Long Distance RelationShit [END]

18 🔰 R

Semakin gue mengingat ucapan Linda tempo hari, gue semakin meyakinkan diri kalau gue itu mirip cewek murahan yang gak punya perasaan dan harga diri. Semenjak sindiran halus itu, gue menjadi sosok yang pendiam bahkan sampai saat ini. Gue harus bersyukur pada Linda karena ia tidak melabrak gue karena telah ganjen kepada pacarnya. Tapi percayalah dengan sikap Linda yang seperti itu saja gue sudah malu kepada diri gue sendiri.

Gue masih berfikir, apa sih yang sebenarnya gue inginkan. Kurang sempurna apa cowok gue sampai gue melipir sampai hampir menyerahkan hati gue pada laki-laki lain. Gue harusnya bersyukur mempunyai pacar yang setia, pengertian bahkan sampai saat ini Athan masih membiarkan gue berseliweran di dekatnya Aldo walaupun dia selalu melarang gue untuk dekat dekat dengan mantan sahabatnya itu. Dan ANEHNYA Athan gak marah sama sekali, dia mencoba pengertian terhadap sikap gue. Karena setelah itu dia pasti mengoreksi diri kenapa gue terus kekeh berada di samping Aldo walaupun dia terus melarangnya.

Bahkan Athan sampai memaksa gue untuk mengantarkannya ke DonatDong kedai favorit gue. Katanya biar dia tahu tempat seperti apa yang membuat gue bahagia dan dia akan selalu siap sedia mengantarkan gue ke tempat itu. Intinya dia ingin tahu apa yang selama ini gue inginkan.

Gue akui selama ini gue memang jarang membuka diri gue untuk Athan. Gue sudah mencobanya beberapa kali namun nihil. Gue gak bisa. Gue selalu takut kalau keinginan gue itu akan bertolak belakang dengan keinginan Athan. Harusnya gue mencobanya terlebih dahulu daripada gue harus berfikir negatif terhadap Athan. Tapi gue gak bisa. Selalu ada tingkah Athan yang menyatakan ia tidak menyukai keinginan gue, sehingga gue memilih untuk mengubur keinginan gue untuk diri gue tanpa memberitahukan kepada Athan.

Gue sangat ingat dulu Athan pernah bilang seperti ini pada gue, "Peni kamu suka donat? Ih donat kan bikin gemuk banyak gulanya. Kamu jangan keseringan makan donat. Kelebihan yang manis-manis itu tidak baik."

Percayalah teman-teman, padahal sebelum itu gue belum bilang apa-apa kepada Athan. Gue belum bilang kalau sebenarnya gue maniak donat, dan hampir setiap hari gue makan donat seperti donat sudah menjadi daftar menu utama keseharian gue. Dan sebenarnya pada saat itu gue akan mengajak Athan ke DonatDong. Namun karena perkataannya tadi gue jadi mengurungkan niat itu.

Pernah juga Athan bilang seperti ini ke gue, "AC mobil di hidupin ya beb. Aku gerah banget nih kalau AC nya mati."

Pada saat bibir gue akan terbuka untuk mengatakan bahwa gue gak bisa kelamaan terkena dinginnya AC mobil, Athan sudah mendahului keinginan gue itu dengan berkata bahwa ia tidak bisa nyetir kalau AC mobilnya mati. Kalian semua pasti sudah tahu dari awal bahwa gue gak tahan oleh dinginnya AC mobil. Apalagi kalau gue lupa pake jaket. Pasti beberapa jam kemudian gue akan langsung sakit dan masuk angin. Gue sebenarnya pengen ngomong hal itu ke Athan. Namun karena gue sudah mengetahui apa kebiasaan Athan yang sangat bertolak belakang dengan gue, akhirnya gue hanya bisa mengalah dan mengurungkan niatnya gue kalau sebenarnya gue anti AC mobil.

Pernah gak sih kalian ngerasain hal perbedaan seperti itu, yang berakhir kalian yang akhirnya harus mengalah karena kalian tidak mau membuat pasangan kalian bersikap aneh? Gue heran kenapa gue harus setakut itu pada Athan. Harusnya kalau gue bilang mungkin Athan bisa memaklumi gue. Tapi yang gue lakukan adalah gue gak bisa. Bahkan untuk bercerita tentang keseharian gue pun gak gue lakukan kalau Athan tidak bertanya terlebih dahulu.

Selama ini gue selalu merasa ada tembok besar yang sangat tinggi yang memisahkan gue dengan Athan sehingga kita berdua tidak pernah saling terbuka. Tepatnya sih gue. Gue juga tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi. Gue sudah mencobanya berulang kali. Bahkan setiap saat. Namun saat gue ingin mengungkapkan apa yang sebenarnya gue mau, sikap Athan yang bertolak belakang dengan kemauan gue langsung memupuskan harapan gue.