Part 2 - The Moment When Things Go Wrong

8.3K 196 32
                                    

Chapter 2 – The Moment When Things Go Wrong

Mimpi adalah satu kata yang sering terlintas di pikiran Ran beberapa minggu terakhir namun nyatanya apa yang terjadi memanglah kenyataan. Sejak hari di mana ia diberikan salep oleh Deva, sang pujaan hati diam-diamnya, Ran terus berusaha menyadarkan dirinya di tengah-tengah kenyataan yang sedang ia lalui.

Entah angin apa yang sedang berhembus di sekitarnya sehingga membuat kesempatan demi kesempatan membawanya sering bertemu dengan Deva bahkan sampai diajak berdiskusi. Ia tentu tahu bahwa ini semua juga berkat Alya yang sering mengajaknya untuk ikut ketika Bima membawa Deva dalam pertemuan mereka bertiga.

Tapi sekecil apa pun atau seberapa sengajanya pertemuan tersebut, kesempatan tetap kesempatan bukan? Ran sendiri tidak berharap banyak dari setiap kesempatan kecuali menikmati setiap waktu yang dilaluinya ketika bersama pria tersebut.

Ran menyeruput jus jeruk wortelnya hingga tandas kemudian menghela nafas berat. Malam ini ia kembali ikut dalam janji bertemu bersama Bima, Alya dan Deva seperti yang telah direncanakan beberapa hari yang lalu. Namun yang membuatnya kesal adalah perdebatan Alya dan Bima yang tidak berhenti sejak lebih dari setengah jam yang lalu.

Keduanya memperdebatkan hal sepele mengenai konsep acara gathering volunteer SunBright sampai membuat Ran memilih menulikan telinga. Ia tak mau repot-repot menengahi mengingat dirinya tak berada dalam jajaran panitia.

Ran mengangkat sebelah tangannya tanda memanggil seorang pelayan lalu menyebutkan pesanan minumannya yang kedua. Setelah pelayan tersebut pergi, dengan sengaja Ran mengangkat lalu meletakkan gelas kosong miliknya ke atas meja dengan sedikit keras hingga menimbulkan bunyi. Baik Alya maupun Bima sama-sama menutup mulut mereka dalam sekejap lalu melihat ke arah Ran.

"Bisa kah kalian menyimpan ide masing-masing dan mengutarakannya pada tim panitia saja? Telingaku rasanya ingin berdarah mendengar perdebatan kalian." Ucap Ran dengan nada kesal.

Tak pernah melihat tingkah Ran yang seperti ini membuat Bima terdiam, tetapi tidak dengan Alya. "Mengapa kau hanya diam saja? Kau juga seharusnya menyumbang ide." Sahutnya ikut-ikutan kesal pada Ran.

"Aku bukan panitia."

"Lalu apa yang kau lakukan di sini?"

"Itu pun yang membuatku bingung!"

Alya berdecak kesal. "Tentu saja karena Deva!" Katanya tanpa berpikir apa lagi merasa bersalah. Alya justru menyedot minumannya untuk membasahi tenggorokannya yang kering karena terlalu bersemangat berdebat tadi. Baru ketika ia menghabiskan hampir setengah gelas, ia menyadari bahwa Ran sedang menatapnya dengan tajam.

"Kau menyukai Deva?" Tanya Bima tiba-tiba setelah mencerna perkataan Alya barusan. Ran pun melotot pada Alya, yang langsung tersedak karena menyadari bahwa dirinya baru saja keceplosan.

Bima terkekeh pelan karena mendapati jawaban yang jelas dari salah tingkah dua gadis yang sedang bersama dengannya walau bukan dalam bentuk pengakuan secara langsung.

"Sebagai sahabatnya, ku sarankan lebih baik jangan suka pada si brengsek itu. Jangan buang waktumu menyukai pria gagal move on seperti Deva." Ujar Bima dengan nada santainya tapi cukup membungkam Ran yang tadinya siap mengelak dengan berbagai cara.

"Memangnya siapa gadis yang disukai Deva sampai gagal move on?" Tanya Alya dengan rasa tertariknya. Gadis ini memang tak bisa menahan rasa penasarannya sehingga sering kali mengejar dengan pertanyaan hingga mendapat jawaban.

Bima menoleh ke Alya di sampingnya lalu menyunggingkan senyum lebar, "dari pada penasaran tentang Deva, lebih baik jika kau menanyakan berbagai hal tentangku saja."

The Last Goodbye (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang