🌿haruskah ku pergi?

5.3K 151 7
                                    

Alif Prov

Ketika aku berada di ruanganku, dan mengecek beberapa laporan, tiba-tiba Yahya memasuki ruanganku.

"Pemisi pak?" ucap Yahya.

"Ada apa Yahya?" tanyaku.

"Ada yang ingin bertemu dengan bapak?!" ucapnya lagi.

"Siapa?" tanyaku.

"Sepertinya sy belum pernah melihatnya di kantor ini pak, tapi dia bilang saudara bapak?" jawabnya.

"Suruh dia masuk" ucapku.

Dan Yahya pun mengiyakan perintahku. Tiba-tiba saat ku fokuskan tatapan ku pada pintu ruanganku, ternyata yang muncul dari balik pintu adalah Sasha. Aku pun berdiri dan menyuruhnya masuk. Aku dan Sasha pun duduk di kursi tamu.

"Ada apa sha? Tumben.." tanyaku.

"Gaada apa-apa kok bang. Eh iya, ini aku bawakan makan siang untuk abang. Kita makan bareng ya bang?! Mau kan?" ucapnya.

"Eh, ii..iyya boleh kok" jawabku agak gugup. Aku masih sedikit canggung dengan sikap Sasha.

Kami pun makan bersama. Sasha menyiapkan nasi berupa lauk untukku dan menyerahkannya padaku. Aku pun meraihnya. Kami pun makan bersama. Tiba-tiba Sasha memegang pipiku karena ada sebutir nasi di wajahku. Namun, bukan hanya sekedar mengusap pipiku, Sasha malah menatapku lekat-lekat. Aku pun menatapnya heran. Dan tanpa ku sangka Sasha mengucapkan sesuatu yang sungguh membuatku tak percaya.

"Abang, aku sungguh mencintaimu" ucap Sasha. Yang posisinya masih memegangi pipiku. Dan sungguh diluar kuasaku, pintu kantorku terbuka dan menampakkan sosok wanita yang sangat aku cintai. Yaitu istriku. Aku membelalakan mataku melihat Nadira. Sontak ku lepas tangan Sasha dan bersamaan dengan perginya Nadira. Aku langsung mengejarnya namun sudah terlambat. Nadira sudah tak terlihat lagi di mataku. Segera ku ambil. Kontak mobilku juga handphoneku  dan meninggalkan Sasha seorang diri di ruanganku.

Aku berlarian menuju parkiran mobil. Ku buka pintu mobil dan menyalakan lalu kutancap gas. Dengan gas yang sangat cepat aku mengejar Nadira.

Sudah hampir keliling kota ku mencari keberadaan Nadira. Namun nihil, masih tidak ada jejak keberadaan Nadira. Segera ku hubungi Nadira berkali-kali, namun nihil. Kukirimkan beberapa pesan padanya. Pesan yang mengungkapkan bahwa semua hanya salah faham saja. Lalu ku lajukan mobilku  menuju rumah. Tak butuh waktu lama aku pun tiba dirumah, dengan pakaian yang tak acuh aku memasuki rumah. Ku buka pintu kamarku, sudah tak tampak lagi sosok istriku yang akhir-akhir ini sering aku campakan. Mengapa aku tak sadar akan sifatku pada istriku belakangan ini.. Fikirku. Ku acak-acak frustasi rambutku. Segera ku ambil baju ganti dan menuju kamar mandi. Setelah selesai semua, aku segera menunaikan sholat.

Tak lama setelah salam, aku pun mendengar suara ketukan pintu di depan rumah. Aku pun segera menghampirinya. Setelah kubuka, itu adalah kakak iparku dan istrinya. Aku pun mempersilahkan ia dan istrinya masuk.

"Assalamualaikum" ucap mereka.

"Waalaikumsalam, silahkan masuk bang" jawabku. Dan merekapun duduk.

"Aku kesini ingin mengemasi barang-barang adikku. Biskah kau mengambilkannya?" pintanya padaku. Mataku langsung terbelalak mendengar ucapannya.

"Abang tau keberadaan Nadira?" tanyaku.

"Tidak usah banyak bicara Lif, cepat kemasi barang adikku!" nada suaranya mulai naik 1 oktaf.

"Bang aku mohon, beritahu keberadaan istriku. Dia sedang hamil bang. Aku mohon. Aku sangat khawatir padanya" pintaku.

"Seharusnya kamu tau diri lah Alif,, adikku adalah manusia yang juga punya perasaan. Apakah kau tidak memikirkan perasaannya? Hah?!!" bentaknya padaku.

My Teacher My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang