Bab 9 : Dekap Penuh Hangat

41 7 0
                                    

Tak lama setelah itu, mata gadis kecil itu perlahan terbuka.

"Hana?" panggil Kei lagi.

"Kak ... ini dimana?" ucap gadis itu.

Mendengar suara itu, Kei tak mampu lagi membendung air matanya, ia mengecup tangan Hana berulang kali dan ia arahkan pandangan matanya kepada Kinan. Kinan membalas tersenyum.

Mimpi indahnya telah usai. Ia sudah kembali.

"Apa ini di rumah sakit, Kak?" ucap Haru pelan sembari mengamati sekitar. Kei hanya mengangguk.

"Ada apa denganku, Kak?" ucap Hana bertanya seraya memalingkan kepalanya ke arah Kei.

Kei menggeleng,"Tidak, Hana. Semuanya baik-baik saja. Kamu tidak perlu khawatir." ujar Kei berbohong.

Kei melakukan itu karena ia tak ingin membuat Hana cemas. Ia tak ingin membebani Hana. Kei beranggapan supaya dirinya saja yang menanggung rasa sakit itu.

Gadis berusia lima tahun itu memalingkan pandangannya lagi dan inti indahnya tepat menangkap keberadaan Kinan.

"Kakak itu siapa?" tanya Hana sembari memandang wajah Kinan yang terasa asing baginya.

"Kenalkan, nama kakak Kinan." jawab Kinan seraya tersenyum lebar ke arah Hana. "Teman satu kelas dengan Kei." jelas Kinan.

Hana mengangguk paham,"Kak Kinan terlihat cantik." ujar Hana tiba-tiba.

Kinan tersenyum,"Begitu pula dengamu, Hana. Terlihat cantik." ujar Kinan seraya mengusap rambut Hana.

Kei yang sesaat hanya terdiam memandangi sang adik dan Kinan yang sudah terlihat begitu dekat.

***

Setelah beberapa saat berbincang bersama Kei dan Hana, Kinan pun memutuskan untuk beranjak pulang.

"Hana, Kakak pamit, ya. Esok Kakak akan kemari kembali." pamit Kinan kepada Hana. Hana pun mengangguk.

Kinan kemudian mengambil tas miliknya dan beranjak keluar. Sementara Kei mengantar Kinan hingga depan pintu ruangan tersebut.

"Terima kasih," ucap Kei setelahnya.

"Iya, Kei, sama-sama." jawab Kinan.

"Kau benar, semuanya tetap akan baik-baik saja." ujar Kei.

Kinan mengangguk,"Kita hanya perlu yakin, Kei. Dan semuanya akan mengikuti dengan sendirinya." jelas Kinan.

"Kamu pun harus berjanji pada dirimu sendiri, Kei. Jika kamu akan terus bersamanya." lanjut Kinan.

"Itu pasti." jawab Kei penuh keyakinan.

"Aku percaya padamu." ucap Kinan seraya menatap lekat netra laki-laki itu. Tatapannya mengisyaratkan bahwa dirinya benar-benar percaya sepenuhnya pada Kei.

"Baiklah, aku pamit." pamit Kinan pada Kei. Kei membalas dengan mengangguk.

"Oh, iya, Kei. Kamu harus memberitahu dokter jika Hana sudah sadar. Kau tadi melupakannya." ucap Kinan.

PerspektifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang