Malam ini hujan turun. Jalanan yang berada tepat di depan DonatDong yang tadinya ramai kini semakin sepi karena hujan turun dengan derasnya. Gue mengamati pemandangan itu dengan tatapan kosong. Pikiran gue jauh melayang memikirkan kejadian beberapa jam yang lalu setelah gue pulang sekolah.
Gue masih ingat dengan jelas. Di mobil Athan saat dia sedang mengantarkan gue untuk pulang ke rumah, gue memutuskannya. Gue tahu itu terdengar sangat jahat. Gue hanya mendengarkan apa kata hati gue. Gue sudah Banyak menyakiti orang-orang di sekitar gue. Gue tahu Athan memang sempurna. Sangat cocok dijadikan pacar idaman oleh siapapun. Tetapi kesempurnaannya itu membuat gue merasa tidak sempurna. Ada ruang kosong yang ada di hati gue yang tidak bisa ia isi dengan penuh. Ruang kosong itu selalu diisi oleh laki-laki lain dan membiarkan gue jatuh cinta kepadanya tanpa gue sadari.
Sekali lagi gue menyakinkan diri gue bahwa inilah yang terbaik untuk gue dan Athan. Gue tidak mau menyakiti dia. Dia sangat baik, sangat cocok untuk Linda yang notabene mempunyai rasa cinta yang terlalu dalam untuk di berikan kepada Athan. Sedangkan gue, gue tahu mungkin gue terlambat, rasa cinta gue memang hanya untuk laki-laki kampret itu. Laki-laki yang mengenalkan gue akan donat manis yang saat ini tepat berada di depan gue.
"Lo lagi patah hati ya?"
Gue mendongkak, dapat gue lihat Tere sudah duduk manis di hadapan gue.
"Gue lagi meyakinkan diri bahwa yang gue lakukan saat ini adalah benar. Gue takut kalau yang gue lakukan saat ini adalah kesalahan. gue takut Ter."
"Biar gue tebak," Tere tersenyum geli, "Lo baru aja putusin cowok lo kan?"
"Iya. Hati gue lega tapi gue juga takut kalau nantinya keputusan gue akan menyakiti dia."
"Diputusin itu pasti sakit. Tapi lebih baik sakit sekarang daripada rasa sakit itu berubah menjadi rasa sakit yang terlampau dalam hingga membuat kita kecewa bahkan trauma karena kita pura-pura terus bertahan dengan dia. Laki-laki itu mudah move on. Dia tidak seperti kita, yang diputusin maupun mutusin pun kita akan tetap galau bahkan sampai berhari-hari."
"Athan punya Linda yang pasti bakal selalu ada untuk dia.
Tere mencomot salah satu donat lalu mengunyahnya, "Biar gue tebak lagi, Linda sahabat lo itu suka sama Athan kan?"
"Dia pacar keduanya Athan."
Tere hampir tersedak donatnya kalau ia tidak cepat-cepat menetralkan keterkejutannya, "Anjir. Jadi Athan selingkuh gitu sama sahabat lo?"
Gue mengangguk lemah.
"Terus ngapain lo galauin dia woy? Dia gak bakalan sedih lo putusin karena dia masih punya serep lain. Lo mah bego lama-lama Su."
"Gue gak tahu. Yang gue rasain saat ini adalah lega campur sesal. Gue sangat menyesal karena gue baru menyadarinya sekarang."
"Lo menyesal karena baru tahu Athan itu selingkuh?"
"Bukan."
"Terus?"
"Gue menyesal kenapa gue baru sadar kalau gue itu cinta sama Aldo." Mata gue berkabut menatap Tere. Sebentar lagi gue pasti akan menangis, "Gue cinta sama Aldo. Dan gue sangat menyesal karena baru sadar sekarang." Gue menangis. Menumpahkan segala keresahan yang sejak tadi gue tahan.
Ya Tuhan. Kenapa gue baru menyadarinya sekarang saat laki-laki itu sudah tidak berada di sisih gue?
"Lo ingat cerita gue waktu itu gak?"
Gue masih menangis menghiraukan ucapan Tere.
"Tentang bos gue yang suka sama seorang cewek tapi ceweknya itu gak peka? Itu lo Peni. Cewek yang gue ceritain itu elo. Dan bos gue yang selalu gue damba itu Aldo. Aldo yang punya toko donat ini. Seluruh karyawan di DonatDong tahu kalau lo adalah cewek yang di sukai oleh Aldo. Mereka selalu memperlakukan lo dengan baik karena mereka sudah di perintahkan oleh Aldo. Selama ini lo gak sadar? Ya Lord Supeni. Tahu gitu gue bilang dari awal."
Tangisan gue semakin pecah. Kenapa gue tidak menyadarinya sekarang? Pantas saja jika Aldo selalu membawa gue ke toko ini. Dan pantas saja jika Aldo dapat memesan donat sesuka hati dia tanpa menunggu antrian. Harusnya gue sadar dari dulu.
"Aldo. Gue kangen sama Aldo Ter." Gue masih menangis tersedu-sedu. Jujur saja saat ini gue ingin sekali bertemu dengan Aldo. Gue ingin memeluknya erat. Sangat erat hingga membuatnya sesak napas. Gue ingin melihat senyum tipisnya yang selalu menjadi senyum favorit gue. Gue kangen Aldo.
"Sorry. Gue beneran gak tahu dia kemana. Akhir-akhir ini toko diurus sama tantenya Aldo yang di Jakarta. Dan dia jarang kesini. Otomatis informasi mengenai dimana Aldo gue juga gak tahu pasti."
Ucapan Tere semakin membuat rasa sesak gue semakin dalam. Gue terus menangis hingga Tere memeluk gue. Mencoba menguatkan gue dan menghibur gue kalau pada saat nanti pasti gue bakal bertemu dengan Aldo. Setelah penjelasan Linda tempo hari, gue tidak berhenti untuk terus menelfon Aldo. Bahkan gue sudah mengirimkan beribu chat menanyakan keberadaanya. Namun seperti yang sudah-sudah semua yang gue lakukan itu berakhir dengan sia-sia. Gue semakin sedih meratapi nasibnya gue yang malang.
"Lebih baik lo fokus untuk masuk PTN di Jogja. Gue tahu Aldo juga pasti berharap yang sama dengan gue, lo harus bisa meyakinkan diri lo sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Untuk saat ini lebih baik lo fokus. Lo gak boleh ngecewain orang tua lo. Lo ngerti kan?"
Ucapan Tere itu selalu gue ingat bahkan saat gue tidak mau lagi untuk menginjakkan kaki gue ke DonatDong. Malam itu adalah malam terakhir kalinya gue berada di DonatDong. Gue masih merekamnya dengan sangat jelas.
Gue hanya ingin melanjutkan kehidupan gue. Keputusan yang gue ambil tidak akan pernah lagi gue sesali. Hidup itu harus berjalan maju. Dan keputusan yang dulu gue ambil tidak akan menjadi hal buruk kalau gue dapat menerimanya dengan ikhlas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance RelationShit [END]
Short StoryLONG DISTANCE RELATION - SHIT "LDR (n) merupakan suatu keadaan dimana yang setia akan kalah dengan yang dekat." Copyright by Hujansoreini 2018 ⚠️DILARANG MENCOPY CERITA DALAM BENTUK APAPUN!