Hari ini Verrel membawa Laura ke Pantai Pandawa yang tepatnya beralamat di Bali.
"Foto yuk,"
"Yang fotoin siapa?" tanya Verrel mengernyit bingung.
"Minta fotoin sama orang aja,"
Tiba- tiba tukang es krim lewat.
"Bang tunggu,"
"Iya neng? Kenapa? Mau beli?"
"Belinya nanti aja, sekarang fotoin dulu kita berdua."
"Tapi janji ya, habis ini beli."
Laura mengangguk dan langsung memeluk Verrel dari samping.
"Peluk aku juga dong," protes Laura.
Verrel terkekeh pelan lalu memeluk Laura.
Cup.
Cekrek.
"Ih kamu ya, mengambil kesempatan dalam kesempitan!"
Verrel hanya terkekeh.
"Nah sekarang dibeli es krimnya."
"Iya santai aja bang."
"Mau rasa apa neng?"
"Oreo, kalo kamu Ver?"
"Samain aja,"
"Oreo 2 bang,"
"Siap neng, nih."
"Berapa mang?"
"10.000 ribu aja,"
Laura menyodorkan uang berwarna ungu tersebut.
"Makasih neng,"
Laura hanya mengangguk.
"Duduk di sana aja yuk," ajak Laura menarik tangan Verrel menuju sebuah kursi panjang.
Verrel pun melahap es krimnya, namun Laura hanya fokus pada ponselnya.
"Cepetan makan es krimnya, nanti keburu meleleh." ucap Verrel mengingatkan.
"Iya sebentar,"
"Kamu lagi ngapain sih? Serius banget." gerutu Verrel mengintip sekilas ponsel Laura.
"Kepo," ucap Laura menjulurkan lidahnya meledek.
Instagram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Bintang Jatuh
Ficção Adolescente[ TAMAT ] Aku berharap suatu saat nanti kamu akan membalas perasaanku. Menunggumu sama halnya dengan menunggu bintang jatuh. Bisa terjadi ataupun tidak sama sekali.