"Tuhan,tolong kasih aku waktu untuk memperbaikinya."
.
.
.
.Setelah selesai mandi, Verrel langsung duduk memandangi wajah cantik Laura.
"Andai aku tau dari dulu perasaan kamu Ra, maafin aku sudah menyakiti hati kamu berkali- kali. Aku janji mulai sekarang aku akan mencintai kamu sepenuhnya dan berjuang demi kamu." gumam Verrel.
Tak lama kemudian, Laura pun membuka matanya perlahan.
"Pagi..." ucap Verrel lembut.
"Pagi,"
Deg.
Verrel membulatkan matanya terkejut.
"Akhirnya kamu mau bicara juga," ucap Verrel tersenyum manis.
Laura hanya tersenyum tipis.
"Maaf,"
Laura mengernyitkan dahinya bingung.
"Buat kesalahan aku yang dahulu, udah buat hati kamu sakit atas perkataan atau pun perbuatan aku." sesal Verrel.
"Ini semua bukan salah kamu," ucap Laura menggenggam tangan Verrel.
"Ini salah aku, aku mohon maafin aku." ucap Verrel menunduk.
"Terserah apa kata kamu deh, aku udah maafin kamu dari dulu kok." ucap Laura tersenyum.
Cup.
Verrel mencium tangan Laura.
"Boleh aku minta sesuatu?" tanya Laura.
"Kamu mau apa? Semua yang kamu minta pasti aku turutin,"
"Aku mohon jangan pernah tinggalin aku,"
"Gak mungkin aku ninggalin kamu, sudah cukup yang lalu biarkan berlalu. Yang terpenting sekarang adalah hidup bahagia bersama kamu," ucap Verrel langsung merengkuh tubuh Laura ke pelukannya.
"Makasih,"
"Aku yang seharusnya bilang makasih, sudah menungguku selama ini." ucap Verrel mencium puncak kepala Laura.
"Udah gak usah nangis, dasar cengeng." canda Verrel melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Laura.
"Nyebelin." gerutu Laura memukul pelan bahu Verrel.
"Maaf," ucap Verrel terkekeh pelan.
"Oh iya, btw kamu gak sekolah?"
"Enggak. Aku mau jagain kamu di sini, biar kamu cepat sembuh."
"Tapi Ver, sekolah itu penting."
"Iya aku tau, tapi percuma kalau gak ada moodboster aku."
"Gombal mulu lo, udah sana sekolah. Gue gak mau ya, kalo lo bolos cuma gara-gara jagain gue." protes Laura.
"Tuhkan mulai lagi deh, mulai sekarang gak boleh pakai kata lo, gue."
"Kenapa?"
"Udah nurut aja kenapa sih," gerutu Verrel.
"Terserah," ucap Laura memutar bola matanya malas.
'Untung sayang.' batin Verrel.
"Udah sana sekolah,"
"Tapi--"
"Kamu mau aku marah lagi?" potong Laura.
"Eh? Gak mau lah. Emang kamu gak papa kalo ditinggal sendirian di sini?"
"Gak papa, kan ada mamah yang jagain aku."
"Serius nih? Nanti kamu kangen lagi sama aku."
"Aku gak bakal kangen sama kamu." canda Laura dengan menjulurkan lidahnya.
"Ya udah deh, aku sekolah. Kalo kamu mau apa- apa tinggal pencet belnya ya. Terus kalo kamu kangen sama aku, kamu tinggal video call aja. Pasti langsung aku angkat, walaupun di belakang ada guru Kiler."
Laura tertawa kecil.
"Iya, udah sana sekolah yang bener." usir Laura.
"Kok malah ngusir sih?" gerutu Verrel.
"Bukan ngusir Ver, nanti kamu telat ke sekolah." ucap Laura lembut.
"Iya deh, ya udah aku berangkat dulu ya." ucap Verrel mencubit pipi Laura dan langsung beranjak keluar.
Laura terkekeh gemas melihat tingkah Verrel.
🌹🌹🌹
"Eh anak mamah sudah bangun, nih mamah bawain sarapan buat kamu."
"Makasih mah,"
"Alhamdulillah, akhirnya kamu sudah mau bicara lagi."
Laura terkekeh pelan.
"Oh iya, Verrel kemana?" tanya Sinta melihat sekelilingnya.
"Sekolah,"
"Lho? Tadi katanya mau jagain kamu?" ucap Sinta menggelengkan kepalanya.
"Iya mah tadinya sih gitu, itu juga aku paksa biar dia sekolah." ucap Laura terkekeh.
"Oh, ya udah kalo gitu mamah suapin ya. Habis itu minum obatnya biar cepat sembuh."
🌹🌹🌹
"Ver, gimana keadaannya Ara?" tanya Raisha dengan meneguk air mineralnya.
"Alhamdulillah, kondisi Ara sudah membaik. Kalian tau gak? Tadi Ara udah mau bicara kembali." seru Verrel semangat.
"Serius? Alhamdulillah deh kalau gitu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Bintang Jatuh
Teen Fiction[ TAMAT ] Aku berharap suatu saat nanti kamu akan membalas perasaanku. Menunggumu sama halnya dengan menunggu bintang jatuh. Bisa terjadi ataupun tidak sama sekali.