Fragmen 5

311 29 0
                                    

Aku bersandar pada batang pohon di sampingku sembari memikirkan tragedi setahun lalu.

Aku terus menatapmu yang berdiri dengan siaga di antara bebatuan, di bawah matahari yang menyengat kulit. Berdiri seperti patung penjaga.

Aku tahu pasti kesakitanmu karena aku pun merasakan sakit itu. Dan aku tahu kau ketakutan. Tapi kau tidak pintar menyembunyikannya. Membuatku merasa sedikit gamang karena tubuhmu yang tampak tegang itu.

"Haduh! Panas! Lama sekali!" teriak Rikkie mengeluh seperti anak kecil. Dia mengusap keringat di wajahnya dan merapikan dandanannya. "Apa benar mereka ada? Kenapa mereka belum datang juga? Padahal aku semangat ingin bertarung, nih!"

Dia menebas-nebaskan senjata unik berbentuk busur panah yang didesain sedemikian rupa hingga senjata itu memiliki 4 fungsi yang berbeda.

"Hei, apa kau tidak takut?" tanya Nora padanya.

"Helo, Norman! Apa kau lupa siapa aku? Tak ada yang aku takuti di dunia ini," jawab gadis tengil itu kegenitan.

"Namaku Nora. Ingat itu! Kenapa kau selalu lupa akan namaku yang bagus itu?" balas Nora.

"Iya-iya. Aku tidak akan lupa lagi namamu Nora. Namamu itu sama persis dengan penampilanmu saat ini. Sungguh Norak," ledek Rikkie terkikik.

"Dasar!"

Kulihat Flo mendekatimu.

Apa yang kalian bicarakan di sana?

Aku tidak bisa mendengarnya. Tadinya aku ingin mendekatimu tapi Shen tiba-tiba mendekat dan mulai berbasa-basi denganku. Mencoba merayuku seperti yang sering dia lakukan.

Dia bertanya ini itu padaku.

Tentang Sandekala.

Masa lalu.

Hutan.

Hal-hal mistik.

Sibuk dengan pertanyaan yang dijawabnya sendiri. Aku hanya berkomentar 'ya' dan 'tidak'dan aku sudah mengira seperti biasanya, pertanyaannya itu mengarah ke soal cinta.

"Danny mencintaimuu, ya, Shan?" tanya Shen.

"Pasti," jawabku paten sembari menyilang lengan di dada. Tak ingin bertele-tele.

Shen malah tersenyum melihat tingkahku. Membuatku jadi kelihatan konyol.

"Sudahlah Shen, jangan godai aku terus nanti Danny marah!" ucapku sedikit keras agar terdengar olehmu.

Berharap kau melirik padaku.

Kau tetap diam.

Malah Flo yang melirik heran ke arahku. Membuatku mati kutu malu. Apalagi saat aku dengar Shen berdehem-dehem meredam kegeliannya melihat tingkah konyolku yang tak dianggap olehmu. Huft!

Aku berjalan mendekatimu, meninggalkan Shen yang sedang tertawa terbahak-bahak dalam hatinya.

"Shanty, jam berapa sekarang?" tanyamu lagi dan lagi.

"Harusnya sekarang waktunya," jawabku. "Apa jamku yang ngaco?"

"Mereka datang!" kata perempuan yang aku lupa namanya itu.

Matanya memandang jauh ke depan.

Kita pun melakukan hal yang sama. Memandang tajam ke sudut pohon nun jauh dari daratan yang hancur di hadapan kita.

Sekonyong-konyong, hutan berubah hitam di saat mentari berada di puncak gunung Transfranssischo.

Dan satu per satu, mereka muncul.

Mata birunya bersinar dari balik tudung.

Gaun hitam compang-campingnya berkobar bagai api.

Mereka melayang, beberapa senti dari tanah.

Melenggok indah bagai ratu dari kegelapan.

Sabitnya digenggam erat.

Mereka tersenyum pada kita.

Aku tahu mereka tersenyum. Karena saat mereka tersenyum, mereka menunjukkan deretan gigi seputih salju di balik latar yang semuanya hitam kelam.

Mereka semakin mendekat.

Bukan satu.

Bukan sepuluh.

Ratusan.

Ribuan.

Lebih dari itu.

Lebih banyak dari yang kita tahu.

Aku persiapkan senjataku baik-baik. 2 buah pistol sebagai senjata utamaku. Ditambah beberapa aplikasi lempengan pedang yang bisa digabungkan untuk menciptakan setidaknya 6 fungsi berbeda dari senjataku ini.

5 hal yang aku yakini bahwa senjataku dan senjata lainnya yang aku buat adalah senjata terbaik yaitu;

1.Senjata kita 10 kali lebih ringan dari kelihatannya.

2.Senjata sejenis senapan tidak menggunakan peluru logam melainkan cairan dengan cahaya senja/ matahari sebagai bahan pendukungnya.

3.Senjata kita memiliki banyak fungsi selain dari fungsi utama.

4.Senjata kita tidak akan menyebabkan kehancuran pada segala bidang kecuali Sandekala.

5.Senjata kita lebih hidup, berwarna, dan unik.

Untuk itulah aku menamai senjata kita sebagai Multifunction Crimson Gun.

Ada satu hal lagi yang kita harapkan dari senjata kita ini. Yang bisa membuat kita semakin kuat. Kita harap, bahwa senjata kita ini dapat memunculkan Kinzoku Light.

Kita berdiri, berjajar, menyiapkan kuda-kuda, dan akhirnya berlari menerjang mereka semua.

Kie Light #2: Tunggang Gunung (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang