16

2.6K 494 24
                                    

Jimin berjalan pelan, beberapa kali melirik Taeyong di sebelahnya. Karena jengah, akhirnya dia ngomong juga. "Kalo lo nyesel, mending lo nggak ninggalin dia."

Taeyong ikutan berhenti jalan karena Jimin. Berbalik ke belakang sambil mencoba memasang wajah datarnya. "Apaan?"

"Elo yang apaan, celingak-celinguk kayak orang linglung. Gue tau kok lo nyesel, kan, ninggalin Jisoo tadi dan liat wajah mau nangisnya?" Jimin mulai emosi. Bukannya dia mau ikut campur, tapi ngebuat cewek sedih itu big no baginya. Apalagi Taeyong juga keliatan banget nyesalnya karena cowok itu sempat ngeliat Jisoo yang udah menahan tangis.

"Gue nggak nyesel!" Tanpa sadar Taeyong udah teriak, ngebuat Jimin nunjuk dia. "Tuh, kan, liat! Lo nyesel kalo lo teriak. Udahlah datangi aja. Kan lo yang salah karena selingkuhin dia."

"Gue nggak selingkuh!" seru Taeyong lalu berbalik ninggalin Jimin yang sudah senyum-senyum bangga karena berhasil meyakinkan Taeyong.

Jimin itu dari dulu terkenal banget jadi pak comblang walaupun dianya sampai sekarang jomblo. Itu juga menjadi kebanggaan tersendiri baginya. Contohnya sekarang, dia udah berjalan dengan bangga melanjutkan tujuannya.


Taeyong berlari, cukup kencang hingga membuatnya hampir menabrak beberapa siswa-siswi. Tau, kan, kecepatan jalan cowok? Walaupun bentar sudah jauh saja. Makanya jaraknya dengan Jisoo itu terbilang lumayan jauh sekarang.

Tapi, Taeyong terpaksa menghentikan langkahnya karena pemandangan yang dilihat.

Itu Ong Seungwoo, sedang memeluk cewek yang Taeyong yakini adalah Jisoo. Seungwoo sendiri langsung bertatapan mata dengan Taeyong. Ada rasa bingung yang terpancar dari mata cowok itu, tapi marah lebih mendominasi selagi ia mengelus rambut Jisoo.

Ah, Taeyong merasa bodoh.

Lagi pula sejak awal yang diinginkan Jisoo adalah Ong Seungwoo, bukan dirinya. Untuk apa pula dia bersusah payah berlari sampai berkeringat seperti sekarang?

Selanjutnya yang dilakukan adalah berbalik, berjalan menjauh menuju arahnya yang tadi. Dia berjalan menuju belakang sekolah, ke tempat orang-orang yang dikenalnya.

Menyadari kehadiran Taeyong, Jimin langsung memekik, "Kok lo balik lagi?"

Taeyong mengendikkan bahu. "Udah ada yang nenangin."

Jimin menghentakkan kakinya. "Ah, dasar!"

"Kenapa?" Seungcheol datang dengan membawa keranjang berisikan ubi. Cowok itu pakai pakaian olahraga. "Kok lo kayak gitu?"

Taeyong mengernyit melihat bawaannya. Menyadari tatapan Taeyong membuat Seungcheol kembali berucap, "Lo ikut Jimin tapi nggak tahu kalo hari ini Sowon disuruh manen ubi?"

Taeyong mengangguk. "Tahu, kok. Tapi gue nanya karena kok kayak lo ikutan manen sih?"

Seungcheol menghela napas. "Lo kayak nggak tahu Sowon, sih. Gue dipaksa. Di-pak-sa." Dia agak nggak nyantai waktu bilang dipaksa.

"Gue denger lo ceritain gue!" Sowon agak teriak. Dia lagi nyabut ubi di depannya. Di sebelahnya ada Bona yang juga lagi nyabutin ubi. Karena Seolhyun nggak bisa menemani, Bona ngajuin diri buat nemenin Sowon hari ini. Namun, beda sama Seolhyun yang nggak pernah bantuin, Bona bantuin Sowon. Bahkan kerjanya lebih cepet dari Sowon.

"Ada apaan?" Seungcheol ngulang lagi pertanyaannya.

Jimin menghela napasnya. "Kim Jisoo," jawabnya. Seungcheol ngangguk mengerti. "Taeyong buat dia nangis."

Sowon langsung berdiri. "Apa?!"--dia jalan mendekat ke Taeyong--"kenapa?"

"Lo nggak usah khawatir. Lagian dia sekarang udah sama Ong Seungwoo."

(Not) Sibling | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang