Epilog

287 19 2
                                    

Untukmu Pahlawanku

Aku masih tak percaya bahwa kau telah mengkhianatiku.

Kau meninggalkanku.

Melanggar janji yang telah kau ucapkan padaku.

Apakah kau mencoba membalas dendam terhadapku karena aku telah melanggar janjiku—agar tidak mati—padamu?

Kenapa?

Kenapa kau tega melakukan hal ini?

Kenapa kau tega meninggalkanku demi iblis itu atau demi anak-anak seperti katamu?

Aku tidak tahu siapa yang egois di antara kita?

Siapa yang lebih keras kepala?

Tapi yang jelas tidakkah kau sadar bahwa apa yang telah kau lakukan terhadapku ini membuat hatiku terluka. Lebih sakit ketimbang aku mati.

Apa yang kau inginkan dariku?

Tidak akan mungkin aku bisa melupakanmu!

Tak akan pernah bisa!

Tunggu saja! Aku akan menyusulmu ke sana!

***

Bangunan keramat menghilang saat pagi menjelang. Empat Kristal tergeletak di sisiku yang tengah terbaring memikirkan segala hal tentangmu.

Aku bangkit. Dengan air mata yang tak mampu kubendung, aku kantongi keempat batu Kristal itu. Kulihat Shen terbangun dengan lemas dan mendekatiku.

"Shanty ...,"

"Aku tahu ini pasti karena kau! Kau telah mengatakan sesuatu pada Danny hingga dia meninggalkanku!" sergahku histeris.

Aku bak orang gila.

Seperti orang hilang akal.

Aku meraung-raung.

Mencakar-cakar tanah.

Membenturkan kedua telapak tanganku ke bebatuan hingga berdarah.

Aku tersujud mendekap tanah dengan wajahku. Berharap bangunan keramat muncul kembali dan waktu terulang.

Shen duduk di sampingku. Meraba punggung dan pundakku.

"Maafkan aku Shanty. Aku tidak menyangka jika Danny akan benar-benar meninggalkan kita," ucap Shen pelan.

"Bohong!"

Aku menampik lengan Shen dari bahuku dan meninju wajahnya. "Bukankah semalam kau bilang sudah mengetahui rencananya! Dia pasti mengatakan sesuatu padamu sebelumnya! Tidak mungkin Danny meninggalkanku secara tiba-tiba!"

Aku benar-benar marah, kecewa, dan terluka.

Benar-benar sakit hati.

"Kau pasti senang dengan hal ini! Senang melihat Danny meninggalkanku!" tukasku berteriak.

Aku meninju dada Shen hingga dia terbaring di tanah. Rasa kesal ini tak mampu kutahan. Aku bertubi-tubi meninju dadanya sekuat tenaga.

"Shanty, dengarkan aku," pinta Shen memegang lenganku.

"Aku yakin semua ini telah direncanakan! Meski ini bukan rencanamu tapi kutahu bahwa kau pasti akan setuju dengan apa yang Danny lakukan, berengsek!" racauku.

Aku meninju wajah Shen hingga darah mengalir dari hidungnya.

"Shanty, beri aku kesempatan untuk menjelaskan hal ini."

Aku tak bisa menghentikan air mata ini. Hati ini seperti ditusuk ribuan pedang tak kasatmata. Aku melepaskan Shen dan membenamkan wajahku di kedua telapak tanganku.

Kie Light #2: Tunggang Gunung (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang