(Cerpen) Kucing Kecil Untuk Kakak

81 10 7
                                    

"Lihatlah!"

Seorang gadis kecil terlihat tengah berlari sampai terengah-engah menyusuri sempitnya gang kumuh tengah kota. Rambutnya yang panjang dan kusam bergerak-gerak ditimpa angin. Wajahnya cemong penuh debu.

Seorang wanita paruh baya dengan lengan belepotan busa detergen menoleh. Tudung kepalanya sedikit tersingkap. Memperlihatkan beberapa rambut berubannya yang kusut tidak terurus.

"Hei, anak kucing itu jangan kau mainkan!"

Seorang bapak berkepala botak berteriak. Sisa olesan oli menghiasi wajah tuanya. Memadang geram gadis perempuan yang sedang tersenyum.

"Pak No benar, nak. Berhentilah bermain-main. Sana, kembalikan anak kucing itu pada induknya."

Gadis kecil itu menggeleng. Dengan sigap menyembunyikan anak kucing itu di dekapannya. Mengelus pucuk kepala hewan mungil tersebut penuh cinta.

"Tidak! Aku akan membawanya pulang ke rumah kita,"
Balas gadis itu keukeuh mempertahankan si kumis, mata belonya melotot tidak terima. Bibirnya terkatup rapat. Terlanjur geram.

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebuah senyum terukir tipis.

"Hei, bocah."

Gadis itu menoleh ke belakang, merasa terpanggil.

"Kau lihat, rumahmu itu. Sudah macam penampungan hewan saja. Mulai dari yang bayi sampai yang sudah uzur, semuanya lengkap. Masih mau satu lagi?

Kucing itu kecil sekali."

Pak botak menajamkan mata. Menadang dekapan sang gadis.

"Palingan usianya masih 3 hari. Bisa mati kalau tak kau kembalikan pada induknya lagi. "

Pak botak angkat bicara, meninggalkan banyak peralatan bengkel dan sebuah sepeda yang tergeletak begitu saja. Berserakan di depan rumah dengan dinding penuh coretan grafiti karya sang putra.

Gadis itu merengut. Memandang wajah ibunya sendu. Meminta bantuan.

Wanita paruh baya itu hanya mengangkat bahu. Enggan berkomentar.

"Lihat. Ibumu saja sebal melihat bludakan kucing-kucing itu."

Pak botak menunjuk sebuah rumah kumuh dengan banyak lubang genangan air memenuhi tanah.

"Sehari beranak 2, besok beranak 4, esoknya lagi bawa kucing lagi tiga hamil semua. Alamak! Gang kumuh kita lama-lama akan bertambah sempit dipenuhi kucing-kucingmu itu."

Pak botak menepuk kepala.

Gadis itu acuh. Lantas membawa anak kucing yang lemas dan kurus dalam pelukannya berlari menuju rumah. Langkah kakinya cepat menginjak genangan air hingga muncrat mengotori celana bagian bawahnya yang jebol sana-sini.

"Tenanglah malaikat kecil. Kau akan aman denganku."
Bisik gadis itu ketika bahunya menyenggol pelan daun pintu. Menyebabkan decit halus hingga mengagetkan seorang anak laki-laki yang tengah tertidur pulas.

"Siapa?"
Si bocah laki-laki menggeliat. Mengangkat badannya duduk lantas mengucek mata.

"Ini aku, Fio. Lihatlah kak, aku membawa anak kucing baru."

Gadis kecil itu melompak ke tempat tidur keras beralas tikar butut berdebu tempat sang kakak duduk. Matanya masih terpejam. Malas merespon.

"Lihatlah, bulunya pastilah cantik kalau kucuci sekali tiga hari."

The Diary Of 'Kucing Satu Komplek' -kucing juga butuh diary-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang