Bab 1 : Tidak Disadari

339 25 6
                                    

           
"Perhatian, bagi para penumpang pesawat Indo Airlines tujuan Osaka untuk dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu B12. Terima kasih."

Mendengar pemberitahuan yang disampaikan oleh petugas bandara tersebut, Kinan pun bergegas bangkit dari duduknya dan kemudian berjalan menuju pesawat yang akan mengantarkannya ke Osaka, Jepang. Tempat dimana ia akan memulai segalanya dari awal. Membuka lembaran kehidupan yang baru. Lembaran kehidupan yang akan dihiasi oleh berbagai macam warna tinta. Yang pada kenyataanya tidak ada yang mengetahui warna tinta apa saja yang akan mewarnai lembaran demi lembaran kehidupan Kinan selanjutnya.

Bersama kedua orang tuanya, Kinan melangkah masuk ke dalam pesawat setelah menunjukkan boarding pass miliknya kepada pramugari yang sedang bertugas. Tidak perlu waktu lama untuk Kinan mencari kursi yang akan ia tempati. Kinan pun memilih untuk duduk dekat dengan jendela.

Beberapa menit kemudian pesawat pun terbang mengangkasa. Untuk menghilangkan kejenuhan selama perjalanan yang cukup panjang itu Kinan memutuskan mendengarkan salah satu lagu yang berada di dalam playlist-nya. Kinan memasang earphone ke kedua lubang indra pendengar. Dan ia memutar random lagu-lagu favoritnya. Lagu yang tenang dengan ditemani oleh indahnya senja membuat perjalanan Kinan kali ini lebih berwarna.

Mata Kinan terus saja melihat ke arah luar. Melihat gumpalan-gumpalan awan beserta senja yang hampir menghilang. Kinan sangat menyukainya. Entah, mengapa pemandangan itu telah berhasil menguasai pandangan Kinan hingga ia tak ingin berpaling untuk memandanginya.

Tak hanya pandangan Kinan yang berhasil dikuasai oleh senja kala itu. Senja pun berhasil menguasai pikiran Kinan. Dengan lancangnya senja memutar kembali memori-memori kebersamaan Kinan dengan Risa dan Tata, kedua sahabat Kinan yang dengan berat hati harus ia tinggalkan.

Pada kenyataannya Kinan masih belum mampu untuk berpisah dengan mereka berdua. Sekeras apapun Kinan berusaha untuk mengikhlaskan, tetapi tetap saja sia-sia. Kinan tidak sanggup. Tidak tahu kapan ia mampu melakukannya. Mungkin hanya waktu yang dapat mengubah semuanya.

***

Tak lama senja pun lenyap tergantikan oleh gelapnya malam. Kinan membenahi posisi duduknya dan netranya masih senantiasa menatap bumantara. Tak hanya malam, asterik dan bulan pun ikut menemani. Walaupun saat ini Kinan masih sulit untuk menerima keadaan, namun ia tetap harus menjalani realita yang sedang ia hadapi. Sesulit apapun itu.

Kinan menghela napas panjang untuk menenangkan perasaannya. Ketenangan pun hadir dan mengisi sanubarinya walau tak sepenuhnya, namun jauh lebih baik. Sesaat Kinan menyalakan ponsel miliknya. Ada sebuah pesan yang belum ia baca. Pesan dari Risa, salah satu sahabatnya. Pesan dari sahabatnya itu justru lagi-lagi membuat Kinan sulit untuk mengikhlaskan. Namun, Kinan tetap mencobanya. Dan ia pun membuka pesan dari sahabatnya itu.

Risa : Hai, Kinan! Bagaimana perjalananmu?

Kinan : Hai, Risa! Perjalananku menyenangkan.

Risa : Wah, syukurulah!

Kinan : Bagaimana denganmu dan Tata disana? Baik-baik saja, 'kan?"

Risa : Iya, Kinan, aku dan Tata baik-baik saja. Tapi Tata masih saja terlihat sedih setelah keberangakatanmu.

Kinan : Ah, begitu. Secepatnya aku akan menghubungi Tata untuk mengabarinya.

Risa : Tak perlu cemas Kinan. Kau tau kan bagaimana sifat Tata. Suka berlebihan. Biar aku saja yang mengatasinya. Nanti aku ke rumahnya sambil membawakannya makanan pasti moodnya akan kembali membaik.

Membaca pesan dari Risa itu, sebuah senyuman terukir di bibir Kinan. Memang sahabatnya yang satu ini selalu saja mampu memenangkannya.

Kinan : Kamu ini Risa. Selalu saja meledek Tata.

PerspektifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang