24 🔰 R

2K 72 3
                                    

Tidak selamanya LDR itu merupakan suatu hubungan yang buruk. Kadang LDR bisa menjadi tali penguat antara dua insan yang menjalaninya. Dalam LDR kita bisa menjadi sosok yang harus bisa lebih bersabar, saling percaya dan juga saling menguatkan.

Dulu sebelum gue putus dengan Athan, gue selalu menerapkan prinsip itu. Gue hanya mau mempertahankan hubungan gue walaupun nyatanya gue tidak sanggup untuk melewatinya. Terlalu banyak kebohongan di dalam hubungan gue, membuat hubungan itu semakin hambar dan akhirnya kandas di tengah jalan.

Sejujurnya gue tidak pernah menyesal telah dipertemukan sesosok laki laki seperti Athan. Athan tentu saja baik. Sangat baik malah. Namun karena gue, Athan juga menjadi sosok yang menyebalkan. Bahkan Tere bilang, Athan itu adalah laki-laki bajingan karena telah menduakan gue, telah selingkuh dengan sahabat gue. Gue sadar, Athan melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Terlalu banyak alasan untuk dia melakukan hal itu dan menurut gue semua yang ia lakukan adalah wajar untuk seorang laki-laki yang diabaikan oleh pacarnya sendiri.

Gue sadar, dipisahkan oleh jarak, ruang dan waktu bukan merupakan hambatan yang berat untuk orang yang saling menyayangi, saling percaya, saling menguatkan bahwa dia pasangan kita akan baik-baik saja di luar sana. Dulu Athan memang berada jauh di dari gue, bahkan tubuhnya tidak dapat memeluk gue setiap saat, tapi gue tidak pernah merasa tersiksa karena merindukannya. Bahkan gue pikir dulu gue hampir tidak pernah merindukannya.

Sebaliknya, tidak melihat Aldo barang semenit saja gue sudah kelimpungan mencari sosoknya. Yang saat itu gue pikirkan ya cuma Aldo. Kenapa Aldo gak ada disampingnya gue, kenapa Aldo gak ngehubungin gue dulu kalau dia mau pergi. Semuanya sangat rumit hingga gue sadar bahwa yang selama ini gue cari itu bukanlah sosok Athan melainkan Aldo.

"Masih suka donat?"

Dan sosok itu sekarang berada tepat di depan gue. Tepat di depan manik mata gue, namun gue selalu merindukannya walaupun saat ini dia tengah tersenyum hangat menatap gue.

"Suka."

"Kenapa baru sekarang?"

"Apanya?"

"Kenapa baru sekarang ketemunya? Gue selalu nunggu lo di depan toko, tapi lo gak pernah sadar. Kenapa harus gue yang selalu mencari lo? Kenapa harus gue yang kalah dalam permainan ini?"

Gue menggenggam tangan Aldo. Dan Aldo balik menggenggam tangan gue. Gue tatap matanya dan jantung gue langsung berdetak liar karena mata yang selama ini gue rindukan itu menatap gue dengan sorot penuh kerinduan.

"Dari awal permainan gue udah kalah. Tapi gue gak mau mengakui kekalahan gue. Gue sudah jatuh cinta sama lo dari sebelum lo mengenalkan gue apa itu cinta Do."

Dia tertawa kecil, "Gue boleh balas dendam gak?"

"Balas dendam itu jahat."

"Kata siapa?"

"Kata gue tadi."

"Balas dendam gue gak jahat kok."

"Gue ragu."

"Balas dendam gue adalah lo harus terus berada di samping gue, apapun itu situasinya, lo jangan pernah pergi ninggalin gue."

"Itu bukan balas dendam, tapi perintah."

"Ya sudah dua-duanya deh kalau gitu."

"Memangnya lo siapa berani perintah gue?"

"Oh lo mau minta kejelasan apa arti diri lo untuk gue ya?"

Pipi gue langsung memanas dan gue langsung melepaskan genggaman tangan Aldo. Kampret. Dia kok tahu sih apa yang saat ini sedang gue pikirkan. Astaghfirullah jangan ngumpat terus Supeni. Doa lo gak dijabanin sama Allah lho.

"Gue pulang aja deh." Gue sudah berdiri dan siap untuk meninggalkan Aldo. Namun saat kaki gue akan melangkah meninggalkan Aldo, tangan Aldo sudah menarik tangan gue dan gue sudah berada di dalam pelukannya.

"Lo memang gak mau mengakui kekalahan lo Adinaya. Apa susahnya sih bilang suka ke gue? Toh gue juga gak mungkin nolak lo."

Kampret kutub alas. Wajah gue seperti akan meletus karena rasa malu saat ini menguasai diri gue.

"Please Do bukan itu maksud gue, tapi gue udah malu duluan kalau bilang itu ke lo."

"Bilang apa?"

"Ya itu lah pokonya."

Aldo mengeratkan pelukannya, seakan tidak ada hari esok untuk melakukan hal itu, "Iya gue tahu. Gue juga cinta sama lo Adinaya."

"Maaf kalau selama ini gue telah memberikan lo rasa sakit."

"Gue rela mendapatkan rasa sakit beribu ribu jumlahnya asalkan lo tetap kembali ke pelukan gue seperti ini."

"Tes tes. Bos jangan pelukan di tengah- tengah jalan dong. Ganggu orang kerja aja!"

Reflek gue dan Aldo pun saling memisahkan diri. Aldo berdecak kesal dan gue hanya menutupi wajah gue karena malu. Gue lupa kalau saat ini gue berada di tokonya Aldo. Bahkan yang paling parah adalah gue dan Aldo sudah menjadi tontonan gratis para pegawainya.

"Gue nyesel mindahin lo disini." Kata Aldo pada perempuan yang saat ini sedang cengengesan gak jelas.

"Ya ampun bos jangan gitu dong sama Tere. Hubungan bos saat ini juga berkat Tere loh. Jadi bos jangan kebanyakan gaya deh."

"Maksud lo apa Ter?" Gue langsung mendekati Tere, meminta penjelasan akan perkataannya.

"Jangan dengerin Tere." Ucap Aldo cepat lalu menarik tangan gue agar menjauhi Tere.

"Tapi gue kepo Do."

"Gue udah bilang kan kepo itu gak baik."

Gue memutar bola mata mendengar itu. "Kata siapa?"

"Kata gue tadi."

"Ter cepetan ngomong, apa maksud lo tadi?"

Aldo langsung menyeret gue keluar toko. Nih laki kok minta di cipok ya lama-lama.

"Ntar gue sms." Tere teriak dan gue langsung mengangguk sambil mengangkat jempol gue.

"Gak ada sms-smsan."

"Ada selama gue masih punya pulsa."

"Percaya deh sama gue, ucapan Tere tuh gak penting lagi sekarang."

"Mungkin itu gak penting buat lo tapi penting buat gue."

Aldo berhenti menyeret gue. Laki-laki itu berdiri tepat di depan gue dengan wajah serius. " Lo yakin mau tahu?"

Gue mengangguk mantap.

"Tere cuma mau bilang kalau selama ini dia sudah menjadi mata-mata gue untuk tahu apa yang saat ini terjadi sama lo. Apa yang saat ini lo rasain. Gue harus tahu dan dengan adanya Tere gue tahu semua itu dengan sangat mudah."

"Kenapa lo ngelakuin hal kayak gitu?"

"Karena gue mau menjaga lo dari jauh."

"Kenapa gak dari dekat?"

"Karena dulu lo masih bodoh. Lo masih menyebalkan."

"Tapi walaupun gue bodoh dan menyebalkan Lo tetap suka kan?"

"Dan kampretnya iya."

****


END

Long Distance RelationShit [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang