Jaejoong tampak menatap satu-satu makanan di atas meja dengan mantap. Setelan kemeja biru langit yang digunakannya tampak sederhana namun memukau. Di sebelahnya, dua anak lelaki berbeda usia duduk dengan tenang.
Yang paling muda, Taeyong, memainkan pspnya acuh-tak-acuh. Toh sebenernya dia terpaksa ikut. Yang tua, Myungsoo, memasang wajah datar namun sesekali tersenyum berterima kasih pada pengantar makanan.
"Yong, matiin game kamu." Taeyong hanya menatap malas Ayahnya. "Bentar lagi Pa, lagi seru," jawabnya malas.
"Ish, tante Dara bentar lagi mau da--"
"Maaf, jalanan macet banget tadi. Kalian udah nunggu lama?" Dara terlihat tersenyum kecut. Tangannya masih di pintu. Ia lalu masuk saat Jaejoong menjawab lembut dengan "Nggak apa-apa."
"Mom." Anak lelaki yang dibawa Dara nampak belum memasuki ruangan privat itu. Dia berdiri di depan pintu sambil menatap sekelilingnya dengan cermat. Di sebelahnya terdapat gadis kecil dengan gaun pink floral dan rambut kuncir kuda.
"Hei, kenapa belum masuk?" tanya Dara bingung.
"Kenapa restorannya jelek banget?"
Sontak Jaejoong dan Dara saling tatap mendengar omongan polos Mino. Dara mengutuk dirinya sendiri karena lupa kalo Mino itu kelewat teliti soal desain di sekitarnya. Dara tertawa canggung mengetahui beberapa pelayan mendengar ucapan itu.
"Tuh kan Pa, kubilang juga apa restorannya jelek!" Keduanya makin mendelik mendengar timpalan Taeyong yang masih sibuk dengan gamenya.
"Tapi makanannya enak kok!" Myungsoo menyahut, mencoba mencairkan suasana canggung.
"Iya Min, jangan terlalu pemilih kamu." Dara tersenyum, namun matanya tampak melotot pada Mino yang akhirnya masuk sambil menggerutu. Tangannya masih menggandeng tangan Jisoo kecil yang hanya diam saja.
Beberapa detik setelah Mino dan Jisoo duduk di sebelah Dara, Jaejoong terdengar berdehem, mencoba mencairan suasana yang canggung. Dia mengabaikan Taeyong yang kesal karena PSP-nya diambil Myungsoo atas suruhannya.
"Mino dan Jisoo, 'kan? Kenalin nama Om, Jaejoong," Jaejoong berkata dengan semangat, senyum cerah dan berwibawa ia lancarkan.
Mino hanya mengangguk, dan Jisoo tampak tertawa kecil. "Hai Om! Salam kenal, namaku Jisoo. Om tampan jadi boleh memanggil Jisoo dengan Jichu!"
Jaejoong tersenyum hangat. Senyum yang diberikan Jisoo sukses mencairkan suasana.
"Genit," Taeyong mendesis kecil.
Meskipun senyum Jisoo sukses membuatnya sedikit aneh tapi dia tetap nggak suka sama cewek. Soalnya cewek yang dia kenal itu selalu ngerubungin dia. Emang dia sampah yang dikerubungi lalat apa.
Meski kecil, desisan Taeyong masih dapat didengar baik dengan semuanya. Mino langsung melotot kesal. Myungsoo langsung membuka suara sebelum Mino ingin melakukan sesuatu. "Hei Jisoo, ibumu juga cantik. Menurutmu, apakah ibumu dan ayahku cocok?"
Disaat begini Jaejoong benar-benar bersyukur punya anak bermulut manis macam Myungsoo. Mana sekalian ngelancarin hubungannya lagi, kan, anak idaman banget!
Jisoo melihat Jaejoong dan Dara bergantian lalu tersenyum lagi. "Cocok kok!"
Ia lalu tanpa sengaja melihat Taeyong yang masih cemberut. Ia mengernyit sejenak. "Kamu," Tunjuknya. Sontak Dara, Jaejoong dan Myungsoo was-was takut Jisoo berkata sesuatu yang memperkeruh mood Taeyong. "Kamu seharusnya tidak berkata kasar pada orang yang baru ditemui! Dan sebaiknya kamu tersenyum. Wajahmu jadi sangat jelek dibandingkan Ayah dan kakakmu!"
Dara dan Jaejoong kaget namun tertawa kecil. Mino bangga karena Jisoo menerapkan ajarannya, sedangkan Myungsoo diam-diam melirik Taeyong yang terdiam.
Taeyong diam, memang. Baru kali ini ada perempuan yang memarahinya. Dia kesal, namun mengapa jantungnya berdetak kencang dan wajahnya mulai memanas?
"Woi, woi Yong."
"Ngg."
"Bangun."
Taeyong membuka matanya malas, mengangkat wajahnya untuk melihat sekitar. Yang pertama terlihat adalah Yuta yang ngeliatinnya dengan aneh. "Napa lo?" tanyanya.
