20

2.4K 450 44
                                    

Jisoo mengerjapkan mata. Tatapannya langsung bertemu dengan langit-langit kamarnya. Kepalanya sedikit pusing dan kerongkongannya kering. Jisoo langsung menduduki dirinya dan menatap sekeliling.

Kamarnya masih sama seperti biasa, sedikit berantakan dengan buku-buku dan alat makeup. Gordyn pun masih tertutup.

Jam sebelas lewat.

Kayaknya Jisoo bener-bener mabuk dan kecapekan sampe kebablasan tidur. Tapi, Jisoo nggak nyesel sih toh dia jarang bangun telat.

Masih menggunakan pakaian yang ia pakai semalam, Jisoo keluar dari kamar. Kepalanya masih sakit ngebuat dia turun dari tangga dengan hati-hati.

"Aah."

Jisoo langsung melenguh segar setelah air dingin membasahi kerongkongannya yang kering.

"Uwaa."

Dia langsung menjerit saat berbalik badan, melihat Mino yang sudah duduk sambil menompa dagu di mini bar rumah mereka.

"Apa sih Kak Min, ngagetin tau nggak!" Jisoo mengelus dadanya. Untung saja cangkirnya nggak sempat jatuh karena kaget.

Mino ngehela napas, kayak lagi mikirin sesuatu. Terus dia natap Jisoo agak lama ngebuat cewek itu mengernyit.

"Apaan, sih?"

"Duduk sini, deh."

Jisoo melirik bangku di sebelah Mino, lalu ke cowok itu lagi. Nggak biasanya Mino begini ngebuat Jisoo ngerasa aneh. Tapi, cewek itu akhirnya duduk juga. Lagian Jisoo kepo.

"Ke Puncak, yuk?"

"Hah?"

Mino menatapnya. "Temeni gue ke Puncak."

"Kak Min, kan, udah besar kok masih minta dikawanin sih. Terus ke Puncak lagi."

"Masalahnya, Mami pasti nggak ngijinin kalo gue pergi sendiri." Cowok itu melenguh frustasi.

Jisoo mengernyit. Aneh. Biasanya juga abangnya ini kalo pergi keluar kota juga nggak pernah izin kok.

"Gue baru beli kamera," Mino menjawab seolah ngerti apa yang di pikirin Jisoo. "Nggak punya uang buat ongkos sama penginapan."

"Lagian ngapain sih ke Puncak?"

"Irene ulang tahun. Ngebuat acara di sana."

Emang Mino bucin! Rasanya pengen banget Jisoo bilang gitu. Tapi nggak jadi karena sayang juga ngelihat Mino ngenes.

Iya, sebenarnya abangnya yang satu ini emang ngenes banget. Sudah ngejar-ngejar cinta Irene sampai dua tahun tapi nggak kesampaian juga.

Lagian Mbak Irene gaya banget sih bikin acara pake di Puncak segala.

"Terus entar kalo di sana aku bakal jadi obat nyamuk gitu antara Kak Mino sama Mbak Irene?"

Mino menatapnya nggak setuju. "Ya, nggaklah! Lo kan bisa pergi sendiri. Enak aja gabung gue sama Irene."

Nah, kan. Mino itu emang banyak kurang ajarnya kalo nyangkut soal Irene.

"Nggak! Aku nggak mau! Pergi aja sendiri!"

Jisoo sudah berdiri, mau jalan pergi kalo saja tangannya nggak ditahan sama Mino. Cowok itu udah ketawa kecil.

"Baper banget sih, bercanda doang." Jisoo duduk lagi. "Lo ajak temen lo deh, Jis. Kayak Sowon, Seolhyun, atau siapa, gitu. Lagian acaranya minggu depan kok, kalian udah libur semester."

Jisoo mikir sebentar. Iya sih minggu depan emang udah mulai libur semester.

Duh, sebenernya sejak awal Jisoo emang mau-mau aja pergi. Lagian dia butuh piknik. Kan nggak biasanya juga tuh dia pergi bareng Mino kayak ala-ala sibling goals gitu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

(Not) Sibling | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang