🌿penyesalan

7.5K 175 3
                                    

Author prov.

Sudah 4 bulan Alif koma. Masih seperti biasanya, seluruh keluarga termasuk istrinya, tak diperbolehkan untuk menemani Alif dari dekat. Hanya dari balik kaca ruangannya saja. Mungkin bagi Nadira ini cukup menyakitkan, dalam keadaannya yang tengah mengandung anak dari Alif  dan ia pun harus menghabiskan waktu kehamilannya seorang diri. Berbeda dengan pasangan suami istri selayaknya. Nadira memberanikan diri untuk kembali ke rumahnya dan Alif. Ia memutuskan untuk tinggal seorang diri, inginnya tak mau merepotkan orang lain. Seperti aktivitas sebelumnya, setelah sarapan ia pun bergegas menuju RS sendirian.

Ketika Nadira berada di RS, ia pun melangkahkan kakinya menuju ruang rawat Alif. Tiba-tiba dalam ruangan itu sudah kosong, tak ada sosok suaminya yang biasanya terbaring lemas di brangkar RS. Nadira berjalan menuju resepsionis menanyakan keberadaan Alif.

"Permisi mbak, pasien yang bernama Muhammad Alif Dzulfiekar Kemana ya sus?" tanya Nadira.

"Oh, pak Alif sudah dipindahkan ke ruang rawat bu, beliau sudah siuman" jawabnya membuat perasaan Nadira kacau, antara senang dan sedih.

"Kalo boleh tau rungan berapa ya sus?" tanya Nadira lagi.

"Ruang Matahari 09" jawabnya.

"Terimakasih sus. Kalo begitu saya permisi dulu" ucap Nadira.

"Sama-sama bu, silahkan.." jawab suster penjaga resepsionis. Setelah itu Nadira pun mencari ruangan Matahari09. Cukup melelahkan untuk Nadira, dengan keadaan perut buncitnya yang sudah membesar ia berusaha mencari Ruangan itu. Dan ditemukannya Ruangan itu. Nadira sedikit menenangkan hatinya. Ia akan bertemu suaminya, ia netralkan kembali nafasnya dan masuk kedalam ruangan itu. Namun setelah Nadira masuk, ia tak menemukan sosok lelaki yang ia rindukan. Malah wanita yang membuatnya menangis setiap harinya yang ia temui.  Wanita itu menoleh ketika suara pintu terbuka, dan ia pun tersenyum sinis pada Nadira. Dengan langkah pelan ia menghampiri Sasha.

"Assalamualaikum Sha" ucap Nadira. Bukan menjawab salamnya, Sahsa malah tertawa terbahak-bahak.

"Heh, loe ngapain kesini. Masih berani-beraninya nongolin tuh muka di depan gue sama calon suami gue" sahutnya.

"istighfar sha, mas Alif itu suami saya" ucap Nadira sedikit gemetar.

"Trus kalo bang Alif suami lo apa gue ga bisa rebut itu dari loe?" jawabnya "bang Alif itu Cinta sama gue, dan asal loe tau. Bang Alif tuh ga pernah Cinta sama loe. Hahah" lanjutnya disertai tawanya yang membuat Nadira makin mengeratkan genggaman pada ujung jilbabnya.

"Kalo lo mau suami lo bahagia, biarin dia sama gua. Toh kita saling Cinta, jadi gausah khawatirin kita ga bakal bahagia. Hahah" ucapnya lagi. Tangisku mulai tumpah.

"Sha, mungkin aku emang istri yang ga baik untuk bang Alif. Dan jika itu mau kalian aku si-" belum sempat Nadira melanjutkan ucapannya, Alif segera memeluk Nadira. Sontak Nadira kaget dan membelalakkan matanya. Setelah itu Alif melepaskan pelukannya dan beralih menatap mata Nadira.

"Sayang, jangan kamu lanjutin omongan yang tadi. Abang sangat mencintai Nadira. Abang ga bakal ninggalin istri abang.. Percaya dengan abang" ucap Alif. Nadira menangis tersedu-sedu menatap Alif, bagaimana bisa ia percya pada suaminya yang benar-benar sudah merusak kepercayaannya dengan kejadian 4 bulan lalu.

"Dan untuk kamu Sha, aku tak pernah mencintaimu. Mungkin sewaktu kecil iya, tapi ketika aku menemukan Cinta sejatiku, aku tak akan pernah mencintai wanita lain kecuali istriku. Untuk itu, kamu pergi dari sini dan jangan pernah ganggu rumah tanggaku lagi.." bentak Alif pada Sasha. Sasha tersenyum sinis ke arah Nadira juga Alif.

"Kalo gue ga bisa dapetin lo, dia juga ga bisa dapetin lo. Camkan ucapan gua" ia pun pergi dari ruangan ini. Hanya ada Nadira dan Alif. Alif pun mengajak Nadira untuk duduk di sofa. Alif mengarahkn wajah Nadira untuk menatapnya lekat-lekat, dan menggenggam tangan Nadira.

My Teacher My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang