The Diary Of 'Kucing Satu Komplek' -kucing juga butuh diary-

Diary bab XVII : Egois

MARHABAN YA RAMADLAN

Kami selaku penghuni komplek mengucapkan

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA.

Semoga puasanya lancar dan mendapatkan barokahnya bulan suci ini.

Amiin..

***********************

Dimalam yang sesunyi ini..
Aku sendiri..
Tiada yang menemani..
Akhirnya kini kusadari..
Dia telah pergi..
Tinggalkan diriku..

Dendang gue syahdu dengan mata merem melek. Menghayati betul lagu yang dibawakan oleh band ternama Indonesia, Peterpan.

Jadi, agak cocok gitu gue nyanyinya. Ditambah sama muka gue yang sebelas empat lima sama Ariel Peterpan.

Jauh amat!

" woi! Lagu lo galau amat Tom. Lagipula, si Karlina kan ada. Jadi kagak perlu melas-melas amat deh lo! Ini bulan Ramadlan Tom! Inget! "
Teriak Libra keras sambil bergaya memeluk dirinya sendiri. Padahal dia tengah memeluk ember penuh sabun cuci.

Yang so pasti kotor. Ditambah dengan pakaiannya yang bolong-bolong. Lengkap sudah penampilannya hari ini.

Sontak aksinya ini di sambut gelak tawa yang lain. Apalagi si Ujang yang tengah mengepel, dia sampai terjungkal karena terpeleset dan terpelanting ke belakang.

Saking bahagianya kalau gue diejek kayak begini.

" iya ni. Bos Tom sering galau akhir-akhir ini. Gue kira karena pengadilan dibakar, atau karena terlalu cinta sama si Darless. Eh ternyata karena Mona, tho? "
Sambar Ujang yang sudah seimbang dengan alat pel yang kokoh ditangannya.

Mengembangkan tawa, Ujang kembali menyahut dengan lirik lagu lain, yang menurut gue menohok banget.

.
.
.

Ingat mati ingat sakit..
Ingatlah saat kau sulit..
Ingat ingat hidup cuma satu kali..

Berapa dosa kau buat..
Berapa kali maksiat..
Ingat ingat sobat ingatlah akhirat..

Cepat ucap Astaghfirullahaladzim..

.
.
.

Dan gue yang udah menduga dia bakalan nyanyi itu, wajah flat pun akhirnya melekat di wajah tampan gue dengan lirikan mata tajam.

Setajam, gosip.

Hello! Gosip lebih tajam lagi daripada silet, kali!

_______

" Tom, "
Suara merdu, lembut, dan mengalun indah itu diterpa angin. Terbang bebas memasuki pendengaran dan membuat hati ini kembali menghangat.

Menolehkan pandangan ke belakang, gue yang sedang mengecat pagar masjid dibuat terkejoet dengan kehadiran Mona Srikiranti yang datang dengan senyum manisnya yang memabukkan.