Fragmen 37

388 40 11
                                    

Kita semua beristriahat sembari memikirkan rencana selanjutnya.

Pencarian batu Kristal ketiga.

Kristal merah yang terletak dalam sungai kalem. Dan aku ragu akan hal ini. Apa benar kita bisa mendapatkan batu yang nenek simpan—lebih tepatnya dibuang—di dalam sungai kalem yang tak berdasar itu?

Kau juga mengetahuinya, bukan, mengenai sungai itu?

Nenek bilang bahwa batu Kristal merah memiliki kekuatan terbesar. Dia bilang batu itu tak akan terbawa arus air di dalamnya. Dan entah dari mana nenek yakin batu itu tak berada di dasar sungai melainkan melayang di tengahnya—tepat tak jauh dari air terjun yang berada di tebing gunung Transfranssischo. Bahkan bangunan keramat tak berada jauh dari sana.

"Sekarang apa yang akan kita lakukan? Apa rencana kita?" tanyaku padamu.

Kami duduk mengitarimu. Menunggu keputusan terbaik yang akan kau ambil.

"Dengan melihat kondisi kita sekarang bagaimana menurut pendapat kalian pribadi? Apakah ada usulan?" tanyamu bertanya balik pada kami.

"Batu itu berada di sungai Kalem, bukan? Dan bukankah saat kita pulang, kita akan melewatinya? Kenapa tidak sekalian saja kita cari?" usul Rikkie.

Meski tubuhnya sedikit babak belur, tapi dia tampak tetap kuat dan bersemangat.

"Itu pilihan. Kita bisa ambil jalan memutar jika ingin menghindari bahaya," ucapku.

"Shanty, apa kau tahu apa yang akan kita hadapi selanjutnya di sungai itu?" tanya Nora meraba lengan kirinya yang memar.

"Sungai Kalem berada di kaki gunung Transfranssischo. Dan hulu sungai—tempat kemunculan Sandekala berada tak jauh dari sana. Selain Sandekala aku—" aku menatap matamu "—kami belum pernah bertemu dengan makhluk lain. Tak ada hal mengerikan selain sungai tak berdasar."

"Tak berdasar? Jika batu Kristal itu berada di dalamnya bagaimana cara kita mengambilnya?" tanya Flo.

"Nenek bilang batu itu tak berada di dasar tetapi melayang di tengahnya. Meski begitu, aku tidak tahu pasti bagaimana nenek bisa tahu," jawabku.

"Apa nenekmu mengatakan hal lain? Siapa penjaga batu Kristal merah?" tanya Shen. Wajahnya serius menatapku. Tak percaya aku dengan tatapan itu.

"Nenek tidak tahu. Dia hanya mengatakan batu itu memang dijaga."

"Bagaimana jika batu itu bahkan dijaga makhluk yang bisa melakukan sihir seperti tadi. Ini akan sangat berat," ucap Nora.

Tak dapat aku pungkiri bahwa itu memang benar. Kita tidak punya kekuatan jika harus berhadapan dengan makhluk pemilik sihir. Kita tidak dapat mengandalkan Becky terus menerus. Apalagi setelah pertarungan tadi, Becky begitu kepayahan.

"Becky, apa kau tahu sesuatu? Yang akan terjadi? Yang terbaik yang harus kita lakukan?" tanyaku padanya.

Becky terdiam, memandang kau cukup lama. Entah apa yang dia pikirkan. Dan kau pun sama herannya. Kenapa dia memandangmu lekat-lekat seperti itu?

"Tak ada gunanya kita mencari Kristal itu hari ini, atau esok, atau esoknya lagi ...," ucap Becky masih menatap kau tanpa berkedip. "Batu Kristal merah itu, hanya akan muncul saat senja terakhir musim panas tiba ... bersama bangunan keramat portal menuju dunia Keikai."

"Kau melihat sesuatu? Kau yakin kita akan menemukannya di akhir musim panas?" tanyamu.

"Seratus persen," ucap Becky yakin. "Tapi ... kita akan berperang sesungguhnya. Bukan hanya para Sandekala tetapi sesuatu yang lain juga akan ikut hadir. Sesuatu yang tinggal di hutan hitam—yang selama ini tak pernah memunculkan wujudnya—akan ikut berperang melawan kita," ujarnya.

Kie Light #2: Tunggang Gunung (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang