^^BAB 17^^

134 10 1
                                    

Ohayou
Berhubung saya lagi liburan jadi di sempetin nerusin cerita ini
Sayang kalau gak diterusin. Digantung itu gak enak rasanya

.
.

**Happy reading**


.
.

Pagi yang cerah berubah jadi suram saat seorang anak perempuan memasuki ruang kelas. Keadaan yang awalnya tenang jadi menegangkan saat dua orang didepan kelas sedang bersitegang dengan kilatan petir yang keluar dari tatapan mereka.

“Nona Vermillionz, tidak seharusnya anda telat di jam saya”. Ucap wanita muda itu dengan penuh penekanan.

“Kenapa harus? Asal ibu tau saja ya, saya itu sekarang lagi capek mau duduk bisa gak minggir dari jalan saya”. Ucap sang gadis yang tak lain adalah Rara dengan nada bosan.

“Tolong hargai saya sebagai guru disini. Perbaiki perilaku kamu”. Ucap Bu Helyn.

“Ya ya.. Udah kelarkan ceramahnya. Saya sudah boleh duduk”. Ucap Rara santai

“Baiklah, tapi nanti kamu akan kena hukuman dariku”.

“Ha? Hukuman? Yang bener aja bu.. Aku udah capek banget”. Rengek Rara.

“Gak ada bantahan, nanti sepulang sekolah kamu harus bantu Pak Oriz membersihkan kamar mandi sekolah”.

“What? Oh no.. Kejam amat bu, asal ibu tau aja ya.. Sepulang sekolah nanti saya harus mengurusi ‘bayi besar' bu..”. Ujar Rara memelas.

“Gak ada alasan”. Tegas Bu Helyn.

*Dikantin

“Sialan.. Kalau aja bunuh orang itu gak dosa, gue pasti'in deh nyawa guru sialan itu bakal melayang di tangan gue”. Ucap Rara emosi

Slow girl.. Lo kok seemosi itu, biasanya juga dapet hukuman kan”. Ucap Mevia seadanya.

Emang mereka bertiga sering dapet hukuman dari Bu Helly tapi khusus Rara itu yang paling banyak hukumannya.

“Swabrf Ajfa dfan nwikfwati”. Ucap Nadya sambil makan.

“Nadya bego, kalau makan gak boleh bicara”. Nasihat Mevia.

“Anjay lu.. Makanan lu kena muka gue”. Protes Rara

Nadya hanya nyengir mendengar protesan Rara.

“Btw Ra, cowok yang lo peluk kemaren siapa sih?”. Tanya Nadya.

“Owh, itu Zen.. Eh maksud gue Nathan”.

“Nathan?? Nathan yang itu… temen gue waktu SD dulu”. Heboh Mevia.

“Sip, bener bro”.

“Masa sih? Kok beda ya, jadi tambah keren. Mana nambah tinggi lagi kayak tiang listrik”. Ucap Mevia.

“Anjay, tiang listrik.. Ketinggian itu nyet”.

“Oh hello, Nathan siapa sih? Gue kagak kenal”. Tanya Nadya

“Ya kenalan lah biar kenal”. Jawab Mevia seenaknya.

Tapi ada benernya kan? Kalau gak kenal kan kenalan biar kenal. Sip kan?

“Sialan lo.. Gue nanya serius onyet”. Kesal Nadya.

“Gue juga serius, nyemot”. Ucap Mevia tak kalah kesal.

“Udah-udah.. Berantem mulu. Bentar lagi masuk nih”. Lerai Rara.

“Owh, oh ya Ra.. Lo kok bisa sedeket itu sih sama Nathan. Perasaan ya dia itu orangnya pendiem banget”. Ucap Mevia.

“Ntar malem gue ceritain, sekalian gue mau tidur dikamar lo berdua”. Ucap Rara.

Sepulang sekolah Rara terpaksa terpisah dengan duo srikandi itu, karena tanpa diduga Vibran dan Willian sudah mencegat dua anak itu didepan kelas sedangkan Rara dibiarin gitu aja.

Dasar bawahan kurang ajar. Masa iya calon ratu masa depan ditinggalin sendiri, ntar kalau ada yang nyulik gimana? Kasihan rajanya donk, jadi duda.

Rara berjalan gontai ke gerbang sekolah. Saat sedang asyik berjalan sebuah mobil berhenti tepat disamping Rara, tak perlu menengok Rara pun sudah tau siapa pemilik mobil itu.

“Ayo masuk!!!”. Titah sang pengemudi.
Tanpa berkata, Rara pun masuk.

Lumayanlah dapet tumpangan jadi gak capek jalan dan hemat pengeluaran.
Perjalanan ke rumah yang harusnya paling dinanti oleh Rara kini harus menjadi perjalanan paling membosankan.

Bagaimana tidak? Rara itu tipe cewek yang gak bisa diem sedangkan situasi sekarang itu lagi pada diem-dieman, kan ngebosenin.

Tapi syukurlah perjalanan itu berakhir cepat. Rumah terasa lebih dekat kalau seperti ini.

“Nanti malem gue tidur bareng Mevia dan Nadya”. Ucap Rara sambil membuka safebelt-nya.

Tanpa diketahui Rara, Nico terus memperhatikan gerak-gerik Rara dari awal masuk mobil hingga sekarang. Tangan Nico terulur untuk membantu Rara yang sedikit kesusahan membuka safebelt-nya.

Klik..

Safebelt terbuka..

“Trims.. Btw, lo masih marah sama gue?”. Tanya Rara menghadap Nico.

Sedetik kemudian Nico mengalihkan pandangannya dan keluar mobil tanpa menjawab pertanyaan Rara.

Hhh.. Dia masih marah ternyata
Rara berjalan gontai masuk ke rumah, tujuan utamanya sekarang adalah dapur. Perutnya benar-benar minta diisi. Memikirkan masalahnya dengan Nico memerlukan tenaga dan energi yang besar.

Apalagi nanti Rara harus mengurus Nico sebagai hukuman karena Rara seenaknya pergi tanpa pamit dengan Nico. Bersabarlah Rara.. Insyaallah, penderitaanmu akan ada hikmahnya nanti.

Siapa tau setelah ini Nico mau ngebebasin lo dari semuanya. Termasuk tentang pertunangan lo dengan Nico. Eh.. Ralat, pernikahan. Nico sama Rara kan udah tunangan. Berharap saja Ra...







#TBC

Thanks for reading
Makasih banyak buat para reader yang masih setia sama cerita abal-abal ini
Jangan lupa voment yah..
Sorry cerita hari ini sedikit..
#salam_EXOL

[MY PRINCE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang