"Dan sekarang aku hanya memiliki Hana. Satu-satunya keluarga yang aku miliki." ucap Kei semakin terisak.
Seketika Kinan ikut merasakan rasa sakit yang tengah Kei rasakan. Begitu berat beban yang harus Kei hadapi dan Kei dituntut untuk bertahan dalam kondisi yang begitu menyakitkan ini.
Alam semesta telah mengambil apa yang Kei miliki. Kemudian ia hadirkan pula sebuah kehilangan. Namun, aku yakin dan kamu juga harus yakin, Kei, bahwa alam semesta akan menggantikan apa yang telah ia binasakan.
Kinan menatap tepat pada wajah Kei yang diselimuti duka yang mendalam. Cahaya pada wajahnya telah sirna ditelan cendala. Kekhawatiran akan kehilangan terus merusak keadaannya. Tetes air mata pertanda ketidakrelaannya bertemu dengan perpisahan yang nyata.
Doa-doa diharapkan pada setiap hati. Asa terbaik untuk seorang putri. Hana, putri kecil abadi bagi Kei. Hana ialah satu intensi untuk Kei tetap bertahan. Dua jiwa yang telah terikat kuat. Jiwa kuat yang saling menguatkan. Hana dan Kei ialah satu rupa insani abadi.
***
Udara malam menerpa tubuh Kinan. Setapak demi setapak ia langkahkan kaki menuju apartemen. Lampu jalanan dan kendaraan menemani perjalanannya. Tubuh Kinan sesaat mulai terasa lelah dan kakinya terasa pegal.
Kemudian Kinan mempercepat langkahnya. Selama itu pula pikirnya pun ikut berkelana. Berputar-putar pada kejadian yang telah terjadi pada hari itu. Membuatnya semakin merasakan penat. Entah akan sama atau tidak Kei mungkin pun merasakannya. Bahkan lelahnya terasa begitu lekat daripada lelah yang Kinan rasakan saat itu. Dan hal itu pula diperburuk oleh perasaan tidak tenang dan kesedihan. Ketidakpastian pun membuat kondisi Kei semakin kacau.
Mencoba membayangkan keadaan Kei saat itu Kinan tidak mampu. Namun Kinan berharap Kei bisa bertahan. Pada saat itu pula Kinan berjanji pada dirinya akan selalu berada di sisi Kei dan Hana serta ia akan menyakinkan bahwa segalanya akan tetap baik-baik saja.
Kamu tidak sendiri, Kei. Semesta telah mengutusku untuk membantumu melangkah pada jalan penuh rasa sakit itu. Kita bersama dan kita tidak akan binasa oleh rasa sakit jika kita percaya bahwa jalan itu pasti memiliki ujung penyelesaian.
Sembari menatap langit gulita tanpa secerca kirana ia ikrarkan setiap kalimat itu dalam hati terdalamnya.
***
Keesokan harinya kala mentari telah menyapa, Kinan bergegas berangkat ke sekolah. Setelah menikmati tidurnya yang sangat lelap Kinan telah kembali segar. Tapi tidak dengan pikiran dan hatinya. Masih dikurung oleh rasa cemas akan kondisi Kei dan Hana. Ia berniat untuk kembali datang ke rumah sakit dimana Hana dirawat.
Setiba di sekolah seperti biasa Kinan langsung menuju ke kelasnya. Haru dan Keyko pun tidak pernah lupa untuk menyambut kehadiran Kinan.
"Selamat pagi, Kinan!" sapa kedua sahabat Kinan itu bersamaan. Namun Kinan hanya membalasnya dengan sebuah senyum kecil.
Sesaat Haru dan Keyko saling pandang mengisyaratkan bahwa mereka bingung dengan apa yang tengah terjadi dengan Kinan.
"Kinan, apa kamu belum sarapan?" tanya Keyko kemudian.
"Iya, kamu terlihat begitu pucat?" ucap Haru menimpali.
"Aku baik-baik saja, Haru, Keyko. Kalian tidak perlu khawatir." jawab Kinan sembari memegang telapak tangan kedua sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perspektif
Teen FictionSemesta buat mereka bertemu. Menyatukan apa yang belum menjadi satu dan padu. Mengerti dan memahami masa lalu yang pilu. Ada yang membantu dan dibantu keluar dari rasa sakit yang tak pernah bersurai temu. Kei dan Kinan akan menyatu walau perpisahan...