"Cepat sembuh, aku tak mau kau terluka untuk kedua kalinya."
.
.
.
.Tubuh Laura bergetar, dan tiba- tiba mesin EKG berhenti. Dokter segera masuk untuk mengecek keadaannya di dalam.
"Verrel, Ara kenapa?" tanya Sinta tiba-tiba datang dengan tangisannya.
"Gak tau tan, sabar." ucap Verrel dengan tangisannya.
"Ya allah sayang, kamu kenapa?" ucap Sinta dengan tangisannya menatap dari luar.
"Gue mohon, lo harus bertahan. Gue tau lo pasti kuat," ucap Verrel.
Dokter menempelkan alat penyetrum ke tubuh Laura dengan beberapa kali tetapi hasilnya nihil. Dokter menghela nafas pasrah, lalu beranjak keluar.
"Gimana keadaan anak saya dok?" tanya Sinta dengan menangis histeris.
"Kami sudah berusaha semampu kami, tapi nyawa anak ibu tidak bisa ditolong."
Semuanya diam terpaku mendengar perkataan Dokter.
"Apa maksud anda? Saya mohon coba sekali lagi, saya yakin pacar saya itu masih hidup dok. Pacar saya itu perempuan yang kuat," pinta Verrel memohon.
"Baiklah, saya akan mencobanya sekali lagi."
Dokter pun masuk ke dalam ruangan lagi. Dia menempelkan kembali alat penyetrum tadi ke badan Laura, dan sungguh keajaiban, aliran nya kembali normal.
Mereka semua terkejut sekaligus senang.
"Subhanallah," ucap Dokter kaget.
"Alhamdulillah makasih ya Allah," ucap Verrel bersyukur.
"Makasih banyak ya Allah," ucap Sinta bersujud.
Dokter nenghampiri mereka kembali.
"Ini sungguh mengejutkan," ucap Dokter itu terkejut.
"Dok apakah kami boleh ke dalam, melihat kondisi pacar saya?"
Dokter hanya mengangguk. Mereka langsung masuk ke dalam ruangan.
"Hey bangun," ucap Verrel menggenggam tangan Laura.
"Hayu bangun nak, ini mamah. Kalau bukan kamu yang menemani mamah, terus siapa yang akan menemani mamah di sini? Mamah mohon, cukup papah aja yang ninggalin mamah, tapi kamu jangan." ucap Sinta dengan tangisannya.
Tiba-tiba tangan Laura bergerak memegang tangan Verrel dengan lembut.
"Tante, Ara sadar." sorak Verrel.
"Alhamdulillah akhirnya kamu sadar, sayang." ucap Sinta tersenyum bahagia.
"Alhamdulillah," ucap Mereka serempak.
🌹🌹🌹
Verrel terbangun tengah malam karena merasa ada yang menggenggam tangannya lembut.
"Hey, ada apa sayang? Kamu mau minum, atau mau apa?" tanya Verrel khawatir.
Laura hanya menggelengkan kepalanya.
"Terus kamu mau apa?" tanya Verrel khawatir karena dari tadi Laura tak mengucapkan satu kata pun dari mulutnya.
Laura hanya menggenggam tangan Verrel.
"Cepat sembuh ya. Aku janji kalau kamu udah sembuh, aku bakal beliin kamu es krim jumbo lagi buat kamu oke." seru Verrel semangat.
Laura hanya tersenyum.
'Mungkin kamu masih shock dengan kecelakaan itu, hingga membuat mu seperti ini.' batin Verrel tersenyum tipis.
"Kamu gak bisa tidur ya? Ya udah sini tidur sama aku aja." ucap Verrel beranjak naik ke ranjang dan tiduran di sampingnya dengan memeluk pacarnya itu.
Laura hanya tersenyum.
🌹🌹🌹
"So sweet ya mereka,"
Laura dan Verrel pun membuka matanya.
"Sayang makan dulu yah, mamah udah bawain kamu bubur nih."
Hening.
"Kalau kamu tidak makan, gimana kamu bisa sembuh? Ayuk makan." ucap Sinta menyodorkan buburnya ke mulut Laura.
Laura tetap diam, tak mau membuka mulutnya. Tiba-tiba Laura memegang tangan Verrel.
"Ada apa?" tanya Verrel lembut.
"Oh mamah tau, mungkin Laura maunya disuapin sama kamu Ver."
"Tan, apa Ara masih shock? Dari tadi dia gak ngucapin sepatah kata pun," bisik Verrel pelan di telinga Sinta agar Laura tidak mendengarnya.
"Barusan dokter juga bilang gitu, katanya Ara masih shock dengan kecelakaan kemarin. Jadi kamu maklumin aja ya," bisik Sinta pelan.
Verrel mengangguk paham.
"Ya udah nih Ver, suapin Ara. Tante mau keluar dulu."
"Mau kemana tan?"
"Mau ngurusin administrasi dulu,"
Verrel hanya mengangguk paham.
"Kita juga keluar yuk,"
"Mau kemana lo berdua?"
"Biasa, urusan anak muda. Orang tua gak boleh tau," celetuk Rama.
"Anjir jadi lo ngatain gue tua?" ucap Verrel menatap tajam mereka.
"Ups, maaf kalau kesindir," celetuk Rama terkekeh.
"Udah sana lo keluar," gerutu Verrel.
"Ya udah, bye." ucap Rama sambil menarik tangan Raisha keluar dari ruangan.
"Makan yang banyak, biar cepat sembuh. Buka mulutnya aaa..." ucap Verrel sambil menyuapkan buburnya.
Laura pun akhirnya mau memakan buburnya.
"Gimana, enak kan? Makan yang banyak ya, habis itu minum obat, biar cepat sembuh." ucap Verrel sambil membersihkan sisa makanan yang berada di sudut bibir Laura.
Laura hanya tersenyum.
🌹🌹🌹
"Tan kita pulang dulu ya," pamit Raisha dan Rama.
"Iya, hati-hati ya."
"Bilangin Verrel dan Ara ya tan, kita pulang duluan."
"Oke,"
Sinta pun masuk ke ruangan Laura.
"Kamu gak pulang nak? Nanti kalau orang tua kamu nyariin gimana? Ini udah malem lho,"
"Verrel masih mau disini tan, tenang aja. Lagian juga mamah sama papah lagi ada urusan di kantornya, jadi masih pada sibuk." ucap Verrel memutar bola matanya malas.
"Oh gitu, ya udah kalau itu mau kamu. Tante tidur duluan yah." ucap Sinta tersenyum.
Verrel hanya mengangguk.
🌹🌹🌹
"Verrel bangun nak," ucap Sinta menepuk bahu Verrel.
"Hm...iya tan ada apa?" tanya Verrel sambil membuka matanya perlahan.
"Kamu gak sekolah?"
"Enggak dulu deh tan, Verrel mau jagain Ara di sini."
"Ya udah terserah kamu, tante mau beli sarapan dulu. Jagain ara ya,"
"Pasti tan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menunggu Bintang Jatuh
Teen Fiction[ TAMAT ] Aku berharap suatu saat nanti kamu akan membalas perasaanku. Menunggumu sama halnya dengan menunggu bintang jatuh. Bisa terjadi ataupun tidak sama sekali.