17

2K 473 22
                                    

Taeyong membuka pintu, menaruh sepatunya dalam rak. Dia mengernyit mendapati rumah yang sepi. Biasanya pukul tujuh malam begini suara televisi yang dihidupkan akan terdengar. Apa lagi ini waktumya Jisoo nonton yang volume televisinya harus sebesar toa.

"Dari mana aja?" Suara dingin itu keluar dari bibir Jaejoong yang duduk di sofa depan televisi. Taeyong sedikit terkaget karena nggak biasa Jaejoong kelihatan suram gitu.

"Dari kost Yuta, Pa," jawabnya sambil celingak-celinguk. Ya biasanya kan kalo ada Jaejoong ada Dara juga, makanya Taeyong merasa aneh.

Jaejoong ngangguk. "Cepat mandi dan kita makan malam." Dia bangun dan mengambil duduk di meja makan. Terlihat semuanya duduk disitu dengan wajah tegang. Taeyong naik ke lantai atas dengan perlahan. Meski nggak mengerti, tapi dia yakin kalau ada hal yang nggak beres di rumah.

Maka dari itu sesampai di kamar Taeyong mandi dengan terburu-buru dan memilih asal baju yang akan dikenakan. Meskipun was-was, wajahnya masih terlihat datar saat menuruni tangga. Myungsoo dan Mino melotot padanya, seolah mengatakan untuk cepat. Jisoo diam-diam mengamati, masih sedikit menunduk karena enggan ketahuan.

Berbeda dengan hari biasanya, Dara dan Jaejoong duduk saling berjauhan. Jaejoong di ujung kanan dan Dara di ujung kiri. Padahal, biasanya Dara akan menempati kursi di sebelah kanan Jaejoong di mana Myungsoo sedang duduk mengingat kursinya diduduki Dara.

Beberapa menit mereka terdiam di situ membuat Mino risih sendiri. Pasalnya dia sudah duduk di kursi itu lebih dari tiga puluh menit. Ingin rasanya mengeluh karena nyeri bokong, tapi Mino memilih diam. Bahkan ia udah nggak berselera lagi karena makanan kesukaan di depannya kini sudah mendingin.

Merasa nggak kuat karena duduk diam tanpa gerak, akhirnya Mino buka suara. "Pa?" Ia menoleh pada Jaejoong yang berada di sebelah kanannya.

Jaejoong mengangguk ngerti. "Mama sama Papa memutuskan untuk cerai."

Nggak ada yang berbicara hingga beberapa detik, mencoba memahami yang diucapkan Jaejoong. Keempat anak itu kini menatap Dara untuk meminta kejelasan.

"Kami udah nggak cocok lagi."

"Mama sama Papa yakin? Mungkin kalian harus dinginin kepala dulu, jangan langsung memutuskan begini." Mino mengangguk setuju dengan perkataan Myungsoo.

"Lagian berantem itu hal biasa, kan, kalo dalam rumah tangga," sambung Jisoo. Kalo soal beginian dia sering denger tetangganya ngerumpi jadi agak tau.

"Pokoknya keputusan kami udah bulat." Jaejoong berkata dengan tegas. "Papa juga memutuskan untuk pindah ke Jepang dan lebih fokus ngurusin perusahaan di sana."

Keempat bersaudara itu langsung kaget. Memang dari dulu bukanlah hal yang aneh kalo orang tua mereka mengatakan soal cerai, tapi sampai pisah rumah adalah hal yang lain. Ini baru pertama kalinya. Mereka saling tatap bertiga, mencoba memakai telepati yang baru kali ini selaras. Sedangkan Taeyong terlihat menunduk entah apa yang dipikirkannya.

"Mama memutuskan untuk kembali ke rumah keluarga," sahut Dara kemudian.

"Kemungkinan rumah ini akan dijual. Bagaimana dengan kalian? Kami tidak akan memaksa kalian untuk mengikuti siapa pun mau itu Mama atau Papa pun kalian ingin tinggal sendiri. Kami berdua sepakat tetap membiayai kalian bersama."

Kini suasana di rumah itu kembali sunyi setelah Jaejoong berkata demikian. Mereka berempat kembali berpikir masing-masing.

"Aku nggak bisa ikut Papa ke Jepang mengingat kuliah aku juga udah setengah jalan. Jadi aku mutusin untuk tinggal sendiri di apartemen aku."

Jisoo melebarkan matanya saat Myungsoo berbicara. Sepertinya abangnya yang satu itu udah nyerah untuk membujuk, toh kedua orang tua mereka sudah memutuskan. Ia kini melirik Mino di sebelah dan Taeyong di depan yang masih terdiam.

(Not) Sibling | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang