"Darimana lo? Tumben jam segini baru masuk kelas. Untung Miss Wanda belum masuk."
Pertanyaan Linda hanyalah angin lalu karena gue lebih memilih untuk mengurung kepala gue di lipatan tangan. Saat ini gue benar-benar merasa patah hati. Gue tidak mengerti kenapa efek Aldo bisa membuat gue menjadi seperti ini.
"Lo sakit?"
Kenapa juga Linda tidak bilang ke gue kalau Aldo pergi? Linda sangat tahu kalau gue dekat dengan Aldo seperti dia dekat dengan Athan. Mungkinkah jika Linda memang sengaja tidak memberi tahu hal itu ke gue karena dia tidak ingin gue merasa tidak enak hati? Tetapi kenapa?
"Gak. Gue gak sakit."
"Terus lo kenapa? Putus sama Athan?"
Setelah mendengar itu mata gue menyipit menatap Linda. "Lo kenapa gak bilang ke gue kalau Aldo pindah?"
Ekspresi bingung Linda seketika dapat gue lihat, "Hah? Memangnya Aldo pindah ya? Kapan?"
"Lo kan pacarnya Lin. Lo lupa sama pacar lo sendiri?"
Linda malah menertawai pertanyaan gue. "Lo itu bego ya Pen? Bego dan mudah banget di bohongin." Katanya riang yang langsung menyulut kemarahan gue.
"Maksud lo apa?"
"Atau lo pura-pura bego supaya lo tetap sama Athan? Bukannya Aldo udah ngejelasin semuanya ke lo ya?" Gue merinding mendengar penuturan Linda, "Ah jangan-jangan lo gak percaya sama penjelasan Aldo? Lo lebih percaya sama penjelasan gue kan? Udah gue duga. Hahahaha." Linda tertawa lagi seakan pernyataannya adalah lawakan lucu yang membuat pendengarnya ikut tertawa.
Gue marah. Sangat marah hingga gue berdiri dan siap untuk menyeret Linda ke luar kelas.
"Apa? Lo marah ke gue?" Linda berkata santai, seakan tahu apa yang akan gue lakukan kepadanya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi gue menyeret Linda keluar kelas menuju taman belakang. Linda tidak memberontak atas sikap gue, perempuan yang selama tiga tahun sudah menjabat menjadi sahabat gue itu menurut dengan langkah riang. Setelah sampai di tampan belakang dengan sengaja gue menyentakkan tangannya kasar, membuat Linda kembali tertawa.
SUMPAH DEMI KUTANG NENEK, SUPENI EMOSI YA ALLAH!!!
"Wow santai dong sahabat ku." Katanya dengan disertai tawa riang.
Gue mendengus jijik, "Kenapa lo lakuin semua itu ke gue? Kenapa lo bilang ke gue kalau lo pacarnya Aldo? Lo gak tahu kan gimana perasaan gue menahan rasa bersalah gue terhadap lo?"
"Oh jadi dugaan gue bener dong kalau lo itu suka sama Aldo? Kalau lo gak suka sama Aldo lo gak mungkin merasa bersalah seperti itu kepada gue. Iya gak?"
Gue gak bisa berkata-kata. Kedua telapak tangan gue mengepal erat menahan segala amarah yang mulai memuncak memenuhi kepala gue.
"Kalau gue gak ngaku jadi pacarnya Aldo, lo sama Aldo pasti berbuat sesuka hati kan? Lo juga pasti akan menyakiti Athan. Cowok gue!"
Jantung gue seakan langsung merosot jatuh ke tanah saat mendengar itu. Linda sama Athan? Gak gak mungkin.
"Gue udah muak sama lo. Gue udah muak di jadikan yang kedua. Gue capek. Gue sakit hati. Selalu lo yang diperioritaskan oleh Athan. Gue cuma jadi yang ke dua. Jadi yang di butuhkan Athan saat lo sedang bersenang-senang dengan Aldo. Lo tahu gak gimana rasanya jadi gue? GUE BENCI SAMA LO PENI. GUE BENCI!"
Linda yang tadinya tertawa bahagia saat ini berubah menjadi Linda yang rapuh dan tak tertolong. Tubuh perempuan itu merosot jatuh dengan tangisannya yang terdengar menyedihkan.
"Gue udah jatuh cinta sama Athan sebelum lo mengenal dia. Bagi gue Athan adalah segalanya. Gue sangat menyayangi laki-laki itu. Bahkan gue rela menjadi yang ke dua asalkan laki-laki itu adalah Athan. Kenapa lo jahat sama gue Peni."
"Linda..." Otomatis gue langsung memeluk Linda, "Maaf. Gue gak tahu. Dan kenapa lo gak bilang ke gue kalau lo cinta sama Athan?"
"Gue bisa apa saat lo dan Athan udah saling menyukai? Gue gak sejahat itu. Dan seiring berjalannya waktu lo pasti tahu kan sejak awal Aldo yang menyukai lo bukan Athan. Sejak hubungan jarak jauh lo dengan Athan, Athan selalu menghubungi gue saat lo gak membalas telpon ataupun chatnya. Dia selalu menanyakan kabar lo. Bahkan dia tahu kalau lo udah mulai deket sama Aldo. Dan sejak itu gue mulai memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan gue. Dan diluar dugaan gue, Athan mau menjadikan gue pacar keduanya. Saat itu gue benar-benar merasa bahagia."
"Tetapi kebahagiaan gue tidak berlangsung lama. Athan selalu bercerita kalau dia sedang sedih karena kedekatan lo dengan Aldo. Gue ikut sedih melihat laki-laki yang gue cintai sedih. Dan setelah itu gue bertekad untuk memisahkan lo dan Aldo. Gue gak tahu disini siapa yang salah karena gue merasa inilah yang terbaik untuk gue. Gue hanya ingin menjaga cowok gue. Menjaganya agar tetap tersenyum bahagia walaupun sumber kebahagiaanya itu bukan berasal dari gue. Walaupun setelah itu gue tidak di butuhkan lagi oleh dia, gue akan terus berada di belakang dia. Menjadi penopangnya ketika dia rapuh. Tempatnya pulang ketika lo menyakitinya."
"Tolong jangan sakiti lagi cowok gue. Kalaupun lo tidak bisa membahagiakannya, putuskan saja dia. Gue tahu setelah itu dia akan merasa sakit hati dan sedih. Tetapi gue akan selalu berada didekatnya agar dia tidak merasa sedih lagi dan melupakan lo. Gue tahu itu hal yang sangat mustahil untuk gue lakukan, tapi untuk kebahagiaan dia apapun itu caranya pasti bakal gue lakukan. Gue mohon Peni. Gue sayang banget sama Athan. Lebih dari gue menyayangi diri gue sendiri."
"Linda..." Gue ikut menangis bersama dengan Linda, "Maaf jika selama ini gue sering menyakiti Athan dan membuat lo sedih. Gue hanya bingung dengan perasaan gue. Athan terlalu baik untuk gue dan begitupula Aldo. Namun jauh dari itu Aldolah yang dapat menerima gue apa adanya. Gue baru menyadarinya akhir-akhir ini. Sekali lagi maaf Linda."
"Putuskan dia Peni..."
Dan setelah itu gue tahu apa yang seharusnya gue lakukan sejak awal. Bukan karena penuturan Linda. Tetapi kali ini gue akan melakukan apapun itu yang menurut hati gue benar. Seharusnya gue menyadarinya lebih awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance RelationShit [END]
Short StoryLONG DISTANCE RELATION - SHIT "LDR (n) merupakan suatu keadaan dimana yang setia akan kalah dengan yang dekat." Copyright by Hujansoreini 2018 ⚠️DILARANG MENCOPY CERITA DALAM BENTUK APAPUN!