Part 7 - The Accident

6.6K 210 79
                                    

Semoga tidak membosankan!

Ditunggu vomment nya juga ya ^^

Enjoy!


Chapter 7 – The Accident

Seharusnya Deva bertanya.

Ya, seharusnya ia menanyakan pada Ran apa alasan gadis itu begitu mudahnya memberikan dirinya untuk ia tiduri bahkan menganggap enteng semua yang terjadi.

Seharusnya, ia menanyakan Ran kebenaran informasi yang didengarnya dari Bima. Seharusnya, ia tak mudah percaya pada kebaikan Ran atau percaya pada kata-kata Bima begitu saja. Seharusnya ia mengklarifikasi semua yang terjadi dengan jelas, sekali pun harus dengan cara yang keras.

Tapi sayangnya, Deva termakan kata-kata Bima dan setiap kali melihat Ran yang ingin ia lakukan adalah menarik gadis itu dan meledakkan semua pertanyaan dalam otaknya. Ia cukup terganggu dengan kehadiran Ran setiap kata-kata Bima terngiang di otaknya. Karena itu, ia melampiaskannya dengan bersikap ketus dan mengeluarkan kata-kata tajam.

Ia sendiri tersiksa dengan apa yang terjadi, lalu mengapa ia tak bisa melakukan hal yang sama pada Ran? Menyiksa gadis itu pelan-pelan. Tapi sialnya, entah berapa kali ia bertingkah ketus atau sampai memarahi gadis itu, Ran tetap tak kehilangan kontrolnya. Ran melakukan setiap apa yang diperintahkan Deva walau apa yang dikerjakannya tidaklah salah.

Deva semakin geram. Di matanya, gadis itu hanya memakai topeng malaikat untuk menutupi niat yang sebenarnya. Jika memang Ran menyukainya, maka kejadian malam itu tentu untuk menjebaknya. Licik sekali!

Deva mengikuti langkah Ran yang berada tak jauh di depannya, tanpa tahu jika ia sedang diikuti. Hari ini adalah hari terakhir mereka menyiapkan keperluan event besok di lokasi. 

Ran menuju sebuah rumah agak besar yang berada di bagian belakang lapangan tempat tim yang lain sedang menyetel panggung. Rumah kosong itu dijadikan para panitia sebagai gudang penyimpanan baik dari perlengkapan hingga makanan.

Ran mencari sebuah container box yang dijelaskan oleh Dio untuk mencari kotak perkakas yang dibutuhkan. Ia terlonjak kaget saat mendengar langkah lain di belakang membuatnya menoleh secepat kilat. Helaan nafas lega terdengar saat mendapati Deva yang sedang bersandar pada dinding dengan tangan terlipat di depan dada, menatapnya dengan tatapan yang biasa ia dapatkan akhir-akhir ini. Dingin.

Namun seolah tak penting, Ran kembali pada kesibukannya. Ia tak mau sikap membingungkan Deva kembali merusak suasana hatinya yang sudah susah payah ia bangun sejak pagi tadi.

Cukup lama Ran mengacuhkan sosok pria itu, sampai akhirnya ia menyerah. Kesal karena kotak perkakas yang dicari tak ketemu ditambah pula dengan Deva yang terus memerhatikan gerak-geriknya dengan seksama. Ia risih. Juga kesal!

"Sampai kapan kau berniat berdiri diam di situ?" Tanya Ran dengan satu tangan yang berkacak pada pinggang, sedangkan tangan lainnya memegang wrench yang baru ia temukan. Sejujurnya, ingin sekali ia memukul Deva dengan wrench yang ia pegang saat ini, membalaskan setiap tingkah pria itu yang super duper menyebalkan.

"Ku pikir kau akan terus menganggap aku tidak ada."

"Ada apa? Ingin memarahiku apa lagi kali ini?"

Deva tersenyum miring mendengar pertanyaan yang lebih terdengar seperti keluhan namun juga tantangan baginya.

"Sepertinya kau benar-benar sudah melupakan semuanya, huh?"

Ran memutar bola matanya dengan malas. "melupakan apa?"

The Last Goodbye (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang