Assalamualaikum pembaca!
Pada kesempatan kali ini ( karena mungkin Baby akan sadar kalau saya menyusup😏 ), saya akan menceritakan awal mula bertemunya saya dengan Vaza, alias Baby, alias Tom.
Ketika itu saya menginjak kelas tiga di Madrasah Tsanawiyah Negeri Blitar. Saya masih ingat betul, namanya Patricia Aulia Putri. Dia bertubuh tinggi jangkung dan berkaca mata. Karena dia lulusan sd, jadi gaya jilbabnya itu gimana ya, unik gitu. Walaupun begitu, sampai saya tiru loh 😅.
Dia adalah sahabat yang baik menurutku. Walaupun suka blak-blakan, tapi itu lebih baik daripada diam-diam menusuk 😅.
Pada semester pertama, kelas saya berada di sebelah utara. Ketika kami janjian akan bareng ke kantin, dia memamerkan pada saya jika kucing perempuannya hendak melahirkan. Dia menawarkan padaku calon anak kucing itu jika aku ingin mengadopsi. Aku tertawa dan tersenyum bahagia. Lantas menerima anak kucing yang ditawarkannya padaku walaupun belum tahu akan lahir selamat atau tidak.
Dengan satu syarat, aku hanya menerima kucing jantan. Kenapa? Karena mamakku tidak menyukai kucing betina. Lantas aku menyanggupinya daripada aku tidak diberi izin memelihara bukan?
Setiap hari selama lima bulan penuh aku bertanya kepadanya kapan aku dapat mengambil anak kucing yang ditawarkannya itu. Dan dia selalu menjawab jika aku bisa mengambilnya jika anak kucing itu sudah berumur tiga bulan.
Alamak? Tiga bulan?
Detik demi detik berlalu menjadi menit, ia berlalu menjadi jam, berlalu lagi menjadi hari, dan begitu seterusnya. Aku selalu bertanya dan terus bertanya.
Tahukan kalian, selama batas waktu yang luama itu aku mempersiapkan salah satu keperluan untuk tempat tinggal kucingku. Karena dulu aku pernah memiliki kucing yang gampang sakit perut, dan suka BAB sembarangan, mamak jadi was-was nerima kucing lain lagi. Maka dari itu, aku menyiapkan keperluannya seperti kandang untuk tidur.
Selama lima bulan itu, kandang itu akhirnya jadi.
Tercipta dari bambu yang dikaitkan dengan paku, aku lebih mirip kuli daripada seorang siswi ketika membuatnya.
Berharap kucing itu akan betah dan menyukainya.
Akhirnya...
Sangat bobrok menurutku.
Juga sangat jelek. 😅
Hingga hari itu tiba. Ketika Patrik sudah lelah menanggapi semua pertanyaanku, akhirnya dia mengizinkanku membawanya ketika anak kucing itu berumur dua setengah tahun.
Dengan suka cita aku menerimanya. Kami membuat janji sepulang sekolah esok hari untuk mengambil anak kucing idamanku itu.
_____________________________
Keesokan harinya, sepulang sekolah aku pergi ke warung depan untuk membeli kardus. Masuk ke warung dengan tingkat pd yang maksimal, aku menyiapkan uang 500 rupiah. Karena di desa harganya masih berkisaran segitu, tau-tau di kota jadi 2000!
Hampir pingsan aku mendengarnya. Mana duit tinggal 2500 lagi. Ntar duit parkir gimana? Masak utang lagi!
Dan akhirnya, aku membeli yang kecil. Harganya juga berkurang menjadi 1500. Tak apalah, daripada utang parkirnya.
Dan berangkatlah akhirnya aku dengan Alda Kusuma Dewi. Sahabat aku yang rumahnya Kademangan. Dia mau mengantarkanku dan kucingku hingga sampai rumah karena memang akan ada kerja kelompok juga.
Mengendarai sepeda motorku yang bermerek Mio, di sepanjang jalan aku berfikir nama yang cocok untuk kucingku.
Ucok? Talkimin? Tukimin? Bejo?
" kucingmu kau beri nama siapa? "
Tanya Alda mengejutkan." mungkin Mueeza, "
Balasku sambil tersenyum.Mamak! Anakmu akan punya teman lagi!
Motor yang dikendarai dua bidadari kaum hitam dan putih melaju dengan kecepatan sedang. Mengejar Patrik yang sekarang mungkin sudah sampai rumahnya dan menunggu kami sambil makan dan menonton televisi.
____________________________
BTN yang kami lewati adalah BTN asri yang tenang, dingin, dan sepi. Rumah Patrik berada di paling selatan nomer dua ke utara. Kami mengetuk dan menggoyang-goyangkan pagarnya dengan kuat hingga suara berisik memenuhi BTN kota yang sepi dan sunyi.
" oh... masuk-masuk, "
Suara Patrik keluar rumah dengan muka cemong. Cemong makanan." mana kucingmu? "
Tanyaku to the point, soalnya aku sudah nggak sabar." disitu, "
Tunjuknya di pojok teras rumahnya.Aku membelalak. Didalamnya berisikan tiga anak kucing yang gemuk-gemuk dengan seorang induk yang tengah tertidur di dalamnya. Tiga anak kucing itu nampak sehat dan bersemangat dengan kedatanganku. Dia bahkan tidak takut ku dekati walaupun aku orang luar.
Luar angkasa.
Dua diantaranya berwarna abu-abu kehitam-hitaman. Dan satunya lagi berwarna campur.
Bukan es campur, maksudnya semua warna ada. Kecuali hijau, biru, pink dan merah.
" kau mau yang mana? "
Tanya Patrik memecah kesempatanku untuk bercengkrama batin dengan tiga anak kucing dihadapanku ini." yang putih sudah di minta Mita. Yang hitam dengan ekor panjang sudah diminta Amel. Jadilah aku yang hitam dengan ekor pendek saja kalau begitu, "
Jawabku sambil mencari si ekor pendek. Benar saja, yang sedari tadi bercengkrama asyik denganku tanpa malu adalah si ekor pendek. Calon kesayangku." Amel tidak jadi ambil katanya, "
Suara Patrik terdengar begitu cerah. Mungkin tanda akan tersisanya satu kucing untuknya adalah kabar yang baik." aku akan tetap memilih si ekor pendek, "
Balasku sambil memasukkan tangan ke kandang. Segera saja ku tarik, sebelum habis tercakar tangan mulusku ini." baiklah. Tenang saja, dia tidak cerewet. "
Patrik membalas sambil tersenyum manis lalu mengambil satu anak kucing berekor pendek itu dan memasukkannya di dalam kardus." kami akan pulang, "
Aku membuka perpisahan ini." terima kasih Patrik. Dia akan ku jaga sebaik mungkin. Aku yakin, dua kucing dikandang itu akan merindukan si hitam ini. Lain hari akan ku ajak berkunjung kemari. Semacam reuni lah. O iya, Sebelum kucing ini matang di kardus, kami akan membawanya pulang dan segera memberinya makan, ".
Lanjutku." dia sudah bisa makan nasi kok, "
Ucap Patrik sambil membenahi kardus agar tetap bersirkulasi." baiklah, "
Kami naik sepeda motor. Beranjak pulang dengan membawa satu anggota keluarga baru. Dia tidak akan ku anggap sebagai peliharaan. Dia adalah anggota keluarga kami. Akan mendapatkan makan, kehangatan, kenyamanan, dan kasih sayang dari kami sebagai anggota keluarga untuknya.
Selamat datang anak kucing ekor pendek!
Selamat datang di desaku Mueeza!
Yang segalanya masih berharga murah, dan kardus harganya masih 500 rupiah!
___________________________
" kenapa dia selalu melihatku seperti ini? "
Suara Alda membuatku tertawa terpingkal-pingkal." itu artinya, dia ingin menghafal wajahmu, "
Balasku santai." untuk apa? "
" ingin berterima kasih untuk tatapan bersahabatmu padanya, "
Balasku ngawur." kayak tau bahasa kucing aja, "
Aku mencibir sambil tertawa.
" dia menatapku lagi! "
TBC
___________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
The Diary Of 'Kucing Satu Komplek' -kucing juga butuh diary-
HumorApa jadinya, jika semua kucing yang berkeliaran di sekitar kita, memiliki kehidupan yang serupa dengan manusia. Memiliki band musik, pengadilan, ruang meeting, pelakor, penjahat dan semuanya. Dan kucing kalian ikut andil dalam banyak hal di sana. **...