Bab 5 : Binasa Diasa Sirna

101 9 0
                                    

"Tapi ... jika Kei terus menolak kehadiranmu?" tanya Keyko mulai khawatir.

"Tidak masalah, Keyko. Aku yakin Kei hanya belum paham akan kehadiranku." ucap Kinan yakin.

"Dan kamu akan tetap melanjutkannya?" tanya Keyko lebih menyakinkan kembali.

"Walau mungkin akan terlihat bodoh dan menyebalkan di mata Kei, aku akan tetap melanjutkannya." jawab Kinan.

"Tapi, Kinan, jika pada akhirnya Kei tetap tidak kembali seperti dulu, aku mohon jangan salahkan dirimu karena itu bukanlah kesalahan yang kamu buat." ujar Keyko secara rinci.

"Tenang saja, Keyko. Aku yang memulainya dan aku pun siap menerima segala penolakan yang akan Kei berikan kepadaku ketika diriku berada dihadapannya." jawab Kinan menyakinkan Keyko.

"Baiklah. Aku hanya ingin Kinan baik-baik saja. Jika kamu butuh bantuan, aku dan Haru siap membantumu." ujar Keyko.

"Iya, Keyko. Terima kasih." ucap Kinan sembari tersenyum ke arah Keyko.

"Untuk, Haru?" tanya Haru dengan polosnya.

"Oh, iya. Ini untuk, Haru." ucap Kinan kemudian menyengir lebar ke arah Haru. Haru pun membalas menyengir sangat lebar sampai-sampai membuat Keyko tergelak melihatnya.

Di tengah-tengah perbincangan antara Kinan, Haru, dan Keyko sesosok Kei muncul di hadapan mereka. Dengan tampang dinginya dan tidak peduli ia duduk tepat di depan bangku Kinan.

Mereka bertiga saling tatap dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Tentunya, kecanggungan pun sangat terasa diantara Kinan dan Kei sekalipun mereka tidak saling bertatapan atau bahkan berbincang satu sama lain. Namun, rasa itu tetap dirasakan oleh Kinan. Entah dengan Kei.

Kinan berusaha untuk tidak mempedulikan perasaan canggungnya. Ia kemudian melanjutkan perbincangan dengan Keyko dan Haru. Kinan menyesuaikan diri dan bersikap senormal mungkin. Mereka bertiga pun berbincang membahas mengenai berbagai macam hal hingga pada akhirnya guru pun masuk sehingga perbincangan mereka harus disudahi.

***

Bel pertanda waktu istirahat pun berdering. Serentak setelah guru yang mengajar beranjak keluar seluruh siswa langsung melakukan apa yang mereka inginkan. Seperti keluar untuk pergi ke kantin sekolah, menggosip, atau bahkan hanya berdiam diri sembari membaca buku atau menggambar.

Kinan, Keyko, dan Haru memilih pilihan pertama. Mereka seperti biasa beranjak menuju kantin sekolah. Berjalan beriringan dengan dihiasi tawa penuh canda di setiap langkah mereka. Di tengah perjalanan ketika langkah kaki mereka berjalan melewati taman pada saat itu pula kembali pandangan Kinan terpusat pada seseorang yang sedang duduk di bawah pohon rindang. Itu Kei. Duduk tertunduk dan terlihat tangannya tengah bergerak lihai di atas buku gambar yang dibawanya. Tidak tahu apa yang sedang ia lukiskan.

Rasa penasaran pun saat itu juga langsung menyelubungi hati Kinan. Memang, Kinan ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Namun, pernah pada suatu waktu Kinan justru membenci sikapnya itu. Ia beranggapan sikapnya itu adalah sikap yang tidak baik. Akan tetapi, setelah ia pikir kembali, sikapnya itu tidak sepenuhnya salah jika diikuti pada waktu yang tepat. Tentunya, seperti saat ini. Ketika Kinan sangat ingin mengetahui apapun yang Kei lakukan untuk berusaha mencari sesuatu yang menyebabkannya menjadi seperti saat ini. Kinan yakin sedari awal bahwa pasti ada alasan di balik sikap dingin Kei yang tidak pernah dilihat banyak orang.

PerspektifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang