART 3.
Semoga suka sama ceritnya.
Maaf rada gimana gitu..
Biasa pemula lah ya hahhah

My Teacher My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang