"Hallo?"
"Kamu masih di kelas ya?"
Gue celingak-celinguk mencari sosok laki-laki yang saat ini sedang menghubungi gue melalui panggilan ponselnya.
"Kamu ada dimana?" Tanya gue sambil merapikan beberapa tumpukan buku yang masih berjejeran di atas meja.
"Di hatimu.. muehehehehe... "
Gue tertawa, "Apa sih Athan.. basi banget."
"Gue ada di depan kelas kamu nih. Sama Linda. Kamu lama amat sih sayang!"
Jantung gue langsung mencelos mendengar nama Linda di sebut oleh Athan. Sepertinya uforia kembalinya Athan sangat berefek besar untuk Linda karena sejak tadi pagi Linda terus tersenyum cerah sambil mempertanyakan gue kenapa Athan tiba-tiba kembali ke Indonesia. Karena gue tidak tahu gue pun menjawab tidak tahu apapun kenapa Athan pulang ke Indonesia. Linda sedikit jengkel mengenai hal itu namun tidak berlalu lama karena pada jam istirahat sahabat gue atu-atunya itu langsung ngibrit ke depan pintu kelas untuk menyapa Athan.
Seharusnya gue juga bahagia. Pacar gue yang maha sempurna kini telah kembali berada di dekat gue. Seharusnya begitu kan? Tetapi kenapa Linda yang justru sesemangat panglima jendral saat dia mendengar Athan sudah kembali? Sebenarnya yang menjadi pacarnya Athan itu lo atau Linda sih Peni?
"Gue masih Athan yang lama keles Lin. Sini peluk dulu. Kangen gue sama lo!"
Suara Athan terdengar begitu jelas di telinga gue. Gue mencoba biasa saja dan terus memasukkan semua buku gue ke dalam tas. Setelah selesai gue langsung bergegas ke luar kelas.
"Kamu masih di depan?"
Sepertinya Athan sedang mengobrol dengan Linda sehingga ia tidak mendengar suara gue. Dan saat gue menapaki depan pintu kelas, memang Athan dan Linda sedang mengobrol seru. Bahkan Athan lupa kalau ia sedang menelepon gue. Ponselnya saja sudah ia genggam dan laki- laki itu lebih memilih untuk fokus pada obrolan Linda.
Gue benci perasaan seperti ini. Perasaan ini sangat begitu menyesakkan namun hati gue berkata lain. Bahwa perasaan ini adalah yang seharusnya. Dan gue harus sebisa mungkin meredamnya karena gue tidak ingin hal rumit akan terjadi jika gue bersikap kekanak-kanakan.
Saat gue ingin berbalik karena tidak ingin menganggu obrolan Athan dan Linda, suara Aldo menghentikan langkah gue.
"Adinaya!"
Gue yakin seratus persen Aldo menaikkan tingkat volumenya supaya Athan dan Linda mengetahui keberadaan gue. Dan sialnya dua orang itu langsung sadar bahwa gue berada tidak jauh dari kursi yang mereka duduki.
Gue berdecak, pura-pura kesal pada Aldo, "Apa sih teriak-teriak? Lo kira suara lo bagus hah?" Sewot gue saat Aldo berada tepat di depan gue.
Gue melihat Athan berdiri dan melangkah mendekat hingga berada persis di samping gue. Athan segera memeluk leher gue dengan menggunakan kedua tangannya, "Sayang kamu dari kapan? Aku kira kamu masih lama di dalam. Mau makan gak? Aku lapar nih!"
Gue lihat Aldo hanya melengos jijik, mengarahkan pandangannya ke arah samping.
"Kamu duluan aja deh. Aku masih ada urusan." Kata gue sambil mencoba melepaskan kungkungan tangan Athan. Risih juga lama-lama.
"Urusan apa? Sama dia?" Tanya Athan sambil menunjuk malas Aldo dengan menggunakan dagunya.
"Kenapa emangnya? Lo keberatan Adinaya punya urusan sama gue?" Kata Aldo masih dengan raut datar andalannya.
Athan tertawa kecil sambil menyentuh hidung mancungnya dengan gaya cool. "Jelas. Gue pacarnya disini. Gue gak bakalan izinin kalau urusannya bareng lo!"
"Athan!" Gue langsung menarik tubuh Athan mundur untuk menjauhi Aldo. Gue tidak mau istirahat kali ini menjadi ricuh karena pertengkaran dua mantan sahabat itu.
"Apa sih? Kamu masih gak percaya sama apa yang waktu itu aku bilang?" Kali ini Athan menatap gue dalam.
Gue langsung mengalihkan tatapan gue dan langsung bertubrukan dengan tatapan mata Linda. Linda tersenyum kecil, yang gue duga ia sudah tahu akan masalah gue.
"Aku sudah lupain masalah itu Athan. Dan aku gak mau kita bahas ini lagi."
Gue berjalan mendekati Linda lalu meraih tangannya. Linda tampak pasrah mungkin dia tahu apa yang saat ini gue lakukan padanya. Suara Athan tidak gue perdulikan lagi. Gue harus mengetahui jawaban itu sekarang juga.
"Lo mau tanya apa?" Tanya Linda to the poin saat gue mengajaknya ke taman belakang sekolah yang jarang dikunjungi oleh siswa.
"Lo suka Aldo?"
Mata sipit Linda langsung melebar saat mendengar pertanyaan gue, sepertinya ia tidak menyangka kalau gue akan mempertanyakan dia dengan pertanyaan seperti itu.
"Lo ngomong apa si Pen?"
"Jawab jujur!" Kata gue dengan raut tegas. Bahkan Peni yang di kenal mempunyai wajah selengekan pun saat ini tidak nampak.
Gue kira Linda akan bereaksi sesuai dengan yang Aldo katakan pada gue. Namun saat gue melihat cengiran kecil di sudut bibirnya hati gue semakin tercubit karena hal itu.
Linda gak mungkin suka Aldo kan?
Demi kutang nenek yang sampai saat ini masih tersusun rapi di dalam almarinya, Linda gak mungkin suka sama Aldo kan?
ENGGAK KAN? WOY JAWAB NAPA SIH!!
"Sebenarnya gue gak mau jujur sama lo. Tapi lo udah terlanjur tahu jadi ya mau gimana lagi." Ujarnya santai sesantai ngopi di pinggir pantai, di traktir pula.
"Kenapa lo bisa suka Aldo? Maksud gue sejak kapan lo suka Aldo?" Sial sekarang gue terlihat gugup. Pernyataan Linda sangat berefek dahsyat bagi kesehatan jantung gue.
"Pertanyaan lo salah Peni." Linda kembali tersenyum hangat. Senyum yang entah kenapa akan menandakan hawa buruk bagi kesehatan jantung gue.
"Maksud lo?" Gue mencoba tenang walau nyatanya tidak begitu.
"Harusnya pertanyaan lo itu Sejak kapan lo jadian sama Aldo. Mau mangkir dari pajak jadian ya lo?"
Seketika gue linglung kayak lutung, "Huh?"
Linda tertawa lalu mengusap pundak gue, "Tenang saja, habis ini gue traktir lo deh ke warungnya tante. Lo mau apa? Soto, bakso, nasi goreng? Tenang nanti gue tinggal minta duitnya ke Aldo."
Kok gue kesel ya?
WOY KOK GUE KESEL BANGET SIH? BERASA PENGEN NGEGAPLOK MULUT COMBERNYA LINDA NIH GUE!!!!
"Jadi lo pacaran sama... "
Linda kembali tersenyum, gue heran kenapa dia jadi sering senyum gini sih? Dikira dia tambah cantik kalau senyum? Woy gue sebagai Gigi Hadid aja biasa kok. Gak pernah tuh gue pamerin senyum gue ke orang-orang. Emang sok iye lu Lin!
"Yups! Emang Aldo gak cerita ke lo? Lo kan sahabatnya gue kira dia cerita ke lo Pen."
Gue menggeleng lemah.
"Ya udah yang penting sekarang lo udah tahu kan?"
Kemudian Linda mengajak gue untuk kembali ke kelas. Selama perjalanan Linda terus mengoceh memamerkan bagaimana Aldo selama menjadi pacarnya sampai saat ini. Bahkan sikap manis Aldo juga ia lontarkan membuat hati gue terasa panas seperti akan meledak.
Hingga Linda berceletuk, "Harusnya lo bahagia Pen, punya pacar yang sayang banget sama lo. Dan sahabat yang selalu ada sama lo. Asal lo tahu hanya lo yang selalu menjadi topik pembicaraan saat Athan ngobrol sama gue. Gue tahu lo tadi pasti cemburu kan karena Athan lebih sibuk ngobrol sama gue? Lo tenang aja obrolan gue sama Athan tadi semua hanya tentang lo. Bukan tentang gue ataupun topik lain."
"Jadi jangan pernah lo kecewakan Athan. Apalagi lo sampai terbuai sama perilaku cowok lain hanya karena cowok itu deket sama lo. Lo ngerti kan Peni sayang?"
Dan detik itu juga gue sadar, bahwa selama ini Linda tahu apa yang sedang gue coba tutupi darinya. Karena menurut gue hanya gue lah yang tahu akan hal itu. Namun gue salah. Linda Aisyah ternyata tahu bahwa selama ini gue menyimpan rasa kepada pacarnya. Siapa lagi kalau bukan Aldo Gama Raditiya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Distance RelationShit [END]
Short StoryLONG DISTANCE RELATION - SHIT "LDR (n) merupakan suatu keadaan dimana yang setia akan kalah dengan yang dekat." Copyright by Hujansoreini 2018 ⚠️DILARANG MENCOPY CERITA DALAM BENTUK APAPUN!