Taeyong hanya menggeleng menjawab pertanyaan Yuta. "Ayo makan," ajaknya saat melihat jam yang sudah menunjukkan waktu istirahat lewat lima belas menit.
"Kim Jisoo mana?" tanya Yuta penasara .
"Nggak masuk, dia demam," jawab Taeyong singkat.
Iya, hari ini Jisoo nggak masuk sekolah. Memang dia udah bisa jalan, tapi jalannya masih pincang. Terus Jisoo juga nggak mau kalo keluarganya ada yang tau cideranya kumat dan ngeminta Taeyong rahasiain. Mereka sempat cekcok bentar karna cidera itu bukan hal sepele, namun terakhirnya Taeyong ngalah juga. Alhasil yang lain ngira Jisoo cuma masuk angin biasa.
"Tumben banget lo tidur sampe jam istirahat Yong." Seongcheol bersuara saat mereka sedang melewati koridor.
Taeyong cuma diem sambil geleng kecil. Ogah banget kalo dia bilang nggak bisa tidur karna kepikiran Jisoo, 'kan? Bahkan dia sampe mimpiin pertemuan awal dia sama keluarga Jisoo. Taeyong jadi merinding karna keanehannya.
"Kok rame banget di ruang guru?" Yuta ngelirik sekitarnya, ramai-ramai orang yang mengintip ke ruang guru.
"Ada yang dihukum kali," jawab Seongcheol acuh setelah menghela napasnya.
Diam-diam Taeyong melirik ke kaca ruang guru. Dia langsung berhenti berjalan mendapati siluet yang dikenalnya. "Kenapa?" tanyanya pada salah satu murid yang stay di depan ruang guru sejak tadi.
Meskipun merasa aneh karena Taeyong yang cool itu kepo, cowok itu tetep menjawab, "Itu, murid baru cewek itu habis ngehajar lima cewek sampe babak belur. Kejadiannya tadi pagi di belakang lab terpadu dan guru-guru pada baru tau jam istirahat tadi waktu patroli dan ngejumpai lima anak tadi nggak sadarkan diri. Serem, 'kan?" jelasnya panjang lebar.
Taeyong mengangguk mengerti, kemudian kembali melihat ke dalam. Kim Sowon--si cewek itu--tampak menyadari kehadirannya. Cewek itu hanya tersenyum kecil padanya. Jika dilihat lebih baik, terdapat satu jempol yang diberikannya untuk Taeyong.
Taeyong mendengus sambil mengacak rambutnya kasar. Meskipun nggak dekat, dia cukup mengenal Sowon. Taeyong sangat yakin alasan mengapa Sowon ngehajar lima orang itu karena Jisoo.
Taeyong langsung menoleh pada Seongcheol yang ikut berhenti. "Cheol, kalo ngehajar anak orang biasanya hukumannya apa?"
"Kok pertanyaan lo lucu sih? Ya bisa dikeluarin lah," jawab Taehyung santai yang dianggukkan oleh Seongcheol.
"Lo bisa bantu ngeringanin nggak?"
Sontak semua yang mendengar perkataan Taeyong langsung melihat cowok itu kaget. Ini Taeyong loh, yang cuek itu, kok malah mau ngebantuin orang coba?!
Seolah ngerti pandangan meminta penjelasan dari temannya, Taeyong menghela napas. "Dia ngelakuin itu karena Jisoo."
Seongcheol melirik ke arah Sowon. Sebenarnya, dia paling malas berurusan sama cewek aneh tipe-tipe Sowon. Tapi ini Taeyong loh yang minta tolong, Seongcheol 'kan jadi susah nolak.
"... Oke, gue bantu."
Taeyong mengangguk singkat, mengucapkan terima kasih diam-diam. Dia langsung pulang kerumah selepas sekolah, menapaki dengan nggak sabar saat masuk ke rumah. Pandangannya lekas terarah pada seisi rumah.
"Kok lo udah pulang?"
Matanya langsung tertuju pada Jisoo yang bersuara. Cewek itu terlihat memakan kacang polong sambil menonton Spongebob.
Taeyong mendekatinya. "Kaki lo?"
Jisoo menggerak-gerakkannya di depan Taeyong, bahkan hampir menendang kaki Taeyong kalo cowok itu nggak menghindar. "Aman."
Diam-diam Taeyong menghela napas lega. Taeyong lalu mendudukkan diri di sofa samping Jisoo sambil melonggarkan dasinya. Ia mulai ikut menonton Spongebob, mencoba bersikap normal tanpa ada keanehan apapun.
Karena bagaimana pun, Taeyong merupakan salah satu penyebab cidera Jisoo.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Sibling | Taesoo [✔]
Fanfiction"Jadi pacar gue!" "Bang Mino, Jisoo udah gil-" "Gue beliin action figure limited edition buat lo!" "Deal." -aliceyriz present- SEDANG DIREVISI