Diary bab VI : Lebah

111 32 5
                                    

Hangat menyapa punggung gue yang gue biarin terbuka memperlihatkan otot-otot ke gantengan gue yang udah masuk level maksimal. Mata gue manja menatap ribuan lebah yang saling senggol ketika ekor pendek gue berayun pelan mengibas angin.

Kaki panjang gue melangkah pasti menatapi jalan aspal yang menurut gue udah kagak layak pakai lagi. Jika nanti gue jadi presiden, hal yang paling gue utamain adalah jalan beraspal pada daerah seperti ini. Karena gue kagak mau rakyat gue tewas karena sesuatu hal yang remeh.

Kecelakaan di jalan raya.
Karena dana yang diturunkan kagak juga pada berubah jadi aspal, malah berubah jadi nasi.

Dan tentu saja, kak Arka kagak bakalan gue angkat sebagai alih bahasa pada masa kepresidenan gue. Bisa ancur berantakan tatanan kepemimpinan gue dibantu sama kak Arka yang kagak mudeng juga sama bahasa gue.

Padahal gue udah paham banget apa yang biasa dia omongin.

" Hai, Tom ganteng,.. "
Selorok Topan, lebah paling kurang asem di komplek yang suka menghibur kaum kucing dengan menyengat tukang rampok dan maling yang sesekali lewat. Bahkan calon maling sekalipun.

Ya, mereka mempunyai indra keenam.

Gue juga punya,

Gue punya temen gaib yang suka mangkring di pohon kapas depan rumah.

Dia itu kagak suka gangguin orang, padahal kak Arka dan kak Naura demen banget berghibah dibawah tempat bernaungnya itu.

Dan si mbak-mbak pucet berambut panjang dan hitam legam (kadang gue iri sama rambutnya yang cucok, dan ngebayangin kalau-kalau kepala gue juga dihiasi rambut yang buluk gue itu memanjang) hanya diam sambil memandangi keduanya dengan telinga dipasang benar-benar. Ikut mendengarkan, padahal yang dibicarain pasti itu-itu melulu.

Gue malas memandang Topan. Wajahnya yang kecil dan sayapnya yang berisik membuat gue kadang merasa risih jika terus diikutin.

Namun karena gue takut di sengat sama bokong dia yang lebih lancip dari jarum, gue lebih milih aman dengan menampilkan senyum gue yang paling menawan.

Dan tentu jika manusia yang melihatnya mereka malah mengiraku kucing siluman.

Karena senyuman gue lebih mirip seringaian.

Dan para ahli ekspresi akan mengartikan sebagai tanda peringatan. Padahal itu senyum gue yang paling manis.

" stop panggil gue ganteng, Topan. Ntar mereka mikir macem-macem. Gue udah nambatin hati gue sama si cantik, Mona."
balas gue langsung to the point. Berharap, lebah betina dihadapanku ini lekas menjauh.

" uhm,.. baiklah Tom. "

" oh iya, hari ini kami akan ke padang bunga. Apa kau mau ikut? "
Lanjut Topan diikuti dengungan alaminya yang mengganggu.

" gue pikir hanya laki-laki yang bekerja, "
Ucapku sendirian. Menatap kumpulan lebah yang berebutan membawakan tas milik Topan.

Mungkin mereka mendengarkan dengungan Topan seperti lagu Aril Noah kali ya?

" gue bakalan ikut sebagai pemandu mereka. Karena kami masih belum cukup uang buat membeli gadget, makanya masih menggunakan peta. "
Balasnya tanpa mengalihkan pandangannya dari ketas kecil yang terbuka di tangannya.

Bahkan dimataku, itu lebih mirip daun basah kecil seukuran jari jempol gue, daripada kertas peta.

" baiklah, kami akan berangkat. "
Ucapnya sambil mengepakkan sayapnya lebih cepat dan memutari kepalaku sekali dan bergegas menuju koloninya.

Kepala gue mengikuti kepergian Topan dan kawan-kawannya sambil melambaikan tangan.

" bakalan cari madu kemana lagi woi!? "
Tanya gue berteriak.

" Belanda, Eropa. Tenang Tom, bakalan gue bawain menara eifel kalau lo mau, "
Balasnya dengan suara yang lirih.

Amat lirih.

Dalam hati,
Pertama, gue nyesel banget kenapa kagak ikut.
Kedua, bukannya menara Eifel ada di Paris, Perancis ya?

Keselek daun Mahoni ni Lebah.

___________________________

" hai Mona, Monaku sayang. "
Ucap gue sambil mengerlingkan mata.

Menatap calon bini gue yang paling cakep ini adalah suatu kenikmatan yang tiada tara.

Mona mengalihkan pndangannya dari jejeran semut yang memutari sekitan segelas gula dihapannya dengan ekspresi meminta tolong.

Gue mengangkat alis sambil berjalan mendekat.

Alamak!

" gue tadi nggak sengaja jatuhin segelas gulanya kak Naura. Gimana dong, Tom? Gue takut ntar kalau gue di buang gimana? "
Tanyanya dengan nada memelas.

Pandangan Mona nanar menatap tumpukan gula berwarna putih yang sudah hampir separuh diboyong deretan semut kembali ke sarangnya.

Gue diam sejenak.

" lo tenang aja Mona. Gue bakalan selamatin lo dari amukan kak Naura. Lo tinggal nunggu hasil aja di belakang, "
Ucap gue menenangkan.

Senyumnya yang manis merekah di wajahnya yang beberapa saat lalu pias karena takut yang menyergapnya secara tiba-tiba.

" terima kasih, Tom. Kau memang sekucing yang baik. "
Pujinya.

Muka gue langsung merah padam dibuatnya.

" sama-sama Mon, "
Balas gue ngilu ketika dia menyebut nama gue tanpa embel-embel 'sayang' seperti yang biasa gue gunakan.

Ni kucing ngingetin status gue yang sejujurnya.

Teman tapi mesra.

Guenya yang mesra, dianya enggak.

___________________________

" TOM! "

Gue yang sedang asyik berguling di tumpukan gula penuh semut melongo menghadap kak Naura dengan dengkuran halus.

Mataku mengerjap-erjap manja mengajaknya bermain. Bergulung ditumpukan gula, aku memperlihatkan perutku dengan ekspresi semanis mungkin.

Berjacak pinggang, kak Naura memandangku dengan mata melotot dan pipinya yang menggelembung.

" dasar kucing tua! Lebih baik Mona yang jatuhin ni gula daripada elu! Keluar kagak! "
Bentaknya yang membuatku berjingkat.

Dengan setengah berlari, aku keluar rumah dengan seringaian menghadap atas pohon.

Disana Mona menunggu aba-aba untuk turun.

Mission complete.

Ke'tua'an yang membantu.

Btw, gue belum tua.

___________________________

" awas aja lu, kucing. "
Bentak kak Arka ketika gue mulai masuk ke rumah.

Sudah bisa gue pastikan pasti kak Arka dapat asupan dari watsaap yang telah dikirimkan oleh kak Naura.

Gue santai aja. Udah jelas kak Arka Kagak bakalan buang gue. Gue kan udah hampir dua taunan ikut dia. Mana mungkin dia bakalan tega buang gue, jahat banget dah kalau sampai tega.

________

Begitulah,
Mereka terlalu sibuk dengan apa yang mereka lihat sekarang.

Tanpa mereka tahu bagaimana awal mula masalah itu terjadi.

Yaitu kalimat 'bagaimana'

Dan mereka lebih tertarik dengan kata 'jadi?'

Andai aja kak Arka tau pengorbanan gue, pasti gue langsung dinikahkan sama si Mona.

Pujaan hati gue, 💓

TBC
___________________________

Dan tanpa kalian sadari, bab 6 dan 7 itu urutannya kebalik.

Kyaa!
😂😂😂

The Diary Of 'Kucing Satu Komplek' -kucing juga butuh diary-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang