Part 25 - His Confession

6.4K 227 57
                                    

Jangan lupa vote dan comment seperti biasa ya 😊😊

Enjoy reading!

Part 25 - His Confession

"Bim!"

Ran terpaksa mempercepat langkahnya sebelum orang yang sedang dikejar masuk ke dalam mobil dan lolos lagi.

Meski beberapa kali mereka bertemu saat rapat namun Bima terlihat jelas sekali menghindarinya. Padahal, tidak ada Alya di sampingnya karena sahabatnya itu masih dalam mode menenangkan diri.

Ran melihat pintu mobil dibuka dan ia melesat secepat yang ia bisa untuk menutupnya kembali dan menghalangi pria itu.

"Minggir, Ran!" Perintahnya datar.

"Ada yang mau kubicarakan, sebentar saja." Ran menyatukan telapak tangannya memohon dengan wajah memelasnya.

"Aku sedang tidak ingin bicara denganmu." Tolaknya mentah-mentah yang membuat Ran cemberut seketika.

"Ya sudah, cukup dengarkan saja!" Gerutu Ran tidak kalah sengitnya karena Bima seperti menganggapnya sebuah hama pengganggu.

"Lagi pula, kalau kau mengira aku akan membujukmu untuk berbaikan dengan Alya, kau salah. Yah, walaupun termosmu itu membuatnya gagal move on dan terus menangis, tapi aku tidak berniat mencampuri hubungan kalian." Lanjut Ran lagi dengan kesal walau harus menambah sedikit kebohongan di sana.

Alya terus menangis?
Oh lupakan saja! Alya tidak akan berlarut dalam kesedihan terlalu lama. Alih-alih menangisi Bima yang masih mengabaikannya, Alya justru sedang menikmati liburan singkatnya di Bali bersama sang kakak dan kakak iparnya.

Ran menggeleng tidak mengerti ketika mendapati Alya sedang mengemasi pakaiannya ke dalam koper dua hari yang lalu. Ia akan ikut Arya balik ke Bali dan mengambil waktu untuk liburan.

Sedangkan Ran langsung mengomel karena keputusan nekat tersebut. Hey, Alya sudah membolos kuliah seminggu lebih sebelumnya dan sekarang justru memutuskan untuk liburan? Tapi bukannya merasa bersalah, Alya justru mengajak Ran untuk ikut dengannya.

Ran tentu menolak walau ia sendiri cukup tergoda untuk menyetujuinya. Siapa yang tidak ingin pergi ke pulau Dewata tersebut di tengah-tengah kepalanya yang sedang mumet karena tumpukan tugas dan juga project ini?

Tapi Ran tidak bisa. Anggap saja ia masih waras karena lebih memilih dua presentasi minggu depan. Belum lagi mid-test yang sudah dekat. Ah sial! Memikirkannya saja Ran tiba-tiba ingin menyusul Alya dan menghabisi weekend nya di sana. Ya, sepertinya weekend cukup, kan?

"Kau jadi bicara atau tidak?" Sedatar tatapannya, begitu juga suara Bima mengembalikan kesadaran Ran dari bayangannya akan pantai-pantai di Bali.

"Ah, oh itu.. itu, tunggu sebentar di sini! Jangan pergi dulu! Awas kalau kau pergi, ya!" Ancamnya sok galak lalu beranjak dari hadapan Bima menuju ke sebuah mobil yang ternyata terparkir tepat di sebelah mobilnya.

Dahi Bima berkerut bingung menyaksikan Ran yang membuka pintu belakang mobil putih tersebut dan tampak sedang mengambil sesuatu.

Kedua manik Bima tidak lepas sedetik pun dari Ran hingga gadis itu kembali berdiri di hadapannya dengan menyodorkan sebuah drafting tube berwarna hitam.

Ia mengambil benda itu dan menatap Ran penuh selidik.

"Ini..."

"Deva sedang dinas ke Medan, bukan?"

Ran langsung mengangguk. Ia masih belum menyadari kecurigaan lawan bicaranya. "Ya. Katanya ini..."

Bima lagi-lagi menyela, "dia menitipkan mobilnya padamu?"

The Last Goodbye (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang