"Sher kamu di mana sih? Kok aku telepon gak diangkat? Aku khawatir." gumam Verrel.
Dia sudah menunggu Sherly setengah jam.
Tiba-tiba hujan turun.
"Pakai segala hujan lagi, gue harus gimana coba? Gue takut kalau gue pergi, terus Sherly kesini gimana? Nanti dia kecewa, kan berabe."
Verrel tetap pada pendiriannya, menunggu Sherly walaupun dia basah kuyup. Tak lama kemudian tubuh Verrel lemas, seketika Verrel pun tak sadarkan diri.
"Kalo Raisha sama Rama jadian, itu berarti gue sendiri dong yang masih jomblo? Huft dasar nasib gue gini amat ya. Segala pakai hujan lagi, tapi lumayan sih bisa hujan- hujanan gue." gumam Laura.
Laura melihat sekelilingnya yang sangat sepi. Pandangannya tertuju pada seseorang yang tergeletak di taman.
"Itu orang apa bukan ya? Gimana kalo itu malah setan? Eh tapi tunggu deh, kok gue kaya kenal ya?" gumam Laura, ia pun menghampirinya.
Seketika Laura mematung, melihat Verrel yang sudah tidak sadarkan diri.
"Ver bangun! Jangan tidur di sini!"
Hening.
"Ver jangan bercanda!"
Hening.
"Dia beneran pingsan? Tolong...aduh gimana nih? Udah mana sepi, oh iya mending gue pesan taksi online."
🌹🌹🌹
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam, astagfirullah. Verrel kenapa sayang?"
"Gimana jelasinnya nanti aja tan?"
Maya pun ikut membantu membopong Verrel, dan langsung merebahkannya di sofa.
"Bi...cepat ambilkan kompresan sama es batu."
"Iya nyonya, sebentar."
Tak lama, Bibi datang dengan membawakan kompresannya.
"Jadi sebenarnya apa yang terjadi? Kok Verrel bisa kayak gini?" tanya Maya khawatir.
"Ara juga gak tau tan, tadi Ara nemuin Verrel udah pingsan kayak gini." ucap Laura bingung.
"Makasih ya sayang, udah mau bantuin Verrel sampai di bawa ke rumah." ucap Maya tersenyum.
"Sama-sama tan, sebelum Verrel pergi, Verrel ada ngomong sesuatu gak sama tante?"
"Tadi sih katanya, dia mau pergi sama temannya kalau gak salah. Siapa ya namanya? Oh iya, namanya Sherly." ucap Maya dengan yakin.
'Gua bakal buat perhitungan sama lo!' batin Laura.
"Kamu kenapa sayang? Kok malah melamun?" tanya Maya membuyarkan lamunannya.
"Eh? Gak papa kok tan, ya sudah kalo gitu aku pamit pulang dulu ya tan."
"Kamu gak mau nungguin Verrel sampai sadar?"
"Maaf ya tan, aku ada acara mendadak. Mumpung hujannya agak reda tuh. Oh iya, tan nanti kalau Verrel udah bangun, jangan bilang ke Verrel ya kalo aku yang bantuin dia."
"Lho? Kenapa?" tanya Maya mengernyit bingung.
"Enggak papa tan, ya sudah Ara pamit pulang dulu ya tan."
"Ya sudah hati-hati ya sayang, salam juga buat mamah kamu."
"Iya tan, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam,"
🌹🌹🌹
"Sherly," ucap Verrel langsung tersadar dari pingsannya.
"Gak ada Sherly disini," tegas Maya.
"Kok Verrel bisa di sini sih mah? Bukannya tadi di taman?" tanya Verrel bingung.
"Tadi kamu pingsan." ucap Maya berbohong.
'Gara- gara kehujanan kali ya? Jadi pingsan gue." batin Verrel.
Verrel hanya mengangguk paham.
"Kamu harus jaga diri dong, lagian juga teman kamu yang namanya Sherly itu gak datang. Tapi kenapa kamu masih nungguin dia? Sampai pingsan kayak gini?" kesal Maya.
"Tapi mah, Verrel cinta sama Sherly. Verrel akan lakukan apa pun buat Sherly."
"Kamu kenapa sih harus cinta sama dia? Belum tentu juga kalau dia cinta sama kamu! Kenapa kamu gak cinta sama Ara aja sih?"
"Ya gak mungkin lah mah, Ara itu cuma sahabat Verrel doang. Gak lebih." tegas Verrel.
"Terserah kamu lah, mamah capek berantem sama kamu terus. Suatu saat kamu akan menyesal," ucap Maya langsung meninggalkan Verrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Bintang Jatuh
Teen Fiction[ TAMAT ] Aku berharap suatu saat nanti kamu akan membalas perasaanku. Menunggumu sama halnya dengan menunggu bintang jatuh. Bisa terjadi ataupun tidak sama sekali.