Kim Jisoo, delapan belas tahun, kelas dua belas. Bersekolah di Yayasan Putri Melati. Andalan klub taekwondo, peraih medali emas diperlombaan nasional.
Well, itu adalah Jisoo yang dulu. Dirinya yang sekarang hanyalah Kim Jisoo, berumur delapan belas tahun dan bersekolah di Yayasan Putri Melati. Bekerja sambilan sebagai "Pekerja apa saja".
Mungkin kalian bingung pekerjaan sambilan seperti apa yang Jisoo lakukan. Lebih jelasnya, Jisoo akan melakukan apa pun yang orang minta dengan imbalan bayaran. Bayarannya bisa berupa apa pun yang Jisoo mau, tapi biasanya orang-orang akan membayar dengan sejumlah uang.
Sejak masih bergabung dalam klub taekwondo dulu, Jisoo memang sudah melakukan pekerjaan sambilan ini. Namun baru setelah ia pensiun menjadi atlet–yang kira-kira enam bulan yang lalu–ia menerima tawaran memukul orang. Entahlah, mungkin itu adalah ajang penghilang stress Jisoo yang sudah kehilangan mimpinya.
Dalam jangka waktu enam bulan ini, terhitung sudah dua kali Jisoo menerima surat panggilan karena ketahuan berantem. Sekarang, ia menerimanya lagi.
"Seharusnya sekolah akan mengeluarkannya sekarang juga. Namun mengingat ia sudah kelas tiga dan catatan prestasinya dulu, sekolah tidak akan mengeluarkannya." Adalah yang dikatakan kepala sekolahnya.
Jisoo mengangguk diam-diam memerhatikan Sandara lewat ujung matanya. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan ibunya yang berwajah baby face itu.
Jari Dara yang ada di atas meja kaca itu tampak mengetuk-ngetuk beberapa kali sebelum mulai berbicara, "Baiklah. Terima kasih, Nyonya. Tapi sepertinya saya membutuhkan surat pindah untuk anak saya."
Beberapa pasang mata yang ada di ruangan itu langsung berfokus pada Dara. Wajah itu tampak tersenyum, tetapi Jisoo paling mengerti kalau itu senyum yang amat sangat dipaksakan.
"... Mi?" Beberapa detik barulah Jisoo yang memecahkan keheningan. Ibu kepala sekolah juga tampak kaget mendengar keputusan Dara.
"Ya, Sayang?"
"Aku nggak perlu pindah Mi. 'Kan aku udah kelas tiga, nggak lama lagi juga bakal ikut ujian kelulusan teru–"
"Kim. Jisoo."
Jisoo diam mendengar namanya dipanggil dengan penuh penekanan. Delapan belas tahun menjadi anak Sandara tentulah ia mengerti nada ancaman seperti itu.
"Anda lihat, Nyonya, pergaulan anak sekarang benar-benar berbeda dengan dulu," Dara menghela nafas panjang lalu menaruh sebelah tangannya di pipi. "sepertinya lebih baik jika dia dipindahkan ke sekolah yang sama dengan abangnya biar diawasi."
Ha? Abang itu maksudnya–
"Baiklah Nyonya Kim, saya akan mengurus surat kepindahan putri Anda. Bisa Anda memberi tahu nama sekolah tujuan kepindahan putri Anda?"
"Tentu. Jisoo akan dipindahkan ke sekolah campuran Yayasan International Westbracks."
Sialan, kenapa harus sama Taeyong!
Bukan, Jisoo bukannya membenci Taeyong. Namun hubungannya cukup rumit dengan lelaki itu. Jika saja hubungan mereka adalah permusuhan seperti dulu maka tidak akan serumit ini. Lagipula, berpisah dengan teman-teman sejak sekolah dasar bukanlah sesuatu yang Jisoo inginkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Sibling | Taesoo [✔]
Fanfiction"Jadi pacar gue!" "Bang Mino, Jisoo udah gil-" "Gue beliin action figure limited edition buat lo!" "Deal." -aliceyriz present- SEDANG DIREVISI