12 🔰 R

615 37 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang saat mata gue kembali melek karena senggolan Linda. Gue menatap lembar kertas ulangan gue yang masih kosong melompong seperti otak gue yang gak ada isinya. Waktu tinggal satu setengah jam lagi dan dengan cepat mata gue langsung melirik lembar jawaban milik Linda.

Linda tidak keberatan. Bahkan ia menggeser kertas jawabannya agar gue dapat melihat dengan jelas deretan angka angka maupun lambang kimia yang gak gue ngerti sama sekali. Jujur saja lambang kimia air dan karbondioksida kadang gue suka kebalik. Kadang gue emang sebego itu teman-teman. Harap maklum. Raline Shah memang begitu orangnya.

"Pen hari ini lihat kelas kita tanding basket yuk. Kayaknya seru deh!"

Mata gue masih melirik tajam pada lembar jawaban Linda. Gue masih fokus pada jawaban Linda dan mengabaikan ajakan Linda.

Linda menyenggol siku gue hingga muncul coretan panjang di lembar jawaban gue. Sontak gue mengumpat kesal akan hal itu.

"Anjing. Minta di cekik ya leher lo Lin?" Sentak gue dengan suara cempreng. Gak sadar diri kalau Bu Ceribel sedang memperhatikan gue dengan raut setajam silet.

"Harap tenang ya anak-anak. Ini ujian bukan pujian. Jangan dengarkan apa kata Mbah Supeni. CEPAT KERJAKAN DAN JANGAN TENGOK-TENGOK!" Bu Ceribel menyentak tajam di akhir kalimatnya membuat semua teman-teman gue langsung fokus kembali mengerjakan soal. Padahal gue yakin seribu persen mereka gak bisa mengerjakan soal-soal kampret itu. Kenapa gue bisa tahu? Karena alurnya itu sangat mudah sekali di tebak.

Alur cerita ulangan kimia dan pelajaran lain di kelas gue. Pertama-tama mereka yang bloon dan bego macem gue hanya bisa menunggu jawaban dari para ahli yaitu Linda dan Reon. Namun karena Reon pelit akhirnya distributor kami hanya tinggal Linda seorang. Dari jawaban Linda akan menyalur ke gue terus menyalur lagi ke teman-teman gue yang duduknya paling pelosok. Dan tentu saja jawabannya akan sama kalau mereka jeli dalam melihat jawaban yang njlimetnya kayak nyari jarum di tumpukan jerami.

Dan herannya Bu Ceribel tidak pernah curiga akan hal itu. Kalaupun dia tahu gue mah gak perduli. Gue udah pusing duluan ngelihat soal-soal yang dia buat.

Waktu mulai menipis dan gue sudah menyelesaikan jawaban gue. Gue sedikit lega karena sudah lepas dari jawaban terlakanat itu. Setelah itu gue memposisikan diri untuk memfoto jawaban gue lalu gue sebar ke dalam grub kelas. Dan benar saja setelah itu teman-teman gue pada heboh ngelihatin hape mereka.

"Bagi yang sudah selesai harap bisa keluar kelas supaya tidak mengganggu temannya yang lain. SEKALI LAGI YANG SUDAH SELESAI DI HARAPKAN UNTUK KEKUAR KELAS SEKARANG JUGA!" Bu Ceribel kembali ngamuk di akhir kalimatnya. Dengan langkah riang gue dan Linda pun maju untuk mengumpulkan kertas jawaban kami.

Eits gue gak bego bego amat. Ada jawaban yang sengaja gue bedain dari jawaban Linda supaya Bu Ceribel gak curiga. Bella Shofie gak sebego itu teman-teman.

Bu Ceribel melirik gue tajam, "Udah selesai?"

Gue memainkan kuku-kuku gue dengan gaya jumawa, "Tentu dong Bu. Semaleman saya bergadang buat ulangan ibu, ya pasti selesai lah."

Bu Ceribel berdecih jijik dan Linda tertawa di samping gue. Tanpa menunggu jawaban dari Bu Ceribel akhirnya gue keluar kelas sambil melambai-lambaikan tangan gue pada teman-teman gue yang masih berjuang untuk melihat jawaban yang gue kirim. Gue emang sesongong itu ngomong-ngomong.

"Lo kapan sih sehatnya Pen?" Linda dan gue sudah menuju lapangan basket untuk mempersiapkan diri melihat pertandingan persahabatan antar kelas gue melawan kelasnya Aldo.

"Gue gak pernah sesehat ini Lin. Kita cuma berdua doang nih?" Kata gue sambil mengamati sekitar gue yang sudah di penuhi oleh anak-anak kelas Aldo.

Long Distance RelationShit [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